BRI Belum Berencana Tambah Modal Lewat Right Issue

Sebelumnya dikabarkan BRI akan menerbitkan saham baru senilai RP 14 triliun

Republika/Thoudy Badai
Direktur Umum PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso.
Rep: Novita Intan Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) (Persero) Tbk belum berencana menambah modal melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue pada tahun ini. Sebab saat ini likuiditas BRI masih cukup memadai.

Hal ini terlihat dari indikator rasio pinjaman simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) sebesar 82,6 persen pada kuartal tiga 2020. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 18 persen menjadi Rp 1.131,94 triliun secara tahunan.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan perseroan selalu memiliki plafon untuk menghimpun dana di pasar modal baik melalui penerbitan saham baru maupun obligasi dan instrumen lainnya. Adapun langkah ini untuk meningkatkan penyaluran kredit dan ekspansi perseroan.

Right issue atau bond yang lain-lain untuk penyaluran kredit, sekarang dirasa cukup. Maka belum diperlukan,” ujarnya saat konferensi pers virtual rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) BRI, Kamis (21/1).

Sebelumnya seperti dilansir Bloomberg dikabarkan BRI akan menerbitkan saham baru senilai RP 14 triliun atau satu miliar dolar AS.

“PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, bank BUMN dengan aset terbesar, sedang menjajaki rencana untuk mengumpulkan setidaknya satu miliar dolar AS melalui rights issue," tulis Bloomberg, Kamis (7/1).



Baca Juga

 
Berita Terpopuler