Mahasiswa ITS Rancang Plastik Ramah Lingkungan dari Kentang

Ide buat plastik dari kentang muncul dari tingginya pemakaian plastik sekali pakai

The Independent
Kentang (Ilustrasi)
Rep: Dadang Kurnia Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Hamdan Kafi Magfuri merancang plastik ramah lingkungan berbahan dasar kentang yang dapat dijadikan pakan ternak dan pupuk, serta mudah terurai. Mahasiswa Departemen Teknik Material dan Metalurgi ini menjelaskan, ide pembuatan plastik ramah lingkungan tersebut karena tingginya penggunaan plastik sekali pakai yang menimbulkan penumpukan sampah.

Baca Juga

“Lama kelamaan penumpukan kantong plastik ini akan berdampak buruk pada lingkungan,” ujar Hamdan melalui siaran tertulisnya, Jumat (1/1).

Permasalahan itu, kata Hamdan, membutuhkan inovasi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak buruk yang ditimbulkan. Mengingat plastik yang banyak digunakan saat ini merupakan material yang sangat sulit terurai. Panjangnya rantai karbon dalam penyusunan materinya, membuat plastik baru dapat diurai oleh mikroorganisme dalam waktu ratusan hingga ribuan tahun.

“Dengan demikian, ide utama yang harus diangkat adalah plastik yang mudah terurai dan memiliki manfaat lain selain menjadi sampah,” ujar mahasiswa asal Lumajang tersebut.

Bermodal riset melalui penelitian-penelitian terdahulu, Hamdan pun menggagas plastik berbahan dasar pati, yang banyak terkandung dalam umbi-umbian. Dari sekian banyak jenis umbi-umbian, Hamdan memilih kentang sebagai bahan utama. Alasannya, ketersediaan kentang di Indonesia sangat melimpah.

Selain itu, dari pemilihan ini Hamdan juga berharap pendapatan petani kentang dapat meningkat. “Oleh karena itu, dalam gagasan ini, rencananya petani kentang sendiri yang akan memproduksi plastik ini,” kata dia.

Cara pembuatannya pun, kata Hamdan, cukup terbilang mudah. Kentang yang tidak lolos sortir untuk dijual di pasar, digiling dan diperas sari patinya. Kemudian, sari pati ini diendapkan selama beberapa hari hingga menghasilkan endapan tepung. Endapan ini kemudian dicampur dengan platisizer dan kitosan. Campuran ini kemudian diendapkan, dicetak pada cetakan lembaran, serta dipanaskan pada suhu 120 derajat celcius selama 30-90 menit. 

 

Plastisizer sendiri didapat dari glisoerol dan asam asetat, berfungsi untuk mendapatkan sifat plastik, yaitu untuk memadatkan adonan. “Sedangkan kitosan didapat dari tepung kulit udang dan cangkang kepiting, berfungsi untuk menaikkan sifat mekanik plastik agar memiliki daya untuk menahan beban,” ujarnya.

Plastik berbahan dasar kentang ini, menurut Hamdan, memiliki karakteristik yang baik. Dari segi kekuatan tarik saja, plastik ini berkekuatan 28 MPa, di atas standar SNI yang sebesar 27 MPa. Sedangkan dari kemampuan tahan air, plastik ini memiliki kemampuan yang sama dengan plastik pada umumnya.

“Plastik ini tidak mengeluarkan zat karbon seperti plastik pada umumnya, sehingga aman untuk makanan,” kata dia.

Seperti tujuan awalnya, sampah dari plastik ini dapat terurai dalam waktu 28 hari di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk penyimpanannya, harus diletakkan pada tempat yang tidak memiliki kontak dengan udara yang terlalu banyak. Selain itu, sampah dari plastik ini juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk kompos.

“Harapannya manfaat plastik ramah lingkungan ini dapat dirasakan banyak pihak,” kata Hamdan.

 
Berita Terpopuler