Penderita Corona Meningkat, Wilayah Utara Italia Diisolasi

Isolasi akan diberlakukan mulai hari ini.

EPA
Pemerintah Italia berencana menutup seluruh sekolah, universitas, dan kegiatan publik guna cegah penyebaran corona. Ilustrasi.
Rep: Dwina Agustin Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, ROME -- Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menandatangi keputusan untuk mengarantina wilayah utara, termasuk daerah Lombardy dan 15 provinsi di wilayah sekitar. Pemberlakuan tersebut berlaku hingga 3 April.

"Untuk Lombardy dan provinsi utara lainnya yang telah saya daftarkan akan ada larangan bagi semua orang untuk masuk dan keluar dari wilayah ini dan juga dalam wilayah yang sama," kata Conte.

Conte menyatakan, hanya orang-orang yang memiliki urusan profesional saja dapat masuk atau keluar dari wilayah karantina tersebut. Ketetapan ini menimbang penyebaran virus Corona merupakan kasus yang luar biasa untuk masalah kesehatan.

Ketetapan baru ini akan mempengaruhi sekitar 16 juta orang di wilayah utara negara itu. Sebelum Conte menandatangani dekrit karantina, presiden wilayah Emilia Romagna,  Stefano Bonaccini, mengatakan sebagian dari dekrit itu membingungkan.

Bonaccini telah meminta Perdana Menteri lebih banyak waktu untuk menghasilkan solusi yang lebih koheren. Memberlakukan karantina secara luas merupakan pertimbangan yang harus dilakukan secara matang.

Ada kekacauan dan kebingungan di kota Padua di Italia utara di wilayah Veneto menyusul kabar pemerintah akan mengumumkan karantina. Bar dan restoran yang penuh sesak menjadi kosong karena banyak orang bergegas ke stasiun kereta di Padua. Para pelancong dengan koper, mengenakan masker, sarung tangan, dan membawa botol-botol gel sanitizer mendorong mereka untuk naik kereta.

Italia menemukan peningkatan harian terbesar dalam kasus virus Corona pada Sabttu (7/3), sejak wabah dimulai di utara negara itu pada 21 Februari. Dalam pembaruan harian, agensi perlindungan sipil Italia mengatakan, jumlah orang dengan virus Corona naik 1.247 dalam 24 jam terakhir, dengan total 5.883 kasus. Lebih dari 200 orang dilaporkan meninggal akibat virus. 

Baca Juga

 
Berita Terpopuler