Para Ahli Bedah di Bumi Operasikan Robot di ISS dari Jarak Jauh 

Dokter bedah melakukan operasi semacam itu untuk pertama kalinya di orbit.

Notebookcheck
SpaceMIRA.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli bedah antariksa yang berada di Bumi mengendalikan robot kecil di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dari jarak jauh pekan ini. Mereka melakukan operasi semacam itu untuk pertama kalinya di orbit, meskipun menggunakan karet-karet gelang. 

Baca Juga

Eksperimen tersebut, yang dianggap sebagai “sukses besar” oleh para peserta, mewakili langkah baru dalam pengembangan bedah luar angkasa, yang mungkin diperlukan untuk menangani keadaan darurat medis selama perjalanan berawak bertahun-tahun, seperti ke planet Mars. Teknologi ini juga dapat digunakan untuk mengembangkan teknik bedah kendali jarak jauh di Bumi, untuk melayani daerah-daerah terpencil. 

Dilansir Japan Today, Sabtu (17/2/2024), robot yang dikembangkan oleh Virtual Incision (VIC) dan University of Nebraska, Amerika Serikat (AS) ini diberi nama spaceMIRA. Pesawat tersebut berangkat ke ISS pada akhir Januari, dengan muatan yang dibawa oleh roket SpaceX. 

spaceMIRA disimpan di dalam kotak padat seukuran oven microwave. Robot tersebut dipasang oleh astronaut NASA Loral O'Hara, yang telah berada di luar angkasa sejak September lalu. Eksperimen kemudian dilakukan dari kantor-kantor pusat Virtual Incision di Lincoln, Nebraska. 

Itu berlangsung sekitar dua jam, dengan enam ahli bedah mencoba mengoperasikan robot yang dilengkapi dengan kamera dan dua lengan. 

“Eksperimen ini menguji teknik bedah standar seperti menggenggam, memanipulasi, dan memotong jaringan. Jaringan yang disimulasikan terbuat dari karet-karet gelang,” kata Virtual Incision dalam sebuah pernyataan. 

Dalam video yang dibagikan oleh perusahaan tersebut, terlihat satu lengan yang dilengkapi penjepit-penjepit dapat mencengkeram tali jam dan meregangkannya, sementara lengan lainnya yang dilengkapi gunting-gunting membuat potongan, menirukan pembedahan. Kesulitan utama adalah jeda waktu, sekitar 0,85 detik, antara pusat operasi di Bumi dan ISS. 

Untuk eksperimen kontrol, proses yang sama akan dilakukan dengan peralatan yang sama, tetapi di Bumi. 

“Eksperimen ini dianggap sukses besar oleh semua ahli bedah dan peneliti, dan tidak ada kendala-kendala sama sekali,” ujar Virtual Incision dalam sebuah pernyataan, mengklaim bahwa hal itu akan “mengubah masa depan operasi.” 

NASA, yang memberikan sejumlah dukungan finansial untuk proyek tersebut, mengatakan bahwa dengan misi-misi luar angkasa yang lebih lama, “potensi kebutuhan akan perawatan darurat meningkat, termasuk prosedur bedah mulai dari penjahitan luka sederhana hingga aktivitas-aktivitas yang lebih kompleks.” 

 
Berita Terpopuler