Tak Hanya Sapi Merah, Ini Doktrin Yahudi Landasi Berdirinya Israel dan Ancam Al Aqsa

Yahudi melandasi aksi zionisme mereka dengan doktrin agama.

AP
Ilustrasi Yahudi. Yahudi melandasi aksi zionisme mereka dengan doktrin agama
Rep: Fuji E Permana, Hasanul Rizqa Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada banyak yang melatar belakangi berdirinya negara Israel di negara Palestina. Satu di antaranya doktrin keagamaan orang Yahudi yang meyakini bahwa tanah Palestina yang mereka sebut sebagai Israel adalah tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka. 

Baca Juga

Para pemuka agama Yahudi yakni para rabi juga yakni bahwa menguasai dan tinggal di dalam tanah tersebut adalah perintah Tuhan.

Saat ini, publik melihat orang-orang Zionis Yahudi mendirikan negara Israel dengan menjajah negara Palestina dan membunuh bangsa Palestina.

Bahkan dunia mengecam kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina, terutama kekejaman Israel terhadap anak-anak dan wanita yang banyak dibunuh oleh para tentara Israel.

Setidaknya  ada tiga doktrin agama di kalangan Yahudi yang menjadi dasar para zionis untuk mendirikan zionis Israel: 

Pertama dan kedua: Tanah dijanjikan dan bangsa pilihan

William G Carr dalam buku Yahudi Menggenggam Dunia menjelaskan, di antara kerajaan tersebut yang terkenal adalah kerajaan Sumeria dan kerajaan Yahuda. Raja Sargeus dari Yunani pernah menyerbu negeri Sumeria pada 576 SM.

Sedang raja Nebuchadnezzar II dari Babilonia menyerbu kerajaan Israel yang ibu kotanya Yerusalem, kemudian menghancurkan Kuil Sulaiman

Orang-orang Yahudi ditawan dan digiring ke Babilonia. Di sinilah para tokoh Yahudi membesarkan hati kaumnya dengan konsep janji Tuhan dan Bumi Nenek Moyang. Sejak itu, dalam perjalanannya mereka selalu berusaha untuk bisa kembali ke Palestina dengan berbagai cara dan upaya. Namun, mereka selalu menemui kegagalan, meskipun telah mencoba berkali-kali.

 

Bahkan, akibatnya justru membuat mereka bertambah ketat di bawah pengawasan penguasa. Tidak jarang kekejaman penguasa menjadi penderitaan rutin yang mereka alami. Ini mengakibatkan kegiatan-kegiatan eksodus dan diaspora orang-orang Yahudi makin meluas ke seluruh penjuru bumi untuk menyelamatkan diri.

Dari tanah Babilonialah para pemuka Yahudi menemukan ide dan konsep Bumi Yang Dijanjikan dan konsep Bangsa Pilihan Tuhan. Dengan harapan, ide semacam itu akan bisa melestarikan persatuan dan kemurnian Ras Yahudi, dan untuk mengembalikan kepercayaan diri bangsa Yahudi.

Bangsa Yahudi punya keyakinan bangsa lain adalah 'Goya' atau dalam bahasa Ibraninya 'Goyim'. Istilah tersebut juga sering disebut 'Gentiles' atau 'Umamy' dalam bahasa Arabnya. Artinya, bangsa lain itu diciptakan Tuhan untuk kepentingan Yahudi belaka sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Bagi orang Yahudi, meyakini bahwa sejarah orang-orang Yahudi dimulai dengan Abraham. Kisah Abraham dimulai ketika Tuhan menyuruhnya meninggalkan tanah airnya, menjanjikan Abraham dan keturunannya sebuah rumah baru di tanah Kanaan.

Tanah Kanaan adalah tanah yang sekarang dikenal sebagai Israel menurut orang Yahudi. (Tanah Israel adalah tanah Palestina yang direbut oleh Israel lewat cara penjajahan).

Sebagaimana diketahui orang Yahudi mendirikan negara Israel dengan cara kejam menjajah negara Palestina. Bahkan tentara Israel tidak ragu membunuh anak-anak dan wanita Palestina yang tidak memegang senjata, kekejaman Israel mencuri perhatian dunia. Namun kecaman dunia tidak pernah dipedulikan oleh Israel yang terus memerangi bangsa Palestina.z

Bagi kepercayaan orang Yahudi, Israel dinamai menurut nama cucu Abraham, yang keturunannya adalah orang Yahudi. 

