Rabu 30 Dec 2020 13:16 WIB
Cerita di Balik Berita

Dipecat Membawa Nikmat: Saat Wartawan Dituduh Mata-Mata ABRI

Mungkin aku dituduh mata-mata karena sering ngobrol dengan camer yang kerja di Mabes

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Aku tak menyerah begitu saja. Sebagai lulusan sarjana hukum aku sedikit banyak mengerti tentang UU Tenaga Kerja. Salah satu pasal UU Tenaga Kerja menyebutkan, pekerja harus diberitahukan sebulan sebelum penghentian kontrak dilakukan. Jadi aku anggap saat itu adalah pemberitahuan, eksekusinya baru sebulan kemudian.

Si manajer SDM kaget mendengar penjelasanku yang panjang lebar soal UU Tenaga Kerja. Dia mau berdebat dengan dasar apalagi? Akhirnya kami sepakat. Aku tetap bekerja sebulan lagi.

Aku berjalan keluar ruangan dengan lunglai. Belum terpikir mau mencari kerja ke mana lagi. Keinginanku menjadi wartawan seolah terkubur.

Aku memang bercita-cita menjadi wartawan. Ini adalah pekerjaan pertama yang aku jalani sejak lulus kuliah. Selama bekerja enam bulan ini tak pernah aku berniat pindah kerja, atau melamar ke tempat lain.

Teman-teman reporter yang kuberitahu bahwa kontrakku tak diperpanjang, tak ada yang percaya. Mereka mengira aku cuma berpura-pura.

Sejumlah redaktur yang mengetahui kabar itu juga kaget. Malam harinya aku diajak bertemu  redaktur politik Effendy Choirie dan dua redaktur lainnya di taman yang tak jauh dari kantor. Mereka mengatakan tak habis pikir mengapa aku dituduh jadi mata-mata.

“Lawan saja Dek. Banyak yang membantu nanti,” saran Effendy Choirie.

Mereka menyarankan supaya aku mengadu ke Persatuan Wartawan Indonesia (PWI atau Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Menurut mereka aku sudah diperlakukan sewenang-wenang. Mereka heran bagaimana mungkin seorang wartawan baru seperti aku dianggap mata-mata ABRI. Namun aku tak tertarik untuk memperbesar kasus itu.

Koran BY sebelumnya dimiliki oleh Angkatan Darat. Setelah diambil oleh manajemen baru, koran itu dijadikan koran metropolitan Jakarta. Tapi perseteruan antara manajemen lama dan manajemen baru belum berakhir. Awak BY lama yang umumnya sudah berumur tua dianggap mewakili manajemen lama.

Aku termasuk reporter yang sering mengobrol dengan orang-orang lama. Karena itu aku banyak tahu tentang peta persaingan di BY saat itu. Aku juga tahu banyak mengenai sepak terjang sejumlah awak manajemen baru.

Informasi soal peta persaingan di BY juga aku dapat dari Ayah Maya May Syarah (yang beberapa tahun kemudian menjadi istriku), sesama reporter baru di BY. Ayahnya bekerja di Puspen Mabes ABRI. Aku bersama sejumlah reporter baru sering main ke rumahnya dan ngobrol, termasuk soal BY dan awak BY.

Saat berkumpul sesama reporter kadang aku bercerita soal konflik di tubuh BY. Mungkin itu yang menyebabkan aku dikira mata-mata ABRI. Mata-mata Angkatan Darat yang hendak mengambil kembali BY. Entahlah.

Sepekan setelah dipanggil manajer SDM, aku dipanggil Valens G Doy. Valens adalah mentor langsung kami anak-anak baru. Mantan wartawan Kompas itu adalah konsultan dari koran BY manajemen baru. Valens bukan pemimpin redaksi (pemred). Tapi secara de facto dia adalah pemrednya. Dia otak dari koran baru BY.

Valens mengatakan bahwa dia tidak terlibat dalam keputusan memecatku. Dia mengaku sedang tidak berada di kantor beberapa waktu. Kendati begitu dia tak bisa mengubah keputusan yang sudah diambil bawahannya.

You punya bakat jadi wartawan. Kalau you mau pindah ke tempat lain, Om bersedia memberikan surat rekomendasi,” kata Valens.

Aku mengucapkan terima kasih atas tawarannya. Tapi aku tak tertarik untuk mendapatkan surat rekomendasi itu. Aku sudah terlanjur kecewa dipecat karena dituduh sebagai mata-mata ABRI. Aku ingin buktikan bahwa aku bisa diterima di tempat lain dengan usahaku sendiri.

Aku hanya katakan bahwa akan menggunakan hak untuk bekerja sebulan lagi. Itu saja.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement