Waspada, Varian Pirola Lebih Mudah Mengusik Paru Penderita Covid-19

Varian BA.2.86 juga dikenal dengan sebutan pirola.

Freepik
Seseorang bersin (ilustrasi). Varian pirola dari virus penyebab Covid-19 lebih mudah mengusik paru.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian mengungkap efek mengkhawatirkan dari varian virus penyebab Covid-19 yang bernama BA.2.86 atau pirola. Mutasi virus itu disebut dapat berfusi ke sel paru-paru dengan lebih cepat.

Fusi sel merupakan salah satu tahapan dalam proses virus masuk ke area tubuh tertentu. Menurut para pakar, proses fusi varian pirola ke sel paru-paru lebih cepat dibandingkan strain omicron lainnya.

Dikutip dari laman The Sun, Rabu (10/1/2024), pirola terkait erat dengan JN.1. Varian JN.1 yang merupakan bagian dari omicron merupakan penyebab kasus Covid-19 yang paling umum di seluruh dunia.

"Kita tidak bisa mengabaikan bukti yang ada. Segalanya bisa terjadi. Sangat sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya," ujar salah satu peneliti dari Ohio State University, Shan-Lu Liu.

Penelitian yang dipublikasikan di Cell itu mengamati bagaimana varian BA.2.86 atau pirola merespons vaksin. Dicermati pula bagaimana dampaknya pada tubuh jika dibandingkan dengan strain lain.

Para peneliti menguji versi BA.2.86 buatan laboratorium yang tidak menular untuk melihat seberapa baik fusi atau proses penyatuannya dengan sel tubuh manusia. Tim menemukan bahwa virus ini mengikat sel-sel di paru-paru bagian bawah secara lebih efisien.

Sifat itu disebut mirip dengan strain yang lebih mematikan yang ada sebelum omicron. Liu mengatakan bahwa omicron biasanya dianggap lebih ringan karena cenderung memengaruhi saluran napas bagian atas. Namun, BA.2.86 mungkin membalikkan tren ini.

Baca Juga

Penelitian terpisah, yang juga diterbitkan di Cell, menghasilkan kesimpulan serupa. Profesor Stefan Pohlmann dari Georg-August-University Gottingen di Jerman menyebut BA.2.86 menunjukkan ciri khas strain awal SARS-CoV-2, yakni kekuatan fusi ke sel paru-paru yang kuat.

"Ini mungkin merupakan peningkatan ancaman kesehatan dibandingkan dengan turunan omicron sebelumnya," ungkap Pohlmann.

BA.2.86 berkerabat dekat dengan JN.1, dengan hanya satu perubahan pada protein lonjakan. Pusat Pengendalian dan Perlindungan Penyakit (CDC) sebelumnya mengatakan JN.1 lebih mudah menular dan lebih baik dalam menghindari sistem kekebalan tubuh.

Meski tidak lagi dikategorikan sebagai pandemi, Covid-19 masih diidap banyak orang di seluruh dunia. Gejala Covid-19 dapat meliputi demam, menggigil, batuk terus-menerus, hilangnya fungsi indra penciuman atau perasa, sesak napas, kelelahan, dan nyeri tubuh. Pasien juga bisa mengalami sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, hidung tersumbat, kehilangan selera makan, dan diare.

 
Berita Terpopuler