Wednesday, 20 Zulhijjah 1445 / 26 June 2024

Wednesday, 20 Zulhijjah 1445 / 26 June 2024

Kinerja Baik APBN Berlanjut

Senin 30 Oct 2023 12:26 WIB

Red: Gita Amanda

Kinerja baik APBN per September 2023 masih berlanjut dengan pendapatan negara dan belanja negara yang tetap tumbuh.

Kinerja baik APBN per September 2023 masih berlanjut dengan pendapatan negara dan belanja negara yang tetap tumbuh.

Foto: Bea Cukai
Indonesia perlu waspada akan kondisi global yang masih mengalami ketidakpastian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja baik APBN per September 2023 masih berlanjut dengan pendapatan negara dan belanja negara yang tetap tumbuh. Terdapat surplus Rp 67,7 triliun dengan keseimbangan primer Rp 389,7 triliun.

Kinerja baik APBN per September 2023 diungkapkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN Kita Oktober 2023. Menkeu merinci, pendapatan negara sebesar Rp 2.035,6 triliun atau naik 3,1 persen (yoy) dan belanja negara sebesar Rp 1.967,9 triliun atau naik 2,8 persen (yoy).

Baca Juga

Kinerja belanja APBN juga masih menunjukan hasil yang baik dengan fokus tetap memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Khususnya bagi kelompok miskin dan rentan, melalui belanja bantuan sosial, petani dan UMKM, kesehatan, subsidi, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur.

Namun, Menkeu juga mengingatkan Indonesia perlu waspada akan kondisi global yang masih mengalami ketidakpastian. Hal ini sebagai dampak dari pascapandemi, geopolitik, volatilitas pasar uang, inflansi komoditas, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi di China. Perekonomian nasional akan terpengaruh, meskipun masih diprediksi tumbuh 5,1 persen.

Dari sisi kepabeanan dan cukai, Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Encep Dudi Ginanjar, pada Senin (30/10/2023), mengatakan sampai dengan September 2023, Bea Cukai turut berkontribusi Rp 195,6 triliun atau 64,5 persen target APBN.

"Penerimaan bea masuk masih positif, sedangkan penerimaan bea keluar dan cukai melambat," kata Encep.

Bea masuk tercatat sebesar Rp 36,9 triliun atau naik 1,7 persen (yoy). Kenaikan ini disebabkan naiknya tarif efektif dan menguatnya kurs dolar AS. Sementara itu, bea keluar tercatat sebesar Rp 8,1 triliun atau turun 79,4 persen (yoy), karena penurunan harga crude palm oil (CPO) dan turunnya volume ekspor tembaga.

Penurunan juga terjadi di cukai yang terkumpul Rp 150,5 triliun hingga bulan September 2023, akibat berkurangnya produksi rokok golongan I serta produksi MMEA dan EA. Tercatat, penurunan cukai hasil tembakau sebesar 5,4 persen (yoy), minuman mengandung etil alkohol (MMEA) 1,2 persen (yoy), dan etil alkohol (EA) 7,5 persen (yoy). 

"Walaupun terdapat pelambatan di bea keluar dan cukai, kami tetap berupaya mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor kepabeanan dan cukai agar APBN dapat terus menjadi motor penggerak sekaligus alat pengaman yang menjaga stabilitas ekonomi. Kami berharap, masyarakat tetap memberikan kontribusi dan dukungannya terhadap kinerja APBN 2023 dan Bea Cukai," kata Encep.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
 
Terpopuler