Australia Adili Tentara Elitenya, Turki Terhadap Kurdi? 

Pengadilan Turki terhadap pelaku serangan ke Kurdi dipertanyakan

AP
Pengadilan Turki terhadap pelaku serangan ke Kurdi dipertanyakan. Bendera Turki di jembatan Martir, Turki
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Hampir sepekan setelah dia menjanjikan reformasi peradilan dan demokrasi, orang kuat di Turki Presiden Recep Tayyip Erdogan menemukan kembali dirinya yang lslamis. Dia mengingatkan dunia sekali lagi betapa korup dan munafik pemahaman tentang keadilan universal. 

Baca Juga

"Kami mengamati bahwa teror negara (Israel) terhadap warga Palestina terus berlanjut, anak-anak Palestina sedang dibunuh," kata Erdogan dalam pidatonya saat mengeluhkan ketidakadilan.  

Dalam tulisan analisis Burak Bekdil yang dipublikasikan laman Middle East Forum pada 9 Desember 2020, Bekdil, mengriktik kebijakan Erdogan dan membandingkannya dengan Sikap Australia.  

Beberapa hari sebelumnya, juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin menggambarkan pembunuhan oleh Angkatan Pertahanan Australia (ADF) terhadap lusinan warga sipil Afghanistan sebagai 'barbarisme modern'.

Temuan penyelidikan empat tahun terhadap ADF, benar-benar mengkonfirmasi deskripsi Kalin sebagai barbarisme. Tentara junior diberitahu untuk melakukan pembunuhan pertama mereka dengan menembak tahanan, dalam praktik yang dikenal sebagai 'blooding'.

Senjata dan barang-barang lainnya disimpan di dekat tubuh orang Afghanistan untuk menutupi kejahatan praktik blooding. Dua insiden tambahan bisa merupakan kejahatan perang berupa perlakuan kejam.

Media pro Erdogan melompat ke dalam cerita ADF, meliputnya dengan tajuk utama dan komentar, menyoroti gagasan bahwa Barat juga bisa menjadi biadab. Ini sebenarnya adalah upaya setengah sadar untuk melegitimasi praktik biadab yang umumnya ekstrem di dunia Islam. Demi kebenaran, baik Erdogan maupun juru bicaranya harus diingatkan tentang kesamaan barbarisme di negara mereka sendiri.

Kisah Australia yang tidak menyenangkan menggambarkan bagaimana di negara-negara demokratis dengan pengawasan dan keseimbangan yang kuat serta pemisahan kekuasaan, rasa bersalah negara muncul di ranah publik secara transparan, dan para pelakunya dibawa ke pengadilan terlepas dari jabatan publik mereka dan kewarganegaraan para korban.

Pelapor kasus Australia adalah Australian Broadcasting Company (ABC) publik. Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa penyelidik khusus akan ditunjuk untuk mempertimbangkan penuntutan dari informasi yang terkandung dalam laporan tersebut. Satu skuadron SAS (Resimen Layanan Udara Khusus) ditutup. 

Pemerintah mengatakan akan membentuk panel pengawasan independen untuk memberikan akuntabilitas dan transparansi yang berada di luar rantai komando ADF.

PM Morrison juga menelepon Presiden Afghanistan Ashraf Ghani untuk mengungkapkan kesedihan yang terdalam atas temuan tersebut. Begitu banyak kebiadaban Australia. Kebanyakan orang Turki akan sangat iri dengan kebiadaban modern yang dilakukan pejabat publik.

 

Orang-orang Turki hanya mengetahui dari keputusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa bahwa angkatan udara mereka telah mengebom sebuah desa Turki-Kurdi pada 1994 dan menewaskan 45 penduduk desa yang tidak bersalah di dekat Sirnak di tenggara Turki. Permintaan maaf? Tidak ada. Berapa banyak petugas yang harus diadili dan dijatuhi hukuman? Tidak ada.  

Pada malam 28 Desember 2011 sekelompok petani Kurdi menyelundupkan bensin murah ke desa Turki mereka dari Irak utara. Empat jet tempur F-16 Turki muncul di langit yang gelap dan menyerang kelompok itu, menewaskan 34 orang, termasuk 17 anak-anak.  

Tentara dan organisasi intelijen nasional saling menyalahkan atas kesalahan intelijen yang menyebabkan serangan itu. Di bawah tekanan publik, pemerintahan Erdogan meluncurkan penyelidikan atas serangan itu. Tidak ada satupun pejabat yang dinyatakan bersalah.  

Pada 2013, jutaan orang Turki turun ke jalan di puluhan kota untuk memprotes aturan dan praktik otoriter Erdogan. Suatu pagi yang mengerikan di Istanbul, orang tua Berkin Elvan menyuruh anak laki-laki berusia 15 tahun itu keluar untuk membeli roti dari toko roti terdekat. Wajah Elvan dipukul tabung gas air mata yang ditembakkan seorang petugas polisi.   

Dia meninggal setelah koma selama 269 hari. Meskipun kasus hukum dibuka setelah penyelidikan selama 3,5 tahun, tidak ada satupun petugas yang ditahan. Sudah 7,5 tahun sejak Elvan terbunuh dan tampak seperti tembakan langsung di wajah.

Negara Turki masih berusaha untuk memastikan bahwa tidak ada seorang perwira pun yang akan dihukum atas kematian tragis seorang bocah lelaki berusia 15 tahun itu. Lebih buruk lagi, tidak ada tanda akuntabilitas dalam sistem administrasi publik Turki.

Kemal Kurkut adalah seorang pengunjuk rasa Kurdi berusia 23 tahun yang ditembak mati oleh polisi di Diyarbakir, kota Kurdi terbesar di Turki, pada 21 Maret 2017.

Ujuk rasa pro Kurdi di Istanbul, Turki. - (AP/Emrah Gurel)

Polisi mengklaim bahwa Kurkut ditembak karena dicurigai sebagai pelaku bom bunuh diri. Foto-foto kemudian menunjukkan dia telanjang dari pinggang ke atas, berlari di depan regu tembak polisi. 

Pemandangan dramatis dan tak terbantahkan ditangkap seorang fotografer, Abdurrahman Gok, yang kemudian memposting foto-fotonya. Gok sekarang menghadapi persidangan karena kemungkinan terkait dengan kelompok teror dan bisa mendapatkan hukuman hingga 20 tahun penjara.

Bagaimana dengan petugas yang menembak Kurkut? Hanya beberapa hari setelah Erdogan menjanjikan reformasi peradilan, pengadilan kejahatan serius di Diyarbakir ini memutuskan membebaskan terdakwa, yakni seorang petugas polisi yang hanya dikenal dengan inisial namanya YS.

Keadilan tampaknya merupakan komoditas yang terlalu langka bagi ekstremis Turki yang sering sibuk melindungi teroris Palestina dan menuduh negara-negara beradab melakukan barbarisme modern.

Kisah Australia bisa menjadi contoh barbarisme modern, isinya tidak dapat diterima, tetapi memiliki akhir yang adil. Cerita Turki tentang barbarisme Abad Pertengahan di abad ke-21 tidak demikian?

*Isi artikel ini tidak mencerminkan kebijakan redaksi Republika.co.id

 

Sumber: https://www.meforum.org/61857/turkey-islamist-justice-at-its-best

 
Berita Terpopuler