Imbal Hasil Obligasi Bakal Positif pada 2021

Pasar obligasi pada tahun ini cenderung stabil karena didominasi investor lokal.

ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan beraktivitas di depan tampilan layar dari situs Mandiri Online Securities Trading (MOST). Mandiri Sekuritas memperkirakan kinerja pasar obligasi akan tetap moncer di tahun depan.
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mandiri Sekuritas memperkirakan kinerja pasar obligasi akan tetap moncer di tahun depan. Meskipun sudah reli selama tiga tahun berturut-turut dan yield obligasi yang ditawarkan semakin rendah, investasi pasar obligasi di 2021 kemungkinan masih akan memberikan hasil yang positif. 

“Penurunan yield masih bisa berlanjut sehingga investor masih akan mendapatkan potensi capital gain di tahun depan,” ungkap Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto, Selasa (29/12).

Handy memaparkan tiga hal yang mengindikasi membaiknya imbal hasil obligasi pada tahun depan. Indikator pertama, nilai wajar yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun akan berkisar di angka 5,75 persen, didorong oleh kebijakan The Fed yang akan menahan suku bunga hingga 2023. 

Kedua, likuiditas yang masih sangat besar, baik dari global maupun domestik, serta didukung oleh pasar obligasi Indonesia yang atraktif dengan nilai real yield kedua terbesar di bawah Afrika Selatan. Ketiga, dari sisi supply and demand, Handy melihat masih manageable seiring dengan likuiditas yang melimpah serta adanya partisipasi Bank Indonesia di pasar perdana melalui skema SKB1.

 

Untuk tahun ini saja, menurut Handy, pasar obligasi memberikan kinerja yang sangat bagus di mana performa indeks obligasi meningkat 14,5 persen sepanjang tahun 2020 hingga pertengahan Desember. Kinerja tersebut melampaui kinerja saham maupun deposito.

Berbeda dengan kondisi tiga tahun sebelumnya, pasar obligasi di Indonesia saat ini cenderung lebih stabil karena didominasi oleh investor lokal, khususnya perbankan yang bisa melakukan investasi sekitar Rp 50 triliun setiap bulannya sejak April 2020. Tren ini didorong oleh likuiditas perbankan yang melimpah akibat permintaan kredit yang turun.

Adapun komposisi investor asing di pasar obligasi saat ini hanya sekitar 26 persen dari sebelumnya 40 persen. Gambaran ini memberikan prospek yang positif di mana tingkat ketergantungan pasar obligasi di Indonesia menurun. 

"Meskipun demikian, dalam tiga bulan terakhir, reli di pasar obligasi juga didorong oleh aliran investasi asing yang mulai masuk kembali ke pasar obligasi Indonesia, seiring dengan membaiknya sentimen global dampak dari perkembangan posisitif vaksin dan kebijakan akomodatif dari bank sentral,” kata Handy.

 

Handy juga menyoroti partisipasi investor retail yang meningkat di pasar obligasi. Hingga November 2020, nilai investasi investor retail mencapai Rp 65 triliun, atau meningkat hampir 8 kali dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp 8 triliun.

 
Berita Terpopuler