Demonstran Tuntut Penghentian Pembunuhan Perempuan di Turki

Tingkat pembunuhan perempuan sekitar dua kali lipat antara tahun 2011-2019

Pixgood.com
Perempuan di Turki menyuarakan pendapatnya.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Sekitar 1.000 perempuan berkumpul di dekat Lapangan Taksim utama Istanbul pada Senin (8/3). Mereka menuntut pihak berwenang yang kurang bertindak atas pencegahan dan menghukum kekerasan terhadap perempuan di negara dengan tingkat pembunuhan perempuan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga

Para pengunjuk rasa yang sebagian besar perempuan membawa papan dengan beragam tulisan termasuk "Kami akan memenangkan kebebasan kami". Mereka pun meneriakkan “femisida adalah politik” dan “Hidup adalah milik kita, pilihan ada pada kita, jalanan adalah milik kita, Anda dapat menjaga keluarga Anda.”

"Kami ditindas di bawah kekuatan laki-laki setiap hari. Pembunuh perempuan dihargai dengan tidak dihukum, ” kata mahasiswa berusia 21 tahun, Sumeyye Kose.

Demonstran berkumpul di jalan utama setelah polisi menutup pintu masuk ke Lapangan Taksim pada Hari Perempuan Internasional. Polisi perempuan berdiri berbaris di ujung jalan, memblokir jalan masuk ke alun-alun. Sementara di belakang mereka berdiri pagar, polisi dengan perlengkapan anti huru hara dan truk meriam air.

"Wanita sangat kuat dan mereka takut akan hal ini. Mereka harus memblokir pembunuh, bukan kami," kata perawat berusia 36 tahun yang berpartisipasi dalam protes tersebut,  Ipek Deniz.

 

Menurut sebuah kelompok yang memantau pembunuhan perempuan, tingkat pembunuhan perempuan sekitar dua kali lipat antara tahun 2011-2019. Hanya pada 2021, 51 perempuan telah dibunuh dan 26 lainnya telah meninggal dalam keadaan yang mencurigakan. Sedangkan pemerintah Turki tidak menyimpan statistik resmi tentang femisida.

Berbicara di kongres sayap perempuan Partai AK, Presiden Tayyip Erdogan mengatakan, Turki akan membentuk komisi di parlemen untuk menangani masalah-masalah terkait kekerasan terhadap perempuan. "Kami mendengar bahwa ada orang yang meminta anak perempuan untuk meninggalkan rumah ayah mereka secepat mungkin. Turki entah bagaimana akan menyelesaikan masalah kekerasan terhadap perempuan, ancaman sebenarnya adalah mentalitas ini mengakar," katanya. 

 
Berita Terpopuler