Israel Beri Palestina 5.000 Dosis Vaksin Covid-19

Berdasarkan data Kemenkes sepertiga penduduk Israel telah divaksinasi Covid-19.

AP/Tsafrir Abayov
Seorang paramedis militer Israel menyiapkan vaksin Pfizer COVID-19, untuk diberikan kepada orang tua di pusat medis di Ashdod, Israel selatan, Kamis, 7 Januari 2021. Israel setuju untuk memberikan 5.000 dosis vaksin Covid-19 untuk para pekerja medis garis depan Palestina.
Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz Ahad (31/1) kemarin, mengumumkan rencana pemberian vaksin Covid-19 untuk Palestina. Menurutnya, Israel setuju untuk memberikan 5.000 dosis vaksin untuk para pekerja medis garis depan Palestina. 

Baca Juga

Mengutip Alarabiya Senin (1/2) pemberian vaksin ini menjadi yang pertama kalinya dilakukan. Khususnya, setelah Israel menjadi wilayah yang melakukan vaksinasi terbesar di dunia beberapa waktu lalu. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang telah menyuarakan keprihatinan tentang perbedaan antara Israel dan Palestina. Menurut PBB dan kelompok asasi manusia internasional, Israel memang bertanggung jawab atas kesejahteraan warga Palestina. 

Kantor Gantz mengatakan pada Ahad (31/1) pagi bahwa transfer telah disetujui. Tetapi, tidak ada rincian lebih lanjut tentang kapan itu akan terjadi.

Belum ada komentar langsung dari pejabat Palestina juga. 

Baca juga :Jaya Suprana: Dari Cadar Hingga Kebangkitan Peradaban Masker

 

Israel sejauh ini menjadi pihak yang mendapat perjanjian jatah vaksin paling besar dengan Pfizer dan Moderna.

Berdasarkan data Kemenkes Israel, sepertiga penduduknya atau sekitar 9,3 juta orang telah divaksinasi. Bahkan, 1,7 juta orang lainnya telah mendapat dosis kedua. 

Bergeser ke Palestina, Otoritas setempat telah mencoba untuk mendapatkan vaksin melalui program WHO, Covax. Tetapi, program tersebut masih lambat dalam pelaksanaannya. 

Sengketa tersebut mencerminkan ketidaksetaraan global dalam akses ke vaksin. Utamanya, karena negara-negara kaya menyedot sebagian besar dosis, dan membuat negara-negara yang lebih miskin semakin tertinggal dalam memerangi kesehatan publik dan efek ekonomi dari pandemi.  

 

 
Berita Terpopuler