Sunday, 19 Syawwal 1445 / 28 April 2024

Sunday, 19 Syawwal 1445 / 28 April 2024

Ketua MPR: Paradigma Kebersamaan, Kunci Hadapi Krisis

Selasa 10 Nov 2020 17:46 WIB

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Gita Amanda

Ketua MPR Bambang Soesatyo dalam peluncuran lembaga riset dan kajian independen Brain Society (BS) Center di Jakarta, Selasa (10/11).

Ketua MPR Bambang Soesatyo dalam peluncuran lembaga riset dan kajian independen Brain Society (BS) Center di Jakarta, Selasa (10/11).

Foto: Humas MPR
Mustahil menanggulangi pandemi apabila hanya mengandalkan satu pihak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menjelaskan, salah satu aspek fundamental yang harus dijadikan komitmen kolektif dalam setiap penanggulangan krisis atau kondisi sulit adalah membangun paradigma kebersamaan.

Bamsoet menyebutkan, dampak pandemi Covid-19 bersifat multidimensional yang berimbas pada berbagai sektor dan pihak. Sebab, mustahil menanggulangi pandemi apabila hanya mengandalkan satu unsur atau satu pihak semata untuk menyelesaikan seluruh persoalan.

Baca Juga

"Segala bentuk kebijakan dan program pemerintah tidak akan efektif dan optimal dalam menangani pandemi, jika tidak didukung seluruh komponen masyarakat," tuturnya dalam acara Peluncuran Brain Society (BS) Center di Jakarta, Selasa (10/11).

Bamsoet menyebutkan, pandemi telah menghambat berbagai sektor kehidupan. Pada sektor perekonomian, dampak pandemi sudah dirasakan hampir pada seluruh bidang dan tingkatan. Tidak hanya mayoritas sektor UMKM yang mengalami pukulan keras, juga pengusaha-pengusaha besar yang turut merasakan dampaknya.

Secara ekonomi makro, Bamsoet menuturkan, ekonomi mengalami kontraksi kinerja pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut yang berarti resesi. Pada kuartal kedua, ekonomi tumbuh negatif 5,32 persen dan sedikit membaik di kuartal ketiga menjadi minus 3,49 persen.

Kebijakan pembatasan aktivitas perekonomian secara fisik telah menyebabkan penurunan aktivitas jual beli, terganggunya proses produksi hingga terhambatnya distribusi. Berbagai persoalan lain juga muncul yang bermuara pada penurunan pendapatan dan pada akhirnya berujung pada meningkatnya angka pengangguran karena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bamsoet menuturkan, pada periode Agustus 2020, jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 9,77 juta orang, atau mengalami kenaikan sebesar 2,67 juta. Bahkan, Bappenas memperkirakan jumlah pengangguran pada tahun 2020 akan mencapai angka 11 juta orang.

Dengan situasi ini, Bamsoet menuturkan, penanganan pandemi membutuhkan kerja sama seluruh pemangku kepentingan. Ada kehadiran negara dalam bentuk berbagai kebijakan pada sektor kesehatan serta program stimulus pemulihan ekonomi masyarakat. Di sisi lain, ada peran paramedis yang bekerja optimal melindungi kesehatan masyarakat.

Sementara itu, masyarakat memiliki peran untuk patuh dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Sangat penting, Bamsoet mengatakan, adanya semangat kebersamaan dan jiwa gotong royong.

"Saya meyakini, dengan menyatukan langkah dan bergerak bersama, kita mampu melewati masa-masa sulit ini," kata politisi Partai Golkar itu.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler