Makna Asmaul Husna Ash Shabur: Bersabar dan tidak Bergantung pada Manusia

Manfaat dan mudharat itu berasal dari Allah Ta'ala.

ANTARA/Fauzan
Seorang warga muslim di Masjid Asmaul Husna, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten.
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grand Syekh Al-Azhar Mesir Ahmed Al Tayeb menyampaikan, ketika seorang Muslim mendapatkan kerugian atau malapetaka dari sesuatu, maka sungguh itu berasal dari Allah, bukan dari manusia. Ini dia jelaskan dalam program Al-Imam Al-Tayeb, sebagaimana dilansir laman Masrawy.

"Jika yang memberikan kerugian adalah Allah dan bukan orang lain, maka yang memberi manfaat juga adalah Allah. Ini merupakan bukti dari tauhid dan keyakinan bahwa Dia-lah satu-satunya yang memberi mudharat dan manfaat," tuturnya.

Dia menjelaskan, manfaat dan mudharat itu berasal dari Allah Ta'ala, dan tidak ada seorang pun yang dapat memberi manfaat atau mudharat kepada orang lain. Dia menyinggung soal adanya beberapa orang yang percaya bahwa teman mereka atau atasan di tempat kerja dapat merugikan atau memberi manfaat kepada mereka.

"Padahal kenyataannya semuanya berada di tangan Allah Ta'ala, dan atasan atau teman adalah sebab dalam terwujudnya takdir, baik dalam bentuk mudharat maupun manfaat," katanya.

Ada sebab-sebab adanya manfaat dan mudharat. Para ulama termasuk Imam Al-Ghazali telah mengangkat perbincangan tentang sebab-sebab dan penyebabnya, untuk membuktikan apakah sebab tersebut memiliki peran atas terjadinya penyebab itu, atau apakah sebab tersebut hanyalah sarana yang ditentukan oleh perintah ilahi.

Baca Juga

Sebagai contoh, ketika api menyentuh kapas...

Sebagai contoh, ketika api menyentuh kapas atau bahan yang mudah terbakar lainnya, maka terjadilah pembakaran. Apakah api sendiri yang menyebabkan bahan tersebut terbakar, atau apakah api diperintahkan untuk menyebabkan pembakaran, atau apakah ada tindakan lain yang menyebabkan pembakaran.

Pertanyaannya kemudian, apakah pembakaran di dalam api adalah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya? Atau apakah ada hal lain yang terlibat? Jika merujuk pada pandangan dari kalangan Muktazilah, Allah menanam kekuatan dalam beberapa benda untuk menyebabkan efek tersebut.

Sedangkan Imam Al-Ghazali memperingatkan api adalah yang menyebabkan pembakaran dalam benda-benda yang mudah terbakar. Tentu tidak ada penolakan terhadap api sebagai penyebab, tetapi tidak ada bukti bahwa api sendiri yang menyebabkan pembakaran. Setiap kali api menyentuh kapas, tentu pembakaran terjadi.

Karena itu, Imam Al-Ghazali memberikan pertanyaan, "Apa jenis hubungan antara fenomena pertama 'api' dan yang kedua 'pembakaran'?" Dia mengatakan bahwa ketika dua hal ini bertemu, maka ada tindakan lain yang terjadi, yaitu pengapian.

Al Tayeb menjelaskan, beberapa filsuf ingin membuktikan bahwa api memiliki kehendak, pengetahuan, dan kemampuan meskipun itu adalah benda mati. Jika demikian, bagaimana mungkin Nabi Ibrahim keluar dari api setelah diperintahkan kepadanya untuk menjadi dingin dan aman tanpa terbakar bahkan malah menikmati api tersebut?

Ini menunjukkan bahwa ada yang bisa...

"Ini menunjukkan bahwa ada yang bisa mengatakan kepadanya untuk "berapi" atau "berhenti membakar", yang menguatkan argumen Imam Al-Ghazali bahwa Yang Bertindak di alam semesta ini adalah Allah Ta'ala, dan tidak ada yang memiliki kekuasaan atau kemampuan di dalamnya, kecuali apa yang Allah tetapkan," ujarnya.

Apa hikmah yang bisa dipetik dari penjelasan tersebut? Bagi seorang mukmin yang tertimpa musibah, dia harus ingat bahwa musibah itu berada di tangan Allah, dan segala musibah atau cobaan yang menimpakannya semuanya berasal dari Allah.

Segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya yang Maha Tinggi, dan manusia kembali kepada-Nya, dan akan mendapatkan pahala dan ganjaran atas apa yang menimpanya. Allah SWT berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al Baqarah ayat 155)

Dalam ayat ini terdapat berita gembira bagi orang-orang yang sabar, yaitu kabar surga dan kedudukan yang tinggi di dalamnya. Dia menekankan, Allah adalah "As-Shabur" (Maha Sabar), yang termasuk salah satu asmaul husna. "Bagi yang telah merasakan kesabaran, dia akan mengetahui bahwa manfaatnya sangat baik, dan akhirnya akan menghilangkan semua kesakitan yang dia alami dengan kesabaran," jelasnya.

Sumber: Masrawy

 
Berita Terpopuler