Mayjend TNI Tugas Ratmono dan Misi 'Perang' di Wisma Atlet

RSDC Wisma Atlet tak lepas dari peran Mayjend TNI Tugas Ratmono

Republika/Yudha Manggala
Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta menjadi rumah sakit darurat sekaligus tempat isolasi mandiri untuk pasien Covid-19 sejak Maret 2020. Ilustrasi
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Keterlibatan TNI dalam penanganan Covid-19 menunjukkan keseriusan negara dalam ‘perang’ melawan virus tersebut. Keseriusan TNI itu antaralain tampak di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet. 

Baca Juga

Kesuksesan RSDC WIsma Atlet tak lepas dari sosok Mayor Jenderal TNI Tugas Ratmono. Penunjukkan Mayor Jenderal TNI Tugas Ratmono sebagai Koordinator RSDC Wisma Atlet tentu sudah memperhitungkan berbagai hal dalam pertempuran melawan virus Corona. 

Ia memiliki segudang pengalaman yang tak perlu diragukan. Mayjen Tugas Ratmono kini masih menjabat sebagai Kepala Pusat Kesehatan TNI. Sebelumnya ia bertugas sebagai Kepala Pusat Kesehatan TNI AD. Pengalaman tempur didapatnya saat bertugas di satuan Kostrad Batalyon Lintas Udara 431/K-SSP, Brigif 3, Kariango, Makassar.

Dalam tataran operasional pelayanan kesehatan rumah sakit, Mayjen TNI Tugas Ratmono sudah malang melintang bertugas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. 

Rumah sakit  yang berdiri sejak Oktober 1936 ini adalah rumah sakit rujukan tertinggi bagi rumah sakit TNI di seluruh penjuru Nusantara.  Di RSPAD, Mayjen Dr  dr Tugas Ratmono pernah menjabat sebagai Ketua Komite Medik. 

Dari sisi strategis dan intelektual, Mayjen Tugas pernah menjabat direktur Pembinaan dan Pengembangan (Dirbinbang) RSPAD Gatot Subroto. Pria asal Kebumen-Jawa Tengah ini juga pernah bertugas sebagai Kepala Departemen Saraf.   

Dari sisi akademis, Mayjen TNI Tugas meraih gelar dokter dari Fakultas Kedokteran UGM. Spesialis saraf diperolehnya dari Fakultas Kedokteran UI tahun 2002. Sedangkan gelar Doktor disabet dari Paska Sarjana Universitas Hasanuddin tahun 2016. 

Gelar MARS (Magister Administrasi Rumah Sakit) diperolehnya dari Universitas Respati Indonesia tahun 2015. Mayjen Tugas Ratmono  menyandang gelar Magister Hukum Paska Sarjana UPN Veteran Jakarta.

Prestasi mentereng juga dimiliki Letkol Laut drg. Muhammad Arifin SpOrt, M Tr Opsla yang kini dipercaya menjadi Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Komandan Batalyon Kesehatan I Marinir Cilandak ini sudah diterjunkan negara dalam penanggulangan Covid-19 saat virus ini mulai merebak di dunia.   

Lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Unpad ini terlibat langsung saat evakuasi 245 warga Indonesia dari Kota Wuhan, China, kota pertama kali Covid-19 menggegerkan dunia. Kemudian ia dilibatkan saat memindahkan 188 WNI ABK kapal World Dream ke KRI Suharso di Kepulauan Riau dan mereka selanjutnya di karantina di RS Corona Pulau Galang.   

Pertempuran melawan virus Corona di RSDC Wisma Atlet sesungguhnya berlangsung sangat menegangkan karena menyangkut keselamatan nyawa manusia mengingat potensi penyebaran virus Corona. Para tenaga kesehatan mesti menggunakan APD lengkap untuk memasuki tower 6 dan 7 yang menjadi tempat perawatan pasien Covid-19 dengan gejala sedang. Saat keluar dari tower 6 dan 7, mereka harus dipastikan tidak membawa virus Corona dengan serangkaian prosedur yang cukup rumit.  

Namun Mayjen Tugas dengan segudang pengalamannya, mampu menciptakan atmosfer penuh kegembiraan untuk mencairkan ketegangan seluruh petugas RSDC Wisma Atlet. Mayjen Tugas tak bosan-bosannya berpesan pada petugas kesehatan untuk selalu gembira dan bahagia.  

“Kita petugas gembira dan bahagia, pasien pun akan terdorong untuk gembira dan bahagia juga. Gembira dan bahagia penting di sini agar imunitas meningkat,” ujar Jenderal bintang dua yang dikenal memiliki pembawaan tenang ini. 

Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Mayjen Tugas Ratmono (kiri), mendengarkan penjelasan salah satu petugas di Wisma Atlet. - (Dok Istimewa)

Tentu tak mudah menerapkan manajemen kerja bagi 1952 tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet yang beroperasi penuh selama 24 jam. Shift kerja dirancang dengan cermat seperti kerja 6-8 jam dan istirahat 32 jam. Saat istirahat, para tenaga kesehatan bisa melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan seperti olah raga, nge-gym, atau bermain musik.  

Dengan sistem yang dibangun cermat dalam memerangi virus Corona ini, hasilnya memuaskan. Hingga kini, RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat mencatat tak ada petugas kesehatan yang menjadi korban meninggal alias zero kematian. 

Padahal di berbagai rumah sakit di Indonesia lainnya di luar RSDC Wisma Atlet Kemayoran, berdasarkan data Ikatan Dokter Indonesia per 15 Oktober 2020, tercatat 136 dokter meninggal dunia terkait penanganan Covid-19.  

 

Tentu ini menjadi kabar menggembirakan terkait penanganan Covid-19 yang berhembus dari RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Sebuah prestasi gemilang Tim Kesehatan yang dikoordinir militer Indonesia dalam pertempuran melawan virus Corona di rumah sakit penanganan Covid-19 terbesar di dunia, RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.   

 
Berita Terpopuler