Boleh Berbuat Maksiat Jika Mampu Lakukan Lima Syarat Ini

Seorang laki-laki meminta nasihat yang ampuh agar dijauhkan dari perbuatan maksiat.

Pixabay
Ilustrasi.
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikisahkan suatu waktu di masa lalu, ada seorang laki-laki pergi menemui Syekh Ibrahim bin Adham, ulama penyembuh penyakit hati. Laki-laki itu meminta nasihat yang ampuh agar dijauhkan dari perbuatan maksiat dan dosa.

Kepada Ibrahim bin Adham laki-laki itu berkata, "Aku adalah orang yang berdosa, sebutkanlah kepadaku apa yang dapat membuat aku berhenti melakukan dosa."

Ibrahim bin Adham menjawab, "Jika kamu mampu melakukan lima perkara (lima syarat ini), maka kamu tidak akan tergolong pelaku maksiat."

Laki-laki itu bersungguh-sungguh mendengarkan nasihat Ibrahim bin Adham, ia berkata, "Sebutkanlah apa yang ingin kamu katakan wahai Ibrahim."

Baca Juga

Syarat pertama

Ibrahim bin Adham berkata, "Pertama, jika kamu akan melakukan perbuatan maksiat kepada Allah, maka janganlah kamu makan rezeki dari-Nya."

Laki-laki itu merasa heran, ia bertanya, "Bagaimana mungkin kamu mengatakan itu wahai Ibrahim, sedangkan semua rezeki itu datang dari Allah."

Ibrahim berkata, "Jika kamu mengetahui itu, apakah layak bagi kamu memakan rezeki dari Allah, kemudian kamu melakukan perbuatan maksiat kepada-Nya."

Laki-laki itu menjawab, "Tidak wahai Ibrahim. Sebutkanlah yang kedua."

Selanjutnya...

Syarat kedua

Ibrahim bin Adham berkata, "Jika kamu akan melakukan perbuatan maksiat, maka janganlah kamu tinggal di negeri milik Allah."

Laki-laki itu lebih heran daripada keheranannya yang pertama. Ia berkata, "Bagaimana mungkin kamu mengatakan itu wahai Ibrahim, sedangkan semua negeri ini milik Allah."

Ibrahim bin Adham berkata, "Jika kamu mengetahui itu, apakah layak bagi kamu tinggal di negeri milik Allah sedangkan kamu berbuat maksiat kepada-Nya."

Laki-laki itu menjawab, "Tidak wahai Ibrahim, sebutkanlah yang ketiga."

Syarat ketiga

Ibrahim bin Adham berkata, "Jika kamu ingin melakukan perbuatan maksiat, maka carilah tempat yang tidak dilihat oleh Allah, maka lakukanlah perbuatan maksiat di tempat itu."

Laki-laki itu berkata, "Bagaimana mungkin kamu mengatakan itu wahai Ibrahim, Dia (Allah) Maha Mengetahui tentang semua rahasia, Allah mengetahui yang dinyatakan dan yang disembunyikan, mendengar hentakan kaki semut di atas batu hitam pekat di tengah malam yang gelap gulita."

Ibrahim bin Adham berkata, "Jika kamu mengetahui hal itu, apakah pantas kamu melakukan maksiat kepada Allah.”

Laki-laki itu menjawab, "Tidak. Wahai Ibrahim, sebutkan yang keempat."

Selanjutnya...

Syarat keempat

Ibrahim bin Adham berkata, "Jika malaikat maut datang kepada kamu untuk mencabut nyawa kamu, maka katakanlah kepada malaikat maut, 'Tundalah hingga waktu tertentu'."

Laki-laki itu berkata, "Bagaimana mungkin kamu mengatakan demikian wahai Ibrahim, sedangkan Allah telah berfirman, 'Maka apabila telah datang waktunya (kematian) mereka tidak dapat mengundurkannya sesaatpun dan tidak dapat memajukannya'." (Quran Surat Al-A'raf Ayat 34).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

Wa likulli ummatin ajal(un), fa iżā jā'a ajaluhum lā yasta'khirūna sā‘ataw wa lā yastaqdimūn(a).

Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan. (QS Al-A‘raf Ayat 34)

Ibrahim bin Adham berkata kepada laki-laki itu, "Jika kamu telah mengetahui hal itu, lantas bagaimana mungkin kamu masih mengharapkan keselamatan."

Laki-laki itu menjawab, "Ya, sebutkan yang kelima wahai Ibrahim."

Syarat kelima

Ibrahim bin Adham berkata, "Jika malaikat Zabaniah (para malaikat neraka Jahanam) datang kepada kamu untuk memasukkan kamu ke dalam neraka Jahanam, maka janganlah kamu pergi bersama mereka."

Hampir saja laki-laki itu tidak mendengarkan syarat yang kelima, ia berkata sambil menangis, "Cukup wahai Ibrahim, aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya."

Kemudian, laki-laki itu pun rajin beribadah hingga ia meninggal dunia.

Demikian kisah seorang laki-laki meminta nasihat kepada Syekh Ibrahim bin Adham agar tidak berbuat maksiat dan dosa lagi. Dilansir dari buku Sa'atan Sa'atan (Semua Ada Saatnya) yang ditulis Syekh Mahmud Al-Mishri diterjemahkan Ustaz Abdul Somad diterbitkan Pustaka Al-Kautsar.

 
Berita Terpopuler