Masjid Batu Merah yang Sederhana

Buya Hamka pernah mengunjungi masjid ini pada 1939 dan 1968.

Dok Jakarta Islamic Center
Masjid Batu Merah
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ukuran Masjid Batu Merah layaknya masjid di pedesan tidak terlalu besar, hanya 10x15 meter persegi. Masjid yang berlokasi di Desa Batumerah, Ambon, Maluku ini, bentuknya sederhana, namun memiliki sejarah panjang dalam dakwah Islam di Maluku.

Baca Juga

Seperti dilansir buku Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia, masjid ini dibangun pada 1575 oleh saudagar kaya bernama Ibrahim Safari Hatala. Pada awal pembangunannya, masjid ini hanya beratapkan rumbia bertiang kayu dengan lantai pasir putih yang diambil dari tepi pantai Laut Maluku.

Eksistensi masjid ini tak lepas dari kuatnya pengaruh Islam di wilayah Huamual, Luhu dan sekitarnya. Jumlah umat Islam pun kian hari terus bertambah. Melihat perkembangan pesat umat Islam, Raja Abdurrahman Hatala yang masih keturunan dengan pendiri masjid memugarnya pada tahun 1805.

Masjid kembali dipugar tahun 1924, tanpa menghilangkan bentuk aslinya. Pemugaran dilakukan pada masa Raja Abdul Wahid Nurlete, yang juga merupakan ulama terkenal di kawasan itu.  

Namun, untuk memperindah pagar tembok yang mengelilingi masjid itu, diganti dengan pagar pilar-pilar semen kecil oleh Raja Latif Hatala pada tahun 1988.

Menurut buku Masjid-Masjid Bersejarah Indonesia, Ketua MUI pertama, Buya Hamka dan ulama kondang asal Jawa Timur, Bey Arifin pernah belajar di masjid ini. Namun, tidak diketahui secara pasti apa yang membuat kedua tokoh besar tersebut datang. Yang pasti, tulis buku tersebut, Buya Hamka pernah mengunjungi masjid ini pada 1939 dan 1968.

 
Berita Terpopuler