Surat Wasiat L yang Ledakkan Bom Saat Jadi Buruan Aparat

Pelaku bom bunuh diri di Makassar meninggalkan surat wasiat untuk orang tuanya.

ANTARA/Indra Abriyanto
Petugas mengangkat kantong jenazah berisi bagian tubuh dari terduga pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (28/3/2021). Bagian tubuh jenazah tersebut selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk diidentifikasi.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ali Mansur, Ronggo Astungkoro, Nawir Arsyad Akbar

Baca Juga

Aksi bom bunuh diri terjadi di pintu gerbang Gereja Katedral di Jalan Kajaolalido, MH Thamrin, Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (28/3) sekira pukul 10.20 waktu setempat. Dalam keterangan resminya, Senin (29/3), Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan, pelaku bom bunuh diri berinisial L meninggalkan surat wasiat untuk orang tuanya. Dalam surat wasiat tersebut, pelaku pamit kepada orang tuanya dan siap untuk mati syahid.

"Saudara L ini sempat meninggalkan surat wasiat kepada orang tuanya yang isinya mengatakan bahwa yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid," ujar Sigit dalam konferensi pers di Polda Sulawesi Selatan, Senin (29/3).

Mantan kabareskrim itu juga mengatakan, identitas L diketahui dari hasil identifikasi yang dilakukan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) melalui sampel sidik jari di lokasi dan pengecekan DNA dari Pusat Laboratorium Forensik Polri. Sementara, pelaku berinisial YSF merupakan istri dari pelaku L yang baru dinikahinya beberapa bulan lalu.

"Saudara L dan YSF ini beberapa bulan yang lalu, tepatnya enam bulan dinikahkan oleh Rizaldi yang beberapa waktu lalu telah ditangkap di bulan Januari. Rizaldi ini kelompok Jamaag Ansharut Daulah atau JAD yang terkait dengan peristiwa di Gereja Katedral Jolo di Filipina pada 2018," ungkap Sigit.

 

 



Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menambahkan, pascaledakan bom bunuh diri kemarin, beredar foto seorang laki-laki mengendarai sepeda motor matic berboncengan dengan seorang wanita. Argo membenarkan bahwa motor dengan nopol DD 5984 MD tersebut digunakan dua pelaku bom bunuh diri.

"Penyelidikan masih terus dilakukan, termasuk mengungkap pelakunya lainnya," ujar Argo.

Argo mengatakan, sejumlah tempat sudah digeledah untuk mencari bukti lainnya, termasuk rumah pelaku. Kata dia, pelaku merupakan bagian dari kelompok JAD yang pernah melakukan pengeboman di Jolo Filipina. "Kita tunggu hasil kerja anggota di lapangan dan kami berharap semua," kata Argo berharap.

Baca juga : Penangkapan dan Pengeboman

Peristiwa bom bunuh diri Makassar itu telah melukai sejumlah jemaat gereja dan sekuriti total ada 20 orang menjadi korban, baik mengalami luka ringan maupun berat. Puluhan korban dirawat di empat rumah sakit berbeda di Makassar, yakni di Rumah Sakit Pelamonia, Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit Akademis, dan Rumah Sakit Stella Maris. 

Jumlah korban luka yang masih dirawat di rumah sakit tinggal 15 orang. Sementara, 13 di antaranya di rawat di RS Bhayangkari Makassar dan dua lainnya di RS Siloam.

"Dari 19 korban luka saat ini tinggal 15 orang. Empat lainnya diperbolehkan pulang menjalani rawat jalan," ujarnya.

Badan Intelijen Negara (BIN) mengungkapkan, pelaku kasus bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulsel, sebelumnya sudah dalam pengejaran aparat keamanan. BIN juga menyebut indikasi adanya aksi terorisme di Makassar sudah termonitor sejak 2015 lalu.

"Pelaku kasus bom bunuh diri di gereja katedral hari ini sebelumnya memang dalam pengejaran aparat keamanan. Masih ada beberapa yang belum tertangkap dan terus dalam pengejaran," ungkap Deputi VII BIN, Wawan Purwanto, lewat pesan singkat, Ahad (28/3).

Wawan menerangkan, indikasi adanya aksi terorisme di Makassar sebenarnya sudah termonitor sejak 2015 lalu saat terdapat ratusan jamaah dibaiat oleh ISIS di Sudiang, Sulsel. Kemudian pada awal Januari 2021 sebanyak sekitar 20 terduga teroris jaringan JAD ditangkap Polda Sulsel dan Densus 88.

