Saat Israel Isi Kembali Danau Tiberias yang Dihisap Yajuj Majuj

Israel melakukan desalinasi Laut Mediterania untuk mengisi air di Danau Tiberias.

holyland-pilgrimage.org
Danau dan Kota Tiberias.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah danau di Tiberias, saat ini bernama Galilea yang sekarang dikuasai Israel, disebutkan dalam narasi hadis Rasulullah SAW.

Baca Juga

Dari an-Nuwas dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Kemudian Allah SWT mengeluarkan Yajuj dan Majuj, mereka turun dengan cepat dari bukit-bukit yang tinggi. Setelah itu gerombolan atau barisan pertama dari mereka melewati Danau Thabariyah dan meminum habis semua air dalam danau tersebut. (HR Muslim 2937/110, at-Tirmidzi 2240 Abu Dawud 4321, Ibnu Majah 4075).

Dalam hadis tentang tanda-tanda menjelang datangnya hari kiamat atau akhir zaman di atas tercantum kata 'Danau Thabariyah'. Danau itu juga dikenal dengan nama Tiberia. Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadith an-Nabawi mengatakan, dalam bahasa Arab, kata Thabar berarti melompat atau bersembunyi.

Pekerja mengumpulkan burung bangau mati di kawasan konservasi Danau Hula, utara Laut Galilea, di Israel utara, Ahad, 2 Januari 2022. Flu burung telah membunuh ribuan burung bangau yang bermigrasi dan mengancam hewan lain di Israel utara di tengah apa yang dikatakan pihak berwenang. bencana satwa liar paling mematikan dalam sejarah bangsa. - (AP/Ariel Schalit)

"Tiberia merupakan nama danau dan kota di utara Palestina," ujar Dr Syauqi Abu Khalil. Tepatnya, terletak di dekat Dataran Tinggi Golan di sebelah utara Palestina, di Lembah Celah Besar Yordan yang memisahkan Afrika dan patahan Arab. Saat ini, wilayah tersebut termasuk daerah kekuasaan Israel.

Danau ini mempunyai panjang sekitar 25,5 kilometer dan lebar 12 kilometer. Dengan luas total 166 meter persegi, danau ini menjadi danau air tawar terluas di Israel. Danau ini juga menjadi danau kedua terdalam setelah Laut Mati, yaitu dengan kedalaman 43 meter. Di dasar danau terdapat mata air yang ikut mengisi danau, meskipun sumber utamanya berasal dari Sungai Yordan yang mengalir dari utara ke selatan.

Selain dalam Alquran, Danau Galilea juga disebutkan dalam Alkitab. Danau ini dikatakan hilang karena kekeringan dan pertumbuhan penduduk sekitar. 

Reuters menulis, Pemerintah Israel malakukan desalinasi dari Laut Mediterania untuk mengisi air segar di Danau Tiberias. Air tersebut disalurkan ke seluruh negeri untuk menunggu perintah mengisi kembali jika danau mulai menyusut lagi.

Jaringan pipa baru ini juga memungkinkan Israel melipatgandakan jumlah air yang dijualnya ke negara tetangganya, Yordania, berdasarkan kesepakatan air-untuk-energi lebih luas yang dibangun melalui hubungan dua negara berbeda budaya tersebut.

Danau Tiberias, yang perairannya diyakini umat Kristiani sebagai tempat Yesus berjalan, merupakan perairan utama Israel dengan daya tarik wisata yang besar. Hotel dan tempat perkemahan berjejer di sekeliling yang dikelilingi oleh perbukitan yang subur. Sungai ini mengaliri Sungai Yordan yang mengalir ke selatan menuju Laut Mati.

Setelah gelombang panas atau hujan lebat, ketinggian danau menjadi berita nasional. Alarm berbunyi secara teratur dalam dekade terakhir ini menyusul kekeringan yang berkepanjangan dan surutnya garis pantai.

