Sosok Kontroversial Omri Padan, Pemegang Franchise McDonald’s di Israel

Padan salah satu pendiri Peace Now, yang menentang permukiman Israel.

EPA-EFE/ANDY RAIN
Sebuah gerai A McDonald’s di London, Inggris, 14 November 2023.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – McDdonald’s memutuskan mengambil alih 225 gerai di Israel. Semula franchise gerai-gerai tersebut dimiliki oleh perusahaan lokal Israel, Alonyal. Keputusan McDonald’s itu membuat Alonyal dan chief executive-nya, Omri Padan menjadi sorotan. 

Baca Juga

Langkah McDonald’s mengambil alih gerai setelah McDonald’s menjadi target aksi boikot konsumen di Timur Tengah dan negara Muslim. Aksi ini membuat penjualan mereka melorot. Ini awalnya dipicu, langkah McDonald’s di Israel yang franchise-nya dipegang Alonyal. 

Mereka menawarkan makanan gratis kepada tentara Israel tak lama setelah serangan Hamas terhadap Israel dan Israel membalas serangan itu pada 7 Oktober 2023 lalu. Konsumen di kawasan Timur Tengah dan negara Muslim menganggap McDonald’s mendukung Israel.

Lalu, siapa Omri Padan? Laporan laman berita BBC, Sabtu (6/4/2024) menyatakan Padan tak lepas dari kontroversi terkait dengan konflik yang melibatkan Palestina dan Israel. Ini selain kontroversi saat gerai McDonald’s yang dikuasainya menawarkan makanan gratis ke tentara Israel. 

Artinya, dalam 30 tahun pengusaha ini mengoperasikan McDonald’s di Israel, ia terlibat dalam sejumlah pusaran sengketa. Pada 2013, pengusaha Israel ini membuat marah gerakan pendukung permukiman Israel. 

Penyebabnya, ia menolak permintaan untuk membuka cabang restoran cepat saji McDonald’s di permukiman Ariel, wilayah pendudukan Israel di Tepi Barat. Perusahaan yang dipimpinnya, Alonyal diminta membuka restoran itu di sebuah pusat perbelanjaan di sana. 

Apa respons Padan? Ia menolaknya. ‘’Perusahaannya memiliki kebijakan untuk menjauh dari wilayah pendudukan,’’ demikian katanya.  Kala itu, Alonyal mengungkapkan keputusan tersebut tidak dikoordinasikan dengan kantor pusat McDonald’s di AS. 

Israel telah membangun sekitar 160 permukiman yang dihuni oleh 700 ribu Yahudi sejak mereka menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Keduanya merupakan wilayah yang diharapkan Palestina sebagai tanah masa depannya, yang direbut Israel pada perang 1967. 

Di sisi lain, mayoritas komunitas internasional menilai permukiman-permukiman itu ilegal berdasarkan hukum internasional. Meski tentu saja Israel tak mengakui itu melanggar hukum internasional karena mereka tetap memperluas permukiman Yahudi. 

Dalam konteks permukiman ini, Padan merupakan salah satu pendiri LSM yang menentang permukiman yaitu Peace Now. Lembaga ini juga meyakini pembangunan permukiman oleh Israel merupakan salah satu kendala dalam mencapai perdamaian dengan Palestina. 

Lembaga ini berdiri pada 1978. Peace Now menyebut sekarang ini  Padan tak lagi menjadi anggota mereka. Salah satu pimpinan Yesha Council, organisasi payung para pemukim Yahudi menyampaikan kejadian pada 2013 tersebut. 

Menurutnya, saat itu McDonald’s telah menjelma yang semula sebagai perusahaan pemburu keuntungan menjadi salah satu institusi yang anti terhadap agenda politik Israel. Kejadian lain yang melibatkan McDonald’s terjadi lagi pada enam tahun kemudian atau 2019. 

McDonald’s di bawah Alonyal menang tender untuk mengoperasikan restoran dan stan hot dog di Bandara Internasional Ben Gurion. Para pemimpin organisasi pendukung permukiman di Tepi Barat melayangkan surat protes. 

Mereka mendesak menteri keuangan....

