Buka Puasa dengan Merokok, Seburuk Ini Dampaknya Bagi Tubuh

Ramadhan dapat menjadi momentum untuk berhenti merokok.

Prayogi/Republika.
Mural bertema kawasan bebas asap rokok (Dok). Jangan berbuka puasa dengan merokok.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat diserukan tak berbuka puasa dengan merokok. Selain kondisi tubuh relatif lemah usai berpuasa seharian, merokok juga akan berdampak buruk bagi kesehatan.

"Sesudah kita berpuasa seharian maka tentu kita relatif agak lemah, jadi tentu sangat tidak baik kalau keadaan itu lalu diperburuk lagi dengan merokok untuk berbuka (puasa)," kata Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, dikutip Ahad (31/3/2024)

Baca Juga

Profesor Tjandra menganjurkan masyarakat berbuka puasa dengan menyantap kurma kemudian makanan sehat dan bergizi dan tidak memilih merokok. Dia juga mengingatkan bahwa puasa Ramadhan dapat menjadi momentum bagi seseorang untuk hidup tanpa rokok.

Selama berpuasa, lanjut Prof Tjandra, seseorang dapat beraktivitas sejak pagi hingga sore hari tanpa merokok. Ini bisa diteruskan hingga malam hari hingga akhirnya berhenti merokok.

"Artinya, puasa Ramadhan ini kita dapat momentum hidup sehat tanpa rokok dan karena rokok merusak kesehatan maka kita dapat momentum juga menjauhi kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan," kata Prof Tjandra yang menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu.

Ketika nikotin yang terkandung dalam rokok masuk ke dalam tubuh dan saat itu perut dalam keadaan kosong, maka risiko seseorang terkena kanker paru menjadi lebih besar. Nikotin terendap dalam tubuh hingga delapan jam.

Pada tubuh seseorang yang sering merokok, semakin banyak endapan nikotin dalam tubuhnya. Ini berdampak pada risiko dia terkena penyakit jantung.

Selain itu, seseorang yang langsung merokok setelah berbuka puasa juga rentan mengalami kelelahan, mual, dan muntah. Mereka juga dapat mengalami penurunan fungsi jantung dan otot akibat sel-sel tubuh kekurangan oksigen.

Merokok juga dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan, antara lain penyakit paru-paru kronis, kerusakan gigi dan bau mulut, strok, dan serangan jantung. Perokok juga berisiko mengalami tulang mudah patah, gangguan pada mata seperti katarak, risiko kanker leher rahim dan keguguran pada wanita, serta kerontokan rambut.

Makin meningkat
Sementara itu, Kementerian Kesehatan melalui hasil survei global penggunaan tembakau pada usia dewasa (Global Adult Tobacco Survey-GATS) yang dilaksanakan 2011 dan diulang pada  2021 menyatakan terjadi peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa aktif dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Angkanya mencapai 8,8 juta orang.

Merujuk survei yang melibatkan sebanyak 9.156 responden itu, diketahui jumlah perokok aktif tahun 2011 sebanyak 60,3 juta orang. Lalu, pada 2021, angkanya menjadi 69,1 juta perokok.

Selain itu, hasil survei GATS menunjukkan adanya kenaikan prevalensi perokok elektronik hingga 10 kali lipat. Semula, angkanya dari 0,3 persen (2011) menjadi 3 persen (2021).

 
Berita Terpopuler