Wow... Harga Cabai di Lampung Tembus Rp 100 Ribu per Kg

Pemicu kenaikan karena stok cabai lokal berkurang selain baru memasuki musim tanam.

Antara/Oky Lukmansyah
Pedagang menata cabai merah. Saat ini harga cabai merah di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung menembus angka Rp 100 ribu per kg.
Rep: Mursalin Yasland Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Harga cabai merah dan rawit di pasar tradisional Kota Bandar Lampung, terus melejit. Setelah bertahan Rp 80 ribu per kg pada akhir tahun lalu, harga cabai merah sudah tembus Rp 100 ribu per kg. Sedangkan harga cabai rawit kisaran Rp 85 ribu sampai Rp 90 ribu per kg.

Mahalnya harga terutama cabai merah membuat para ibu rumah tangga berhemat dengan masakan pedas. Konsumen tidak lagi membeli cabai merah dengan jumlah banyak untuk menyetok di rumah, tapi dengan cara eceran sesuai dengan kebutuhan masak harian di dapur.

“Hari ini harga cabai mahal sekali sampai Rp 100 ribu per kilogram. Jadi, saya beli beberapa ons saja untuk masak di dapur hari ini,” ujar Sri (53 tahun), ibu rumah tangga di Kemiling, Bandar Lampung.

Biasanya, dia membeli cabai dengan jumlah banyak untuk menyetok kebutuhan dapur per pekan disimpan di lemari pendingin. Sejak harga cabai mahal, akhir tahun lalu, dia hanya membeli eceran, asalkan masakan bisa terasa pedas.

Berdasarkan keterangan pedagang di Pasar Tamin dan Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung, Selasa (5/1), kenaikan harga cabai baik merah maupun rawit sudah tidak terbendung lagi sejak akhir tahun lalu. Pemicu kenaikan karena stok cabai lokal berkurang karena baru memasuki musim tanam pada musim hujan.

 

“Sejak Desember tahun lalu memang harga cabai sudah naik, belum turun-turun, karena memang dari agen katanya stok cabai berkurang karena cabai local kosong,” kata Lekmin, penjual cabai di Pasar Pasir Gintung.

Menurutnya, cabai yang masuk di pasar tradisional Kota Bandar Lampung kebanyakan dari luar Lampung. Kalaupun ada cabai dari petani lokal jumlahnya tidak banyak. Dampaknya, kata dia, harga dari agen cabai sendiri sudah naik karena ditambah ongkos transportasi dan distribusi.

Mahalnya harga cabai merah dan rawit memengaruhi usaha kecil dan menengah di sektor makanan. Rumah makan atau restoran terpaksa mengurangi takaran pedas karena stok cabai merosot. Biasanya, menu masakan yang menggunakan cabai untuk pemedas rasa, terpaksa dikurangi kadarnya.

Wati, pedagang rumah makan di Bandar Lampung, tidak lagi menjajakan sambal kepada pelanggannya. Sedangkan untuk menu masakan pedas, terpaksa menggunakan kadar cabai yang hemat, yang penting rasanya ada rasa pedasnya.

 

Abi, pedagang pempek yang mangkal di Rawa Laut, Bandar Lampung, tertekan dengan mahalnya harga cabai rawit. Ia tidak bisa berbuat banyak untuk membuat cuka pempek agar pedas hanya dengan cabai rawit. “Karena cabai rawit mahal, jadi kami buat cuka pempek sekadarnya saja, jadi tidak terlalu pedas,” tuturnya. 

 
Berita Terpopuler