Mereka mendesak menteri keuangan dan transportasi juga otoritas bandara untuk menghalangi langkah McDonald’s menjalankan restoran di bandara. Aksi massa pun dilakukan di depan gerai-gerai McDonald’s yang ada di Tel Aviv. 

Gerakan ini semacam balasan atas penolakan McDonald’s atas permintaan membuka cabang di wilayah permukiman pada 2013. Dan pada Kamis (4/4/2024) lalu, Alonyal mengumumkan akan menjual kembali franchise-nya ke McDonald’s. 

Pakar manajemen menyatakan, McDonald’s membeli kembali franchise dari Alonyal dengan tujuan mendapatkan kendali atas gerai-gerai itu tetapi ia yakin itu terjadi. ‘’Apakah McDonald’s juga akan melakukan tindakan serupa di wilayah lain di mana reputasinya sudah rusak?’’

‘’Lebih dari 30 tahun, Alonyal Limited telah membawa kebanggaan ke Israel dan melayani komunitas kita,’’ ujar CEO dan pemilik Alonyal Omri Padan dalam sebuah pernyataan Kamis (4/4/2024) yang dilansir laman Aljazirah, Jumat (5/4/2024). 

McDonald’s menyatakan pula mereka tetap memiliki komitmen terhadap pasar Israel dan menjamin memberikan pengalaman positif bagi pelanggan dan karyawan. Mereka meyakini bahwa pasar akan berjalan dengan baik. 

‘’Setelah menuntaskan transkasi di beberapa bulan mendatang, McDonald’s akan memiliki dan mengoperasikan gerai Alonyal serta mempertahankan karyawan yang telah ada,’’ demikian McDonald’s. Namun belum ada informasi kapan penyelesaian transaksi ini. 

 

McDonald’s merupakan perusahaan global tetapi izin franchise sering dimiliki perusahaan mitra lokal dan beroperasi secara otonom. Sebelumnya, CEO McDonald’s Chris Kempczinski mengakui perushaaan yang dipimpinnya benar-benar terdampak akibat konflik Timur Tengah. 

Serangan Israel ke Gaza dan pengumuman akan memberikan makanan gratis ke militer Israel menyebabkan aksi boikot di kawasan Timur Tengah dan wilayah lainnya. Pada Februari lalu, Kempczinski menyatakan perang berimbas besar pada penjulan di Timur Tengah. 

Di negara-negara Muslim lainnya, penjualan McDonald’s juga mengalami dampak yang sama seperti di Indonesia dan Malaysia.’’Semakin lama konflik, perang ini berlangsung  kami tak bisa berharap ada peningkatan penjualan,’’ ujarnya. 

Pertumbuhan penjualan divisi jaringan makanan cepat saji di Timur Tengah, Cina, dan India selama Oktober-Desember hanya berkisar 0,7 persen. Angka ini tentu sangat jauh di bawah target yang sudah ditetapkan sebelumnya, 5,5 persen. 

Ini terjadi menyusul boikot dari pelanggan di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Mereka menyerukan boikot McDonald’s sebagai respons pengumuman Alonyal yang menyatakan akan memberikan makan gratis ke militer Israel. 

Menyusul langkah pemegang franchise di Israel, pemegang franchise di Mesir, Yordania, dan Arab Saudi menyatakan tak sejalan dengan kebijakan tersebut dan secara kolektif menjanjikan donasi jutaan dolar AS untuk Palestina. 

Merek global lainnya, Starbucks juga dibikot karena dianggap pula memiliki sikap pro-Israel. Mereka juga menghadapi tudungan mempunyai kaitan keuangan dengan Israel. Kondisi ini juga berdampak pada penjualan mereka. 

CEO Starbucks Laxman Narasimhan pada Februari menyatakan terdapat pengaruh trafik dan penjualan di Timur Tengah juga AS. Ini terjadi di tengah aksi massa dan boikot terhadap perusahaan yang berbasis di Seattle ini. 

Domino’s, perusahaan pizza asal AS yang juga memiliki franchise di seluruh dunia, harus menanggung dampak buruk juga, menyusul postingan di media sosial tetapi tak menyeratkan bukti kuat yang menyatakan mereka memberikan makanan gratis kepada tentara Israel. 

 

 
Berita Terpopuler