Kamis 04 Jun 2020 10:56 WIB

Bahaya Perang Biologi, TNI Bentuk Satuan Nubika Gabungan

TNI harus mampu menghadapi dinamika lingkungan strategi global.

TNI Angkatan Darat membangun satuan Nuklir Biologi Kimia (nubika).
Foto: Pusziad
TNI Angkatan Darat membangun satuan Nuklir Biologi Kimia (nubika).

Dari sisi terminologi militer, sebutan pimpinan korps zeni di Indonesia, kurang tepat. Padahal pada 1971 hingga 1976, sebutannya sudah benar yakni Komandan Pusat Zeni, berada di bawah Kobangdiklatad. Di negara lain, umumnya menggunakan istilah danjen zeni atau dankorps zeni, bukan kepala pusat zeni.

Sebab Korps Zeni memiliki banyak satuan lapangan, seperti resimen atau brigade, serta sejumlah batalyon lapangan maupun detasemen lapangan bantuan tempur. Bukan bantuan administrasi yang dipimpin kepala pusat atau direktur korps. Di Inggris sebutannya tentara sapeer atau kesenjataan pencari ranjau.

Satuan bantuan tempur penerbangan Angkatan Darat, misalnya, sebutannya Komandan Puspenerbad. Bukan Kepala Puspenerbad. Tugasnya sama seperti Zeni, mendukung mobilitas tempur Angkatan Darat. Bahkan bantuan administrasi, seperti polisi militer, sebutannya malah Komandan Puspomad.

Zeni TNI-AD kini memiliki satu resimen, 16 batalyon, tujuh denzipur, 45 denzibang, dua kompi khusus (jihandak dan nubika), serta detasemen deteksi Paspampres.  Prajurit bantuan tempur korps zeni terbanyak kedua, setelah infanteri sebagai satuan tempur utama.

Sebagai satuan bantuan tempur, zeni setara dengan kesenjataan kavaleri, artileri medan, dan artileri pertahanan udara. Namun sebutan pimpinannya adalah komandan pusat kesenjataan.

Di tingkat Kodam sebutannya juga rancu, kepala zeni Kodam. Padahal di kodam ada komandan yonzipur, komandan yonzikon, komandan denzibang, serta komandan denzipur. Sehingga lebih pas menggunakan istilah komandan zeni kodam (zidam), seperti komandan polisi militer kodam. 

Layaknya infanteri

Selain melaksanakan tugas bantuan zeni dalam pertempuran, kini pasukan zeni dituntut bisa bertempur selayaknya pasukan infanteri. Sejalan dengan penempatan regu senjata bantuan dalam organisasinya. Terdiri dari regu senapan mesin ringan, sedang, dan berat, regu senjata roket anti-tank, regu peluncur granat.

Sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) lapis baja, misalnya tank tempur utama, Leopard kini menjadi bagian dari TNI. Tank berat buatan Jerman dengan bobot 50 ton itu, tentu tidak bisa melewati sungai yang panjang. Satuan kavaleri harus bersinergi dengan satuan zeni dalam pertempuran.

Untuk mendukung hal tersebut, kini sudah ada zeni berlapis baja (ziberba) di bawah yonzipur atau denzipur. Kini istilahnya zeni tempur mekanis. Korps ini antara lain memiliki alutsista M3 Amphibious Ponthon berbobot sekitar 70 ton.

Alutsista ini juga berasal dari Jerman. Menjadi jembatan mobil bagi tank Leopard atau kendaraan lapis baja lainnya. Juga memiliki Bozena 4, robot penghancur ranjau anti-personel, dan anti-tank. Bahkan dahulu Kostrad memiliki Yonzipur 10 Amfibi di bawah Resimen Zipur bersama Yonzipur 9 Para dan Yonzipur 7 Limed (lintas medan). Namun dalam reorganisasi unsur amfibi dihapuskan dari Yonzipur 10. Sedangkan Yonzipur 7 Limed Kostrad pun ikut dilikuidasi.

“M3 Amphibious Ponthon  idealnya ada di seluruh pulau besar di Indonesia untuk mendukung satuan tempur dan bantuan tempur lainnya. Tiap yonzipur atau denzipur nantinya akan dilengkapi alutsista ini,” ujar mantan Komandan Kodim Musi Banyuasin, Sumatra Selatan.

