Mengapa Rezeki Setiap Orang Berbeda-beda?

Allah SWT membagikan rezeki dengan bijaksana kepada para hamba-Nya.

ANTARA/Bayu Pratama S
Pedagang menjajakan dagangannya di atas jukung (perahu) di Wisata Pasar Terapung Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (8/6/2022). Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan enam destinasi wisata menjadi prioritas dalam pengembangan, salah satunya wisata pasar terapung dan geopark Meratus yang berpotensi menjadikan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai kekuatan baru ekonomi serta sebagai pintu gerbang IKN Nusantara di Kalimantan Timur.
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim memiliki rezekinya masing-masing. Rezeki antara satu orang dengan yang lainnya berbeda-beda. Dalam Islam, sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW, seseorang tidak akan meninggal dunia sebelum sempurna rezekinya.

Diriwayatkan dari Abu Umamah Al Bahili, Nabi Muhammad SAW bersabda:

(إنَّ رُوحَ القُدُسِ نفثَ في رُوعِي، أنَّ نفسًا لَن تموتَ حتَّى تستكمِلَ أجلَها، وتستوعِبَ رزقَها، فاتَّقوا اللهَ، وأجمِلُوا في الطَّلَبِ، ولا يَحمِلَنَّ أحدَكم استبطاءُ الرِّزقِ أن يطلُبَه بمَعصيةِ اللهِ، فإنَّ اللهَ تعالى لا يُنالُ ما عندَه إلَّا بِطاعَتِهِ)

"Sungguh ruh qudus (Jibril) telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai telah sempurna rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara menjemput rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya." (HR. Abu Nu'aim, tercantum dalam Shahih Al Jami')

Terdapat dua jenis rezeki secara umum. Pertama adalah rezeki yang datang di mana pun dia berada.

Baca Juga

Hal ini seperti harta warisan yang diterima oleh seseorang, tanpa perlu berupaya atau mencari. Kedua adalah rezeki yang diperoleh dengan jalan berusaha atau ikhtiar.

Allah SWT membagikan rezeki dengan bijaksana kepada para hamba-Nya. Maka Dia jadikan di antara para hamba-Nya ada yang kaya dan juga miskin. Sehingga tidak semuanya berada dalam keadaan yang sama. Karena keadaan setiap hamba adalah ujian untuknya.

Allah SWT berfirman...

Allah SWT berfirman:

اَهُمْ يَقْسِمُوْنَ رَحْمَتَ رَبِّكَۗ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيْشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗوَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Az Zukhruf ayat 32)

Allah SWT membagikan rezeki berdasarkan pengetahuan-Nya terhadap keadaan setiap hamba. Dengan demikian, sepatutnya orang yang kekurangan harta tidak bersikap iri kepada orang yang dilimpahkan rezeki berlimpah.

Sebab, bisa saja, jika orang miskin itu diberi harta berlimpah yang terjadi justru ia melakukan perbuatan yang melampaui batas dan menjadi kufur. Sehingga, keadaan miskin lebih baik untuknya.

Hal tersebut didasarkan pada firman Allah SWT:

۞ وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَرْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ

"Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat." (QS. Asy Syura ayat 27)

Di situlah, kemiskinan yang dialami seseorang sejatinya menjadi rahmat dan karunia dari Allah. Dalam keadaan apapun harus senantiasa bersyukur atas apa yang Allah SWT berikan kepadanya. Orang beriman meyakini Allah tidak menakdirkan apa pun kecuali kebaikan sehingga dia merasa tenteram dengan hal itu dan ridha.

Sumber: Mawdoo3

 
Berita Terpopuler