Zakat yang Angkat Derajat Pendidikan Para Mustahik

Program Beasiswa Baznas wujud manfaat zakat untuk pendidikan mustahik

Republika/Agung Supriyanto
Program Beasiswa Baznas wujud manfaat zakat untuk pendidikan mustahik. Zakat untuk pendidikan (ilustrasi).
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak cara untuk memberikan kontribusi terhadap bangsa. Salah satu caranya adalah dengan membina para mustahik (penerima zakat) lewat jalur pendidikan guna mempersiapkannya menjadi muzaki yang kuat dan bermanfaat bagi Indonesia.

Baca Juga

Adalah Fadli Matti (14 tahun) seorang penuntut ilmu tekun yang berasal di daerah minoritas Muslim, Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Siswa kelahiran 6 November 2006 ini merupakan anak kedua dari lima bersaudara yang berlatar belakang ekonomi rendah. Orang tuanya hanya bekerja sebagai petani kopi dan menanam cengkeh, dan sesekali mencari peruntungan dalam mengurus ternak kambing milik tetangga.

Keinginan Fadli dalam menuntut ilmu agama begitu kuatnya, namun kemampuan finansial keluarga dirasa tidak cukup untuk mengiringi keinginannya. Maka pada April 2018, Fadli bergabung dengan salah satu kegiatan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), yaitu pengajian remaja. Di sana dia semakin termotivasi untuk menekuni belajar agama Islam.

“Dulu saya belum bisa mengaji, belum bisa membaca huruf hijaiyah. Alhamdulillah dengan adanya kegiatan pengajian remaja dari Baznas, saya bisa membaca Alquran dengan baik,” ujarnya.

Kerja keras dan doa tak membohongi hasil. Atas ketekunanannya dalam menuntut ilmu ini, Fadli pernah memborong juara dalam beberapa lomba saat peringatan 17 Agustus tahun lalu. Ia berhasil meraih juara 1 lomba azan, juara 2 lomba praktik wudhu, dan juara 3 lomba praktik sholat.  

 

Salah satu penerima beasiswa Baznas, Imam Haramaini, pun mengenang bagaimana dia menjadi salah satu penerima beasiswa Baznas. Pada 2019, Imam mencoba peruntungan untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi Al-Azhar Mesir dan akhirnya diterima. Karena berasal dari kalangan keluarga ekonomi yang minim, Imam pun mengajukan proposal beasiswa ke Baznas. “Dan alhamdulillah, saya sujud syukur sekali dipilih Baznas sebagai salah satu penerima beasiswa,” kata Imam.

Mahasiswa kelahiran Cirebon, 23 Mei 1999 ini menceritakan bagaimana kondisi ekonomi keluarga yang tak mungkin membiayai pendidikannya secara mandiri ke luar negeri. Ayah Imam diketahui bekerja sebagai guru di salah satu pesantren di Sukabumi, sementara ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Maka meraih beasiswa menjadi salah satu bekal krusial yang perlu diraih Imam agar dapat melanjutkan pendidikan. 

Bersyukurnya, Imam diterima di Fakultas Ushuluddin Al-Azhar Cairo pada tahun ajaran 2019-2020. Atas penerimaan itu, bantuan biaya pendidikan Baznas diberikan berupa pemotongan tiket pesawat keberangkatan Indonesia-Mesir sebesar 50 persen, dan biaya tempat tinggal serta kebutuhan hidup selama menjalani pendidikan setahun penuh diraih Imam. 

Karena Kementerian Agama mengeluarkan penundaan pengiriman mahasiswa Indonesia ke luar negeri tahun ajaran 2020-2021 akibat pandemi Covid-19, Imam pun menyebut Baznas mengalihkan pendanaan tersebut kepada para penerima beasiswa sebelumnya. “Jadi totalnya, saya menerima beasiswa Baznas selama dua tahun. Alhamdulillah,” kata dia.

Melihat bagaimana peran zakat melalui beasiswa begitu dirasakan oleh dirinya, Imam pun bercita-cita untuk menjadi muzaki di masa depan. Mahasiswa berusia 22 tahun ini menyadari bahwa menjadi muzaki dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kelangsungan pembangunan karakter anak bangsa.

 

“Saya ingin nanti kalau sudah lulus, saya bisa bermanfaat atas ilmu yang saya dapatkan. Saya ingin membantu keluarga dari sisi ekonomi, saya ingin berbagi seperti muzaki kepada mustahik,” ujarnya.

Kepala Lembaga Beasiswa Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Sri Nurhidayah, mengatakan  salah satu upaya krusial untuk menekan ketimpangan sosial dan ekonomi di Indonesia dapat dibenahi dengan jalur pendidikan. Untuk itu, menurutnya, salah satu penopang kuat pendidikan dapat terlaksana dengan adanya pemberian kemudahan biaya atau beasiswa.

“Komitmen kami sudah sejak lama tentang beasiswa kepada mustahik. Kami berikan beasiswa baik bagi mahasiswa di dalam negeri, maupun luar negeri, dengan programnya Beasiswa Cendikia Baznas (BCB). Kami ingin mereka meraih cita-cita, kemudian bertransformasi dari mustahik menjadi muzaki insya Allah,” kata Sri saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (30/1).

Akses pendidikan di Indonesia memang belum sepenuhnya dapat menjangkau seluruh kalangan masyarakat. Faktor rendahnya ekonomi serta ketimpangan akses infrastruktur menjadi pemicu rendahnya angka peserta didik yang tak dapat lanjut berkuliah. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), angka perhitungan kasar (APK) jenjang pendidikan dari SMA ke perguruan tinggi mengalami ketimpangan.

Merujuk data BPS, APK jenjang pendidikan pada 2020 dari SMA ke perguruan tinggi hanya menembus angka 30,87. Jumlah ini tentu semakin mengerucut jika dibandingkan dengan APK jenjang pendidikan di tingkat SD sebesar 106,32, SMP sebesar 92,06, dan SMA sebesar 84,53.

Maka bagi Sri, beasiswa terhadap para mustahik merupakan komitmen Baznas atas hadirnya amanah-amanah yang dititipkan para muzaki sekaligus menjadi kontribusi nyata umat terhadap andil pemerataan pendidikan di Indonesia. Atas kepercayaan itulah dirinya bersama Baznas berupaya memastikan bahwa beasiswa yang disalurkan benar-benar beasiswa yang tepat sasaran secara manfaat dan penerima

Alur beasiswa Baznas dikelola dengan mengedepankan visi misi yang kuat untuk mencerdaskan bangsa dan menjaga amanah muzaki agar pengelolaan dana zakat dilakukan secara profesional. Untuk itu dalam proses penyeleksian beasiswa, Baznas menggandeng pihak ketiga untuk menihilkan praktik kolusi dalam proses penyeleksian beasiswa. “Alhamdulillah, kami tidak pernah ada kolusi dalam penyeleksian beasiswa, karena memang ada tim ketiga yang menyeleksi,” kata dia.

 

Penyeleksian itu meliputi profil calon penerima beasiswa, status ekonomi, riwayat catatan bebas narkoba, hingga riwayat akademik calon penerima beasiswa yang bersangkutan. Dengan proses ini, Sri menyebut bahwa amanah yang diberikan para muzaki kepada Baznas diharapkan mampu tersalurkan dengan sebaik-baiknya kepada para mustahik.

 
Berita Terpopuler