Perempuan Meksiko Turun ke Jalan Suarakan Keadilan

Perempuan Meksiko memprotes krisis kekerasan yang mereka hadapi

EPA-EFE/Jose Pazos
Demonstran merobohkan pagar keamanan dalam aksi protes menentang kekerasan seksis, di Mexico City, Meksiko, 25 November 2020. Protes tersebut bertepatan dengan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Perempuan di seluruh Meksiko turun ke jalan untuk memprotes krisis kekerasan yang mereka hadapi setiap hari. Unjuk rasa itu didorong pemerintah yang tak peduli dan dukungan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador pada politisi yang dituduh melakukan pemerkosaan.

Baca Juga

"Saya di sini agar suara saya didengar, keadilan ditegakkan, besok putri saya, besok mungkin perempuan yang lain," kata salah satu pengunjuk rasa Irma Quesada, Selasa (9/3).

Ia mengatakan putrinya yang berusia 12 tahun sedang masa pemulihan setelah diperkosa dan ditusuk wajahnya oleh seorang laki-laki berusia 45 tahun. Saat ini pelakunya masih di penjara tapi pihak berwenang memperingatkan mungkin laki-laki itu tidak lama di balik sel karena kurangnya bukti.

Lembaga think tank yang menganalisis data pemerintah, Mexico Evalua mengatakan pada paruh kedua 2020 sekitar lima juta perempuan Meksiko menjadi korban kekerasan seksual seperti pelecehan seksual, pencabulan, pemerkosaan dan upaya pemerkosaan. Sebagian besar tidak dilaporkan.

Unjuk rasa memperingati Hari Perempuan Internasional lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Tampaknya karena masih banyak masyarakat yang khawatir dengan pandemi virus corona.

Beberapa hari terakhir para aktivis membentangkan spanduk ungu bertuliskan 'tidak boleh pelaku pelecehan yang berkuasa' di alun-alun utama Mexico City. Para aktivis juga mengubah nama jalan dengan nama perempuan dan menjadikan bendera warna ungu, hijau dan merah marun sebagai foto profil di media sosial mereka.

Pengunjuk rasa mengecat penghalang besi di depan Istana Negara dengan nama para perempuan yang menjadi korban pembunuhan. Penghalang itu dipasang pekan lalu untuk melindungi bangunan bersejarah dari pengunjuk rasa.

 

Demonstran merobohkan sebagian penghalang dan mengecat trotoar, kios dan fasad monumen Revolusi yang bersejarah dengan grafiti dengan tulisan yang menuduh pemerintah tidak berbuat lebih banyak dalam menghukum pembunuh perempuan dan mengenang para korban. Mereka menulis 'Macho AMLO' yang dimaksudkan untuk Loper Obrador dan 'Kami tidak semuanya ada di sini'.  

Data pemerintah Meksiko menunjukkan tahun ini terjadi 939 pembunuhan terhadap perempuan. Antara tahun 2015 hingga 2020 pembunuhan perempuan naik 130 persen.

Aktivis juga memproyeksikan tulisan slogan di fasad Istana Negara yang dibarikade. Salah satu tulisan berbunyi 'pemerkosa tidak akan menjadi gubernur', aktivis menyinggung kandidat gubernur Negara Bagian Guerrero, Felix Salgado.

Selama berpekan-pekan Lopez Obrador membela Salgado, kandidat yang berasal dari partainya dalam pemilihan bulan Juni mendatang. Presiden mengatakan seruan yang meminta Salgado mundur bermotif politik.

Jaksa Guerrero menyelidiki salah satu tuduhan pemerkosaan terhadap Salgado. Awal tahun lalu mereka menutup penyelidikan tuduhan yang lain dengan alasan jarak antara peristiwa yang dituduhkan dengan laporan yang diajukan terlalu jauh.

Salgado tidak menjawab permintaan komentar tapi media Meksiko mengatakan ia membantah semua tuduhan tersebut. Tahun lalu ribuan perempuan Meksiko turun ke jalan menuntut pemerintah memberikan respon yang lebih tegas terhadap pembunuhan perempuan. 

 
Berita Terpopuler