Untuk menanggulangi itu,  Israel membangun serangkaian pabrik desalinasi di sepanjang pantai Mediterania yang menempatkan negara zionis tersebut pada posisi yang tidak mungkin mengalami surplus air, sebuah titik terang di wilayah gersang yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.

“Semua kelebihan air yang dihasilkan (pabrik) akan dapat kami bawa melalui sistem pengangkut air nasional ke utara dan ke Laut Galilea,” kata Yoav Barkay, yang mengelola pengangkut air nasional di Mekorot milik negara.

Tiberias rentan gempa bumi...

 

Sungai Tiberia mempunyai banyak nama, salah satunya Danau Galilee atau Danau Kinneret. Di sekitar lokasi danau merupakan tempat yang rentan akan gempa bumi dan-pada zaman dahulu-aktivitas gunung api. Hal ini terbukti dari banyaknya batu basalt dan batuan beku lainnya yang menentukan kondisi geografis di daerah Galilee.

Sejarah mencatat, gempa pernah terjadi di Tiberia sebanyak 16 kali, yaitu pada 30, 33, 115, 306, 363, 419, 447, 631, 1033, 1182, 1202, 1546, 1759, 1837, 1927 dan 1943 M. sebanyak 600 orang termasuk 500 Yahudi meninggal pada gempa di Tiberia pada 1837. Namun, kota tersebut kembali diperbaiki, dan pada 1842 terdapat setidaknya empat ribu penduduk yang terdiri dari Yahudi, Turki, dan orang Kristen.

Di bagian barat laut danau ini terdapat sebuah kota yang bernama sama dengan danau tersebut. Menurut sejarah, Kota Tiberia dibangun sejak 20 Masehi dan dinamakan Tiberia untuk menghormati Kaisar Tiberius yang berasal dari Romawi.

Kota yang terletak di sepanjang Pantai Kinneret ini dibangun oleh Herodes Antipas, anak Herodes Agung. Kota ini merupakan satu dari empat kota yang dianggap suci oleh orang-orang Yahudi.

Kota Tiberia ini terletak di atas ketinggian 200 meter dari permukaan laut. Iklim di wilayah itu merupakan perbatasan antara musim panas Mediterania dan musim semi. Curah hujannya setiap tahun kita-kira 400 mm.

Pada musim panas, suhu tertinggi mencapai 37 derajat celcius. Suhu minimumnya sekitar 21 derajat. Pada musim dingin, suhu di kota tersebut mulai dari 18 hingga 8 derajat. Kota Tiberia terletak di dekat sumber air panas dan mineral alam.

Geografer Arab, al-Muqaddasi, menggambarkan Tiberia sebagai ibu kota Provinsi Yordania dan kota di Lembah Kanaan. "Kotanya sempit, panas ketika musim panas, dan sangat tidak sehat. Di sana terdapat delapan sumber mata air panas dan tidak memerlukan bahan bakar, dan kolam dengan air mendidih tak terhitung banyaknya," ujar dia.

Warisan peradaban Islam di Tiberias...

Menurut al-Muqqadasi, ketika dikuasai peradaban Islam, di kota itu terdapat masjid yang luas dan indah yang berdiri di pusat perdagangan. Lantainya dari kerikil dan batu yang disusun rapat.

Pada zaman kekuasaan Islam, kata dia, orang-orang yang menderita kudis atau borok dapat datang ke Tiberia dan berendam di air panas selama tiga hari. "Setelah itu, lakukanlah pada musim semi ketika airnya dingin. Maka, mereka menjadi sembuh."

Pada 1220, ahli geografi dari Suriah, Yakut, menulis Tiberia sebagai kota yang kecil, panjang, dan sempit. Ia juga menggambarkan tentang mata air panas dan asin. Kota itu merupakan bekas kuburan kuno. Hal ini dianggap najis oleh bangsa Yahudi sehingga mereka tidak mau tinggal di sana.

Antipas memaksa sebagian dari orang Yahudi yang berada di Galilee untuk tinggal di kota tersebut. Namun selama beberapa tahun berikutnya, orang-orang Yahudi ini dijauhi.

 
Berita Terpopuler