PBB Prediksi Perdagangan Global Masih Terkontraksi Tahun Ini

Kebijakan lockdown menyebabkan kegiatan perdagangan dunia menyusut 15 persen.

M RISYAL HIDAYAT/ANTARA
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/12/2020). Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan, perdagangan global diperkirakan akan melambat lagi pada kuartal pertama tahun ini.
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan, perdagangan global diperkirakan akan melambat lagi pada kuartal pertama tahun ini. Sebab, pandemi Covid-19 terus menghambat pemulihan industri perjalanan setelah perdagangan dunia mencatatkan kontraksi sembilan persen pada tahun lalu.

Baca Juga

Seperti dilansir di Reuters, Rabu (10/2), kebijakan lockdown menyebabkan kegiatan perdagangan dunia menyusut 15 persen pada paruh pertama tahun lalu. Pada semester kedua, perdagangan rebound, di mana terjadi kenaikan delapan persen pada kuartal keempat dibandingkan kuartal ketiga. Data ini disampaikan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada Rabu (10/2).

Rebound pada semester kedua didorong dengan tren positif di negara-negara berkembang, terutama Asia timur. Perdagangan barang yang berasal dari kawasan tersebut naik 12 persen pada kuartal keempat dibandingkan tahun sebelumnya.

Pemulihan terjadi pada sebagian besar sektor manufaktur, selain energi dan transportasi. "Perekonomian Asia Timur memimpin proses pemulihan dengan pertumbuhan ekspor yang kuat dan keuntungan dalam pangsa pasar global," kata UNCTAD.

Tapi, perdagangan jasa mengalami stagnasi pada kuartal ketiga. Ekspor jasa dari Cina bernasib relatif lebih baik dibandingkan dengan negara lain. India pun masih mencatatkan ketahanan, meski pada level yang lebih rendah.

Pada kuartal pertama tahun ini, UNCTAD memproyeksikan perdagangan barang akan turun 1,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara, sektor jasa kontraksi lebih dalam, yakni tujuh persen. Perkiraan ini masih tidak pasti seiring dengan dinamika pandemi dan paket stimulus yang diberikan tiap pemerintahan.

 

 
Berita Terpopuler