Kisah Sandera yang Di-bully Warga Israel Akibat Speak Up 'Kebaikan' Hamas

Agam merasa disakiti warga Israel karena tindakan yang dilakukan.

Quds Network
Agam Goldstein
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agam Goldstein-Almog, sandera yang dibebaskan dari penahanan Hamas, berbagi pengalamannya  di Konvensi Pemerintah Daerah pada Ahad lalu. Dia mengulas operasi penyelamatan yang membebaskan empat sandera di Shabbos. Dia pun merefleksikan perasaannya sendiri sejak pembebasannya.

Baca Juga

Goldstein menggambarkan keadaannya saat ini sebagai sesuatu yang tidak nyata. Dia mengaku seakan mengalami halusinasi saat sudah kembali.

"Pada hari saya kembali, saya berpikir, ‘Wow, pagi ini saya buang air di sebuah terowongan.’ Saya melihat para sandera yang kembali diliputi perasaan. Mereka tidak kembali ke kehidupan mereka, mereka membangun kembali kehidupan mereka dari nol. Saya masih belum hidup kembali, saya tidak berada di rumah, saya sedang menghadapi kehilangan, saya masih belum menyentuh trauma,"ujar Agam dilansir laman matzav.com.

Lebih jauh, Agam mengekspresikan rasa sakitnya akibat ulah sesama warga Israel. Dia berkata, “Saya disakiti oleh warga Israel atas tindakan yang saya lakukan juga. Saya, Agam, 18 tahun, kehilangan ayah dan saudara laki-laki saya, tetapi jika dilihat dari keadaan, saya Agam, dan saya kembali dari penawanan. Saya menerima reaksi mengejutkan dari orang-orang yang tinggal di sini, di tanah yang sama dengan saya. Saya kembali setelah tinggal bersama orang Arab selama 51 hari. Saya mendapat reaksi seolah-olah Anda adalah musuh saya. Mengapa mereka bereaksi buruk? Itu menghabisiku.”

Agam pun menyinggung kritik yang dia hadapi saat mendiskusikan para penculiknya: “Saya menceritakan hal-hal tentang hubungan saya dengan para penculik saya dan orang-orang tidak menyukainya. Saya menyajikan sisi bagaimana manusia berinteraksi dan karena itu, saya dikritik. Reaksi orang-orang sangat keras.”

Goldstein mempertanyakan penghakiman yang dihadapi oleh para sandera yang kembali, dengan menyatakan, “Mengapa kita menghakimi para sandera yang kembali dari penawanan? Karena mereka kembali sambil tersenyum? Ini adalah pengalaman gila yang tidak bisa diatasi. Saya tidak yakin apakah mungkin untuk memahami dan memprosesnya.”

Dia mengakhiri dengan seruan untuk melanjutkan upaya penyelamatan sandera yang tersisa: “Puji Tuhan mereka keluar dengan selamat dan bertemu keluarga mereka," ujar dia.

Baca di halaman selanjutnya...

Sebelumnya, Chen Almog Goldstein, ibunda dari Agam, yang juga dibebaskan dari jalur Gaza memuji perlakuan baik yang diterimanya dari para pengawalnya di Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina Hamas.

Dalam sebuah wawancara dengan Channel 12, Chen Almog Goldstein mengatakan, “Para penjaga yang menahan kami (di Gaza) melindungi kami dengan tubuh mereka dari pengeboman,"ujar Goldstein dikutip dari Palestine Chronicle.

“Ketika kami bertanya kepada mereka apakah mereka akan membunuh kami, jawaban mereka adalah: kami akan mati sebelum Anda mati,” tambahnya.

Goldstein mengatakan, para penjaga amat  dekat dengan mereka."Kami tidak tinggal sendirian sesaat pun. Oleh karena itu, saya takut tentara (Israel) akan datang kapan saja. Saya takut akan hal itu.”

Chen Goldstein (kanan) dan Agam Goldstein - (Tangkapan Layar)

Menanggapi pertanyaan tentang bagaimana dia menghabiskan waktunya selama penahanan, dia berkata, “Saya sedang bermain dengan putra-putra saya… dan putri saya, Agam, berolahraga sepanjang waktu.”

“Saya berlatih adu jotos dengan salah satu penjaga, namun sebelum itu, dia melingkarkan tangannya dengan handuk,” kenangnya.

Ketika penyiar bertanya alasannya, dia menjawab: “Mereka menghormati perempuan. Bagi mereka, wanita adalah sesuatu yang suci dan tidak boleh disentuh. Bagi mereka, perempuan adalah ratu.”

Tahanan tersebut juga berbicara tentang kedua putranya yang masih kecil, dengan mengatakan, “Mereka sedang bermain dan menggambar, dan penjaga kami bahkan mengajari mereka beberapa permainan kartu.”

 
Berita Terpopuler