Panen Sorgum, Ratusan Masyarakat Iringi Gubernur Babel

Sorgum sebagai bahan makanan alternatif pengganti beras

Pemprov Bangka Belitung
Masyarakat Kelurahan Lubuk Kelik, Sungailiat, Kabupaten Bangka untuk mengiringi Gubernur Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman memanen sorgum, di kebun sorgum milik Haji Bambang.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, SUNGAILIAT -- Teriknya sinar matahari Rabu (3/2) siang, sama sekali tak menyurutkan semangat masyarakat Kelurahan Lubuk Kelik, Sungailiat, Kabupaten Bangka untuk mengiringi Gubernur Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman memanen sorgum, di kebun sorgum milik Haji Bambang.

Baca Juga

Masyarakat sekitar memang telah menunggu kedatangan gubernur. Bahkan menurut panitia, sedianya lebih banyak lagi masyarakat yang mau hadir untuk melihat gubernur mereka, namun harus dibatasi karena masih dalam suasana pandemi.

Di lokasi panen, Gubernur langsung menyapa masyarakat yang hadir. "Makaseh pradik lah dateng ke sini dengan nyage protokol kesehatan, sekali agik makaseh (terima kasih saudara-saudara yang sudah datang ke sini dengan menjaga protokol kesehatan, sekali lagi terima kasih)," ujar gubernur.

Selanjutnya, Bang ER--demikian ia akrab disapa, langsung mencoba proses pengolahan sorgum, mulai dari yang dari penggilingan hingga menjadi beras, dan pengambilan saripati batang sorgum hingga menjadi air gula.

"Saya menjadi pembeli pertama hasil olahan sorgum ini, mulai dari beras dan air gula untuk meyakinkan masyarakat bahan sorgum ini aman dan sehat," kata suami Melati Erzaldi ini, dalam siaran persnya.

Gubernur mengatakan, ketahanan pangan dunia terganggu akibat pandemi Covid-19, sehingga kita harus mencari peluang agar tetap bertahan, salah satunya dengan sorgum sebagai bahan makanan alternatif pengganti beras.

Fokus ke pertanian

Pemprov kata gubernur, memang memfokuskan diri untuk mempertahankan kesinambungan ekonomi, salah satunya dengan menguatkan para petani. "Dan pemerintah yang tidak memperhatikan nasib para petani, saya rasa sangat keliru," tegasnya.

Gubernur Erzaldi juga memotivasi para penyuluh pertanian agar tidak sekadar mengajar para petani cara bercocok tanam tetapi lebih aktif dalam memberikan pemahaman kepada para petani bahwa pertanian itu ada ladang bisnis yang apabila tekun dijalani akan menjadi usaha yang menjanjikan, dengan pemanfaatan lahan yang optimal dan pasarnya ada untuk hasil tanamnya.

"Jangan menyuruh petani menanam sesuatu apabila pembelinya tidak ada," pungkasnya

Sementara itu, Bambang Prayito, selaku penggagas sorgum di Babel berinisiatif untuk menanam sorgum dikarenakan budidaya yang efektif dan cocok untuk cuaca dan kondisi tanah di Babel. "Sorgum mendekati beras, dan semua kondisi tanah bisa, hama sangat kecil, serta kemarau panjang tidak mempengaruhi cuaca," jelasnya.

Di lahan seluas empat hektar, Haji Bambang- sapaan akrabnya, menerangkan bahwa sorgum dalam sekali tanam dapat untuk empat kali panen, dengan proses hingga panen hanya 100 hari. "Untuk saat ini kami menjual beras sorgum Rp 12 ribu per kilogram," jelasnya.

Kepala Dinas pangan dan pertanian, Juaidi turut mendukung budi daya sorgum di Babel, dikarenakan kontur tanah Babel yang marginal membuat sorgun tetap tumbuh dikarenakan aslinya tumbuh di kawasan kering di Afrika. "Produksi beras kita saat ini hanya 30 persen, dan ini salah satu solusi untuk menambah produksi pangan kita," jelasnya.

Di ujung acara, gubernur menyempatkan diri mencoba olahan sorgum mulai dari puding, bolu dan bubur.

 
Berita Terpopuler