Oleh orang Yahudi, Tanah Israel tersebut sering disebut sebagai Tanah Perjanjian (Promised Land) karena janji Tuhan yang diulang-ulang dalam kitab yang mereka yakni bahwa Tuhan memberikan tanah tersebut kepada keturunan Abraham. Dilansir dari laman Jewfaq, Senin (1/4/2024)

Tanah Palestina (yang dijajah Israel dan dipercaya sebagai tanah Israel oleh orang Yahudi) tersebut dijelaskan berulang kali dalam Taurat yang diyakini orang Yahudi sebagai tanah yang baik dan tanah yang berlimpah susu dan madunya.

Bagi orang Yahudi, tanah Israel adalah pusat Yudaisme. Sebagian besar hukum Yahudi terikat pada tanah Israel dan hanya dapat dilaksanakan di Israel. 

Beberapa rabi (pemuka agama Yahudi) telah menyatakan bahwa merupakan sebuah mitzvah (perintah) untuk menguasai Israel dan tinggal di dalamnya. 

Talmud adalah catatan tentang diskusi para rabi yang berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah. Talmud menunjukkan bahwa tanah itu sendiri begitu suci sehingga hanya dengan berjalan di dalamnya dapat memberi kamu tempat di dunia yang akan datang. Doa untuk kembali ke Israel dan Yerusalem termasuk dalam doa harian orang Yahudi, serta masuk dalam banyak perayaan hari raya dan acara khusus.

 

Tinggal di luar Israel dipandang sebagai keadaan yang tidak wajar bagi seorang Yahudi. Dunia di luar Israel sering disebut sebagai "galut" yang biasanya diterjemahkan sebagai "diaspora" (penyebaran), namun terjemahan yang lebih harfiah adalah "pengasingan" atau "penawanan." Ketika kami (Yahudi) tinggal di luar Israel, kami hidup dalam pengasingan dari tanah kami.

Orang-orang Yahudi diasingkan dari tanah Israel oleh Romawi pada tahun 135 M, setelah mereka mengalahkan orang-orang Yahudi dalam perang selama tiga tahun, dan orang-orang Yahudi tidak lagi mempunyai kendali atas tanah tersebut sampai 1948 M.

Ketiga, sapi merah

Merujuk pada tradisi Yahudi, abu hasil dari pembakaran sapi merah dibutuhkan dalam ritual pemurnian yang akan menjadi jalan dibangunnya Kuil Ketiga di Yerusalem. Kuil itu, menurut keyakinan kelompok Yahudi radikal, harus dibangun di atas dataran tinggi di Kota Tua Yerusalem, di mana lokasi persisnya terletak Bukit Bait Suci, di titik Masjid Al-Aqsa dan Dome of the Rock kini berdiri. Mereka percaya, kuil itu menjadi salah satu syarat datangnya Mesiah turun ke bumi.

Temple Institute menjelaskan bahwa sapi dara berwarna merah itu datang ketika persiapan meletakkan dasar bagi pembangunan Kuil Ketiga di Yerusalem. Hal ini dilaporkan The Jerusalem Post pada September 2022.

Sapi merah pertama kali disebutkan dalam Kitab (19:3) yang dipercaya Yahudi Israel. Teks kitab itu berbunyi, "Ketika Tuhan memberi tahu Musa dan Harun, 'Inilah hukum ritual yang diperintahkan Tuhan: Perintahkan orang Israel untuk membawakanmu seekor sapi merah tanpa cacat, yang tidak ada di dalamnya cacat dan tidak ada kuk yang dipasang padanya'.”

Kitab Taurat selanjutnya menjelaskan bagaimana sapi diolah dan dibakar serta abunya dicampur ke dalam air yang disucikan. Mereka yang menjadi najis karena menyentuh mayat manusia akan disucikan dengan cara memercikkan air bercampur abu tersebut dua kali. 

Yakni tiga hari sekali setelah mereka bersentuhan dengan mayat tersebut, dan yang kedua tujuh hari setelah mereka kontak dengan mayat.

Kitab Taurat menceritakan bahwa seekor lembu merah dibawa ke Imam Elazar, putra Harun, dan diolah untuk dijadikan abu untuk ritual tersebut. Menurut Talmud, abu tersebut digunakan sejak saat itu hingga akhir periode Kuil Pertama. Selama periode Kuil Kedua, lima hingga tujuh sapi dara merah lainnya dibakar untuk dijadikan abu. 

Maimonides menulis dalam ringkasan hukum Yahudi, Mishneh Torah (Laws of the Red Heifer, 3:4), bahwa sapi merah berikutnya akan dibawa oleh Mesias

 

Sumber: jewfaq

Infografis Alquran Bantah Orang Yahudi akan Jadi Penghuni Surga - (Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler