Selasa 29 Dec 2020 14:56 WIB
Cerita di Balik Berita

Tes Jadi Wartawan Republika: Terima Amplop Sampai Buta Warna

Untuk menjadi wartawan Republika harus menjalani berbagai tes.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Hasil tes pertama diumumkan di Harian Republika edisi Ahad 8 September 1999. Senang sekali rasanya melihat nomor pesertaku muncul di antara deretan nomor peserta lain.

Tes kedua adalah wawancara. Lokasinya di Hotel Kemang, Jakarta Selatan. Pelaksanaannya 11-12 September 1996. Jumlah peserta sudah menyusut menjadi 118 orang. Kami dibagi menjadi enam grup dengan jadwal wawacara yang berbeda.

Saat wawancara aku ditanya apa kelebihan dan kekurangan Republika. Jawabanku lancar, karena aku sudah menduga akan ada pernyataan seperti itu.

Aku juga ditanya apakan wartawan boleh menerima amplop? Kujawab tidak. Ketika bekerja di BY pun kami wartawan dilarang menerima amplop. Pertanyaan lainnya adalah latar belakang pribadi, keluarga, kegiatan saat kuliah, motivasi menjadi wartawan, dan rencana ke depan.

Tes kedua diumumkan di Harian Republika edisi Sabtu 14 September. Aku juga termasuk calon yang ikut  tahap berikutnya.

Kegiatannya adalah tes psikologi lanjutan. Jadwalnya 16-18 September 1996. Tes dilakukan PT Surindo Utama di Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Para peserta tes berhadapan dengan penguji satu per satu. Aku diajukan sejumlah pertanyaan tentang aktifitas pribadi. Juga mengerjalan soal-soal dalam bentuk praktek seperti menyusun balok-balok menjadi bentuk bangunan.

Anehnya, aku mampu mengerjakan tugas-tugas yang sulit, tapi tak bisa menyelesaikan soal-soal yang dianggap mudah oleh penguji. Kurang percaya dengan hasilnya, dia mengulang kembali mengujiku dari awal. Tetap saja aku tak bisa menyelesaikan soal yang mudah. Begitu tes yang sulit, aku lancar saja mengerjakan.

Kok bisa ya?” tanyaku heran.

Sang penguji hanya tersenyum.

Hasil tes psikologi tidak diumumkan tersendiri, tapi bersama dengan tes Bahasa Inggris.  Tes Bahasa Inggris dilakukan di Lembaga Bahasa LIA di Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis 19 September 1996.

Bentuk tes tertulis. Mirip dengan tes TOEFL. Sebenarnya dalam tes wawancara juga ada bahasa Inggris, tapi saat itu cuma diminta memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang kegiatan keseharian.

Hasil tes psikologi lanjutan dan bahasa Inggris diumumkan di Harian Republika edisi 5 Oktober. Ini momen yang sangat mendebarkan. Dua kali menanti pengumuman di koran sudah harap-harap cemas. Kali ini lebih cemas lagi, karena ini adalah pengumuman terakhir siapa yang lolos menjadi calon repoter Republika.

Alhamdulillah. Ternyata nomorku masuk dalam 30 orang yang diterima di Republika. Ini adalah angkatan terbanyak dalam sejarah rekrutmen reporter baru di Republika. Jumlah ini masih ditambah lagi dengan lima fotografer dan sejumlah lima awak iklan.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement