Salah Kaprah Pengunaan Kata 'Salaf' dan Klaim Salafi, Begini Logika Mudahnya

Salaf bukanlah istilah mazhab melainkan hanya waktu

Antara/Ari Bowo Sucipto
Ilustrasi belajar dari keilmuan generasi salaf
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah "salaf" artinya adalah sesuatu yang lampau atau terdahulu. Terjemahan salaf dalam bahasa Indonesia bisa bermacam-macam, seperti lampau, kuno, konservatif, konvensional, orthodox, klasik, antik, dan seterusnya. 

Baca Juga

Kalau kita lihat dari sisi ilmu hukum dan syariah, istilah salaf sebenarnya bukan nama yang baku untuk menamakan sebuah medote istimbath hukum. 

Istilah salaf hanya menunjukkan keterangan tentang sebuah kurun waktu di zaman yang sudah lampau. Demikian dijelaskan KH Ahmad Sarwat Lc pada laman Rumah Fiqih. 

Kira-kira perbandingannya begini, kalau kita ingin menyebut skala panjang suatu benda dalam ilmu ukur, maka kita setidaknya mengenal ada dua metode atau besaran, yaitu centimeter dan inchi. 

Di Indonesia biasanya kita menggunakan besaran centimeter, sedangkan di Amerika sana biasa orang-orang menggunakan ukuran inchi. Nah, tiba-tiba ada orang menyebutkan bahwa panjangnya meja adalah "20 masa lalu."

Lho? Apa maksudnya 20 masa lalu?

Apakah istilah "masa lalu" itu adalah sebuah besaran atau ukuran dalam mengukur panjang suatu benda? Jawabannya pasti tidak. 

"Yang kita tahu hanya besaran 20 centimeter atau 20 inchi, tapi kalau 20 masa lalu, tidak ada seorang pun yang mengenal istilah itu," kata KH Ahmad Sarwat Lc, dilansir dari laman Rumah Fiqih, Sabtu (11/5/2024).

Ya bisa saja sih segelintir orang menggunakan istilah besaran "masa lalu" sebagai besaran untuk mengukur panjang suatu benda, tetapi yang pasti besaran itu bukan besaran standar yang diakui dalam dunia ilmu ukur. Jadi kalau kita ke toko material bangunan, lalu kita bilang mau beli kayu triplek ukuran "20 masa lalu" maka pasti penjaga tokonya bingung.

Dalam dunia komputer kita juga mengenal istilah sistem operasi. Kita tidak akan bisa menggunakan komputer, kalau sistem operasinya tidak diinstal terlebih dahulu. Tidak ada komputer kalau tidak ada sistem operasinya.

Meski sebenarnya jumlah sistem operasi cukup banyak, tapi yang paling populer dikenal orang awam cuma tiga saja. Yaitu Windows, Linux dan Mac. 

Ketiganya yakni Windows, Linux dan Mac diciptakan oleh tim yang ahli di bidang teknologi IT, dan sudah mulai menciptakan sistem operasi itu sejak awal komputer ditemukan.

Buat kita orang awam, kalau beli komputer pastilah kita pilih yang sudah ada sistem operasinya, baik itu Windows, Linux maupun Mac. Sebab kita tidak akan mampu menciptakan sistem operasi sendiri. Bahkan para programmer pun umumnya pakai sistem operasi salah satu dari ketiganya. 

Saya belum pernah menemukan ada orang sangat pintar dalam urusan komputer, sampai-sampai dia bisa bikin sistem operasi sendiri. Kalau sekedar bikin script atau bikin pemrograman, tentu banyak yang mampu. Apalagi bikin tulisan di microsoft word, saya kira semua orang juga bisa.

Tetapi bikin sebuah file tulisan di microsoft word itu tidak sama dengan menciptakan sistem operasi. Meski pun nama filenya bernama: sistem-operasi-masa-lalu.doc tetapi kalau kita buka, tentu isinya bukan sistem operasi. Itu cuma file microsoft word, tetapi mengaku-ngaku sebagai sistem operasi. Anak TK juga bisa bikin file seperti itu.

"Yang pasti di dunia ini kita tidak pernah mendengar ada orang menjual sistem operasi yang namanya adalah salaf alias masa lalu," kata KH Ahmad Sarwat Lc, dilansir dari laman Rumah Fiqih.

 

Kalau ada orang datang ke toko komputer lalu minta komputernya diinstal dengan sistem operasi "masa lalu" tentu pemilik toko menggelengkan kepala. Dia pasti bingung sambil bertanya, "OS masa lalu, apaan itu mas?" 

Kurang lebih perbandingannya seperti ini, sistem operasi (OS) komputer yang kita kenal seperti Windows, Linux dan Mac itu kira-kira seperti mazhab-mazhab fiqih baku yang kita kenal sekarang ini. 

Seperti mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah. Semua orang tahu dan semua orang pakai. Nyatanya memang ketiga OS itulah yang digunakan orang, tentu dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya.

Lalu tiba-tiba ada orang yang tidak mau pakai salah satu dari ketiga OS itu (mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah), dan orang yang tidak mau pakai ketiga OS itu juga bukan ahli komputer, bukan programmer dan pengetahuannya tentang komputernya di bawah rata-rata, alias orang awam. 

Kemudian orang itu menghayal untuk bikin OS yang diberinya nama "masa lalu." Padahal yang dia buat adalah sebuah file tulisan dengan menggunakan microsoft word. Tetapi karena komputernya belum ada sistemnya, meski file word itu ada di dalam hardisk, apa yang akan terjadi?

Begitu dia booting untuk menyalakan komputernya, yang tampil di layar cuma warna hitam saja. Kalaupun ada tulisan, cuma keterangan bahwa komputer ini tidak atau belum ada sistemnya. Silakan instal sistem ke dalamnya. 

File word yang dia bikin dengan nama "masa lalu" ternyata bukan sebuah sistem, tetapi sekadar sebuah file, itu pun sebenarnya under windows juga.

"Kalau melihat kelakuan bocah lugu seperti itu, tentu kita yang rada sedikit mengerti tentang komputer akan tertawa terpingkal-pingkal. Sudahlah belajar komputer saja yang benar dengan guru yang benar juga, kurang lebih begitu nasehat kita kepadanya," kata KH Ahmad Sarwat Lc, dilansir dari laman Rumah Fiqih.

 

 
Berita Terpopuler