Wali Kota Eindhoven Khawatir Perang Saudara Usai Demo Rusuh

Demo anti-lockdown di Eindhoven Belanda berujung rusuh

EPA
Demonstrasi anti-kebijakan lockdown di Belanda
Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Kerusuhan protes pengunjuk rasa anti-lockdown di Belanda menimbulkan kekhawatiran para pemangku kebijakan. Belanda sebagai negara yang mengusung hak asasi manusia menghadapi aksi marak para warga yang memprotes kebijakan pembatasan Covid-19.

Baca Juga

Demonstrasi yang disertai kerusuhan terjadi di beberapa kota besar termasuk di Eindhoven. Wali Kotanya, John Jorritsma menanggapi secara emosional terhadap kerusuhan yang terjadi.

"Jika kita terus seperti ini, kita akan menuju perang saudara," katanya kepada wartawan dikutip laman Dutch News, Senin (25/1).

Meskipun aksi protes bertumpu tentang jam malam dan tindakan virus corona lainnya, beberapa pejabat menilai banyak dari pengunjuk rasa yang muncul tampaknya adalah pria muda yang ingin menimbulkan masalah. "Ini tidak mendemonstrasikan, saya akan menyebut orang-orang ini corona hooligan," ujar ketua asosiasi dewan keamanan regional Hubert Bruls.

Sekitar 240 orang telah ditangkap di berbagai kota di titik demo. Sekurangnya demo meletus menjadi rusuh di 10 kota di seluruh Belanda pada Ahad (24/1) malam waktu setempat. Masalah pertama berkobar di Amsterdam dan Eindhoven, padahal demo semacam itu dilarang.

Menjelang aturan jam malam pada pukul 21.00, gerombolan pemuda mulai menyerang polsi di beberapa kota lainnya, termasuk Tilburg dan Enschede. Banyak dari pengunjuk rasa melemparkan batu ke rumah sakit setempat sehingga memaksa pihak berwenang mengerahkan tim keamanan ekstra.

"Kerusuhan ini benar-benar tercela. Toko-toko yang sudah berjuang dirusak! Melempar batu dan kembang api itu keterlaluan," ujar wali kora Tilburg Theo Weterings.

 

Polisi anti-huru hara juga dikerahkan ke distrik Schilderswijk di Den Haag setelah kebakaran dimulai. Di Helmond, sekitar 50 anak muda berkumpul bersama setelah panggilan telepon untuk berdemonstrasi melalui Snapchat. "Ada sekitar 50 anak muda, yang melemparkan batu dan kembang api ke arah polisi," kata seorang juru bicara polisi kepada penyiar NOS.

Pada Sabtu (23/1) malam, jam malam pertama di Belanda sejak akhir Perang Dunia II dimulai, polisi menangkap 25 orang dan memberikan 3.600 denda untuk pelanggaran jam malam. Polisi anti-huru hara juga dipanggil untuk menangani masalah di bekas pulau Urk yang beragama Protestan dan di Stein di Limburg. Belanda telah diisolasi sejak pertengahan Desember, ketika sekolah dan toko non-esensial ditutup. Bar dan restoran tutup pada Oktober ketika gelombang kedua infeksi virus corona dimulai.

 
Berita Terpopuler