Bitch and Rich, Anak Orang Kaya Yang Leluasa Merundung di Sekolah

Bitch and Rich bisa disaksikan di Netflix.

network /Rahma Sulistya
.
Rep: Rahma Sulistya Red: Partner

Lee Eun-Saem dan Yeri Red Velvet dalam serial Bitch and Rich. (Netflix)

FILMUSIKU.com — Berkesempatan untuk menuntut ilmu di sekolah populer, bukan lah hal menyenangkan bagi para penerima beasiswa di Cheongdam International School di serial "Bitch and Rich". Sekolah bergengsi yang berisi anak-anak dari ‘orang penting’ di Korea Selatan, dan merundung anak-anak dengan kasta di bawah mereka adalah legal.

Anak orang miskin yang di sekolah sebelumnya mengaku-aku sebagai anak orang kaya, Kim Hye In (Lee Eun Saem), mendapat kesempatan bersekolah di sekolah tersebut. Itu karena dirinya menjadi saksi kunci dalam kasus pembunuhan yang menimpa salah satu murid penerima beasiswa, yang juga korban perundungan.

Hye In menerima kesempatan tersebut, dan berjanji untuk mentup mulut sebab kasus tersebut dinyatakan bunuh diri. Alih-alih merasa senang, Hye In justru sudah disambut dengan teror berdarah di lokernya. Ia berpikir, itu adalah ulah Baek Jae Na (Yeri ‘Red Velvet’), yang sempat berkelahi dengan Hye In di mall.

Jae Na adalah anak dari orang yang paling tinggi memberikan donasi untuk sekolah. Nama para orang tua tersebut dipajang dalam papan Dermawan Pemurah, di mana yang paling tertinggi adalah Klub Kehormatan. Tentu saja jika melihat papan tersebut, anak-anaknya berhak melakukan apapun sesuka di hati di sekolah.

Sebelum terbunuh, korban bernama Kim Hae In (Jang Sung Yoon), sempat mengadukan perundungan di sekolah dan memberikan bukti-bukti kepada gurunya. Tetapi hal itu langsung dimentahkan, bahkan pihak sekolah menyebut tidak ada bukti kuat bahwa itu termasuk perundungan.

Para penerima beasiswa yang merupakan kasta terendah, harus siap menerima perundungan sampai lulus. Sementara Hye In yang selalu berambisi kuat dan tidak pernah mau direndahkan, akhirnya menggunakan otaknya untuk keluar dari penderitaan itu dan mencoba bergabung dengan Jae Na.

Akankah Hye In berhasil dalam perebutan kekuasaan dan pertarungan mental yang sengit dengan Jae Na? Serial "Bitch and Rich" masih tayang di Netflix. Tetapi berbicara soal perundungan di sekolah bertaraf internasional, rupanya ini bukan hal yang aneh.


Seperti yang terjadi baru-baru ini, geng dari Binus International School Serpong merundung beberapa orang anak sebagai ajang pembuktian diri. Kasus tersebut melibatkan anak musisi Vincent Rompies, dan korbannya sampai harus dilarikan ke rumah sakit.

Tidak hanya menyoroti kasus perundungan, murid biasa yang harus ‘menjilat’ murid dengan kasta tertinggi untuk bisa masuk dalam circle, juga masih menjadi fenomena gunung es di masyarakat. Misalnya di Indonesia ada istilah panjat sosial atau pansos, agar nama seseorang bisa tersemat dalam sebuah kelompok yang diakui.

Banyak sekali anak muda terutama yang akrab dengan dunia malam, melakukan pansos dengan cara masuk lewat sebuah pesta. Jika berhasil, kehidupan mereka akan aman dalam segala aspek dan bonusnya adalah jadi ikut terkenal.

Lalu media sosial yang menjadi tolak ukur kesuksesan anak muda, juga digambarkan dalam "Bitch and Rich". Ketika Hye In berpura-pura menjadi anak orang kaya untuk mengisi konten Instagram miliknya, hal itu berhasil menggaet banyak followers dan likes. Tetapi secara tidak langsung, itu malah membentuk mentalnya menjadi lebih kuat lagi.

Haruskah seseorang berpura-pura kaya atau bahagia padahal sebenarnya tidak? Bagaimana dengan istilah ‘fake it till you make it’? Hal yang dilakukan Hye In bisa dikategorikan tidak pas karena sudah masuk ke tahap penipuan publik dan tersebar di media sosial.

Tetapi berharap dan bermimpi bisa menjadi orang kaya seperti yang dibayangkan dan tetap terlihat kuat dalam perjuangan meraihnya, itu merupakan hal yang tidak masalah. Christine Carter yang merupakan penulis The New Adolescence: Raising Happy and Successful Teens in an Age of Anxiety and Distraction, menyebut terkadang kita sebaiknya tersenyum saja, meskipun kita tidak ingin melakukannya.

Meski terdengar sangat dipaksakan, ada ilmu pengetahuan yang kuat yang mendukung anggapan bahwa hal ini sebenarnya akan membuat diri merasa lebih bahagia. Ekspresi wajah saja, tanpa terlebih dahulu merasakan emosi yang bersangkutan, sudah cukup untuk menciptakan perubahan nyata pada sistem saraf otonom.

Jadi terkadang, berpura-pura adalah bentuk doa, yang diharapkan suatu saat bisa terwujud. Apalagi yang dilakukan Hye In juga malah membangkitkan semangatnya untuk suatu saat bisa meraih kesetaraan.

 
Berita Terpopuler