Sat Nubika TNI

Di sisi lain, untuk mengantisipasi kekurangan satuan nubika, lanjut Mayjen Munib, maka di tiap yonzipur dan denzipur telah dibentuk satu peleton nubika. Jadi peleton nubika ini sebagai embrio kompi nubika seperti diinginkan Mabesad. Sehingga TNI AD kini memiliki satu kompi dan 22 peleton nubika. Setara dengan delapan kompi atau dua batalyon.

“Peleton nubika inilah yang kini membantu komando tugas gabungan terpadu (kogasgabpad) di seluruh wilayah Indonesia. Dengan peralatan yang minim dan pasukan peleton sekitar 30-40 orang, mereka ada di garis depan,” ujar Munib, alumni Akmil 1987.

Kogasgabpad merupakan subgugus tugas percepatan penanganan covid-19. Pasukan Zeni Nubika antara lain ditempatkan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat, Pulau Sebaru Kepulauan Seribu, Pulau Galang, dan Pulau Natuna.     

Mereka menjadi tim penjemput dan penerima warga negara Indonesia dari Wuhan, Republik Rakyat Cina, serta dari negara-negara lain, termasuk tenaga kerja Indonesia dari luar negeri. Ketika belum ada yang berani memakamkan korban akibat positif corona, maka satuan ini menjadi tim pionir pemakaman pertama di seluruh Indonesia sesuai protokol badan kesehatan dunia.

Proyeksi ke depan, menurut Mayjen Munib, Mabesad memiliki konsep rencana strategis membangun pusat pertahanan nubika TNI-AD. Komandannya berpangkat bintang satu dan wakilnya kolonel. Bertanggung jawab kepada komandan atau kepala Pusziad. Memiliki pusat data pengendalian operasi nubika, pusdik nubika, pusat laboratorium analisis nubika, dan fasilitas uji material atau alat khusus nubika.

Untuk satuan lapangan, lanjut jenderal bintang dua itu, akan dibentuk satu batalyon zeni (yonzi) reaksi cepat nubika, satu kompi reaksi cepat kesehatan nubika, pusat logistik nubika, dan rumah sakit korban nubika. Untuk tingkat wilayah atau Kodam, akan membentuk satu kompi zeni nubika (berdiri sendiri), satu peleton kesehatan nubika, dan gudang regional logistik nubika di tiap Kogabwilhan.

Dikemukakan, kemampuan teknis nubika Angkatan Darat diharapkan memiliki kemampuan penyelidikan nubika, serta peringatan dan pemberitaan sebaran bahaya kontra nubika. Selain itu, dekontaminasi nubika, berupa netralisasi racun kimia, disienfeksi biologi, dan pembersihan radioaktif.

Sedangkan di tingkat Mabes TNI, dalam konsepnya akan membentuk Satuan Nubika TNI (gabungan tiga matra). Terdiri dari tiga kompi zeni nubika dan satu kompi kesehatan nubika. Semacam satu batalyon atau satu grup khusus. Komandannya berpangkat brigjen (korps zeni) dan wakilnya berpangkat kolonel. Berada di bawah Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI.

Di sejumlah negara juga dipimpin komandan berpangkat brigjen. Sedangkan di Amerika Serikat, komandannya berpangkat mayjen.

Koopssus TNI terdiri dari prajurit yang berasal dari pasukan khusus tiga matra, yakni: kopassus, korps marinir, dan korps pasukan gerak cepat (kopasgat), nama pengganti korps pasukan khas TNI AU. Korps Zeni juga memiliki personel berkualifikasi komando (Kopassus).

“Pusziad atas persetujuan Mabesad mempersiapkan diri untuk menyerahkan personelnya dalam satuan nubika TNI. Termasuk memberikan pelatihan bagi satuan dari matra laut dan udara untuk belajar nubika di Pusdik Zeni Angkatan Darat maupun Kompi Zeni Nubika,” ujar Munib. Saat wawancara, ia didampingi Kolonel (Zeni) Aji Jaya, dan Mayor (Zeni) Robert Tumanggor, perwira spesialis nubika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement