AS Berkomitmen Lindungi Hak Perempuan Afghanistan

Afghanistan siap menyertakan Taliban dalam pemerintahan transisi.

EPA-EFE/GHULAMULLAH HABIBI
Para perempuan Afghanistan, ilustrasi
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) berjanji melindungi kemajuan hak-hak perempuan yang telah tercapai di Afghanistan selama 20 tahun terakhir. Hal itu disampaikan saat Afghanistan siap menyertakan Taliban dalam pemerintahan transisi.

Baca Juga

“Kita harus berbuat lebih banyak untuk mendukung perempuan dan gadis Afghanistan,” kata Duta Besar AS untuk Afghanistan Linda Thomas-Greenfield saat Dewan Keamanan PBB menggelar sidang membahas isu Afghanistan pada Selasa (23/3), dikutip lama Al Arabiya. 

Dia menekankan, kesepakatan perdamaian apa pun yang tercapai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban harus mempertahankan kemajuan hak-hak perempuan. Hal itu perlu dilakukan jika negara tersebut ingin memastikan dukungan politik dan keuangan komunitas internasional yang berkelanjutan. "Kami tidak akan mundur sedikit pun tentang hal ini," ujarnya. 

Dalam sidang tersebut, beberapa negara mengutarakan kekhawatirannya tentang meningkatnya kekerasan di Afghanistan. "Kami menyerukan agar gencatan senjata diberlakukan. Melindungi warga sipil, khususnya perempuan dan anak-anak, serta infrastruktur sipil harus menjadi prioritas mutlak," kata Duta Besar Prancis untuk PBB Nathalie Broadhurst.

 

Saat ini Pemerintah Taliban tengah menjalin pembicaraan damai dengan kelompok Taliban. Namun proses itu belum menghasilkan kemajuan yang signifikan. Guna merangsang negosiasi lebih lanjut, Pemerintah Afghanistan menyatakan siap mendiskusikan penyelenggaraan pemilu.

“Kami siap berdiskusi tentang penyelenggaraan pemilu yang bebas, adil, dan inklusif di bawah naungan komunitas internasional. Kami juga dapat berbicara tentang tanggal pemilihan dan mencapai kesimpulan," kata Presiden Afghanistan Ashraf Ghani saat membuka sidang parlemen pada 6 Maret lalu.

ÇDia menekankan transfer kekuasaan melalui pemilu adalah prinsip yang tak bisa dinegosiasikan. "Saya menyarankan mereka yang pergi ke gerbang ini atau itu untuk mendapatkan kekuasaan adalah bahwa kekuatan politik di Afghanistan memiliki gerbang, dan kuncinya adalah suara rakyat Afghanistan," ujarnya.

 
Berita Terpopuler