"Mereka sudah melakukan persiapan fisik maupun kemampuan i'dad. Terduga teroris yang tertembak waktu itu diduga akan melakukan aksi bom bunuh diri," kata dia.

Baca juga : Cerita Tetangga Soal Pelaku Bom Makassar

Wawan kemudian mengungkapkan rasa prihatin dan menyayangkan kejadian bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulsel. Dia berharap kasus tersebut dapat dengan cepat teratasi hingga ke akar-akarnya. Dia pun mengimbau masyarakat agar tenang dan menyerahkan pengusurannya ke aparat penegak hukum.

"Penangkapan sejumlah pelaku teroris di Makassar yang sebagian merupakan anggota dan simpatisan dari eks ormas tertentu terus didalami," kata dia.

In Picture: Polisi Geledah Tempat Terduga Teroris di Bekasi

Petugas kepolisian berjaga di depan rumah terduga teroris saat penggeledahan di Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (29/3/2021). - (ANTARA/Fakhri Hermansyah)

Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mempertanyakan upaya penanggulangan terorisme yang dilakukan di Indonesia. Resep dengan berbagai program seperti deradikalisasi dan kontraradikalisasi dinilai gagal mencegah teror.

"Penindakan dan penegakan hukum tidak sekedar tanpa efek jera namun juga membuat publik harus terus bertanya, ada apa dengan upaya penanggulangan terorisme?" ujar Fahmi kepada Republika, Senin (29/3).

Fahmi mengatakan, kejadian bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar,, memperlihatkan jaringan kekerasan ekstrem masih terus beraksi dan terus menginspirasi dengan propaganda dan hasutannya. Negara masih belum mampu mencegah pelaku teror mengulangi perbuatannya.

"Terus menunjukkan bahwa walaupun penindakan dan penegakan hukum telah berjalan, kita masih gagal mencegah pelaku teror mengulangi perbuatannya, atau yang belum tertangkap mengendur semangatnya," kata dia.

Fahmi mengungkapkan, beragam kegiatan serta program bertajuk deradikalisasi dan kontraradikalisasi dijalankan. Dialog kebangsaan juga tak sedikit digelar sebagai resep pencegahan tindakan terorisme. Namun, rentetan serangan kekerasan ekstrem dari waktu ke waktu masih saja terjadi.

"Rentetan serangan kekerasan ekstrem dari waktu ke waktu menyodorkan bukti jika resep itu masih gagal mencegah teror terus menghantui," jelas dia.

Terkait kejadian di Makassar, dia menilai aparat keamanan belum tentu dapat dikatakan kebobolan. Menurut Fahmi, bagian yang tersulit dari deteksi ancaman teror adalah memastikan kapan dan di mana serangan akan dilakukan. Deteksi, kata dia, hanya bisa dilanjutkan dengan penyampaian peringatan dan peningkatan kewaspadaan.

"Di makassar kemarin, kita lihat bahwa ledakan itu tidak terjadi di titik yang diinginkan karena pelaku gagal memasuki halaman gereja setelah dicegah oleh satpam setempat. Ini merupakan bentuk kewaspadaan yang patut diapresiasi," ungkap Fahmi.

Ketua Komisi III DPR Herman Herry meminta Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk meningkatkan koordinasi dan kerja samanya dalam menanggulangi terorisme.

"Saya harap kepolisian dan lembaga terkait seperti BNPT bisa bekerja sama dalam mengantisipasi kejadian seperti ini. Negara punya kewajiban menciptakan rasa aman kepada setiap warganya," ujar Herman lewat keterangan tertulisnya, Senin (29/3).

Menurutnya, penanggulangan dan antisipasi terorisme merupakan langkah yang paling tepat agar kejadian serupa tak terulang di masa mendatang. Tindakan tersebut juga tak boleh dibibiarkan tanpa ada hukuman yang tegas.

"Juga tak kalah penting adalah merumuskan langkah antisipasi serta pencegahan agar tak ada kejadian atau korban serupa di masa yang akan datang," ujar Herman.

In Picture: Polisi Geledah Terduga Teroris di Condet, Jakarta Timur

Petugas kepolisian berjaga di sebuah rumah sekaligus showroom mobil terduga teroris di kawasan Condet, Jakarta, Senin (29/3). Petugas kepolisan mengamanakan 2 orang dari lokasi tersebut.Prayogi/Republika. - (Republika/Prayogi)

 
Berita Terpopuler