Disebut Penutup Nggak Jelas, Komunitas Hijabers: Hijab Ibarat Perisai, Identitas Muslimah

Pernyataan Arya Wedakarna soal penutup kepala dinilai konteksnya tentang jilbab.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pengunjung berfoto di area Hijab Expo Indonesia (HEI) 2023 di Gastro Pullman Hotel Bandung, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/9/2023). Hijab merupakan identitas Muslimah.
Rep: Adysha Citra Rahmadhani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Beberapa waktu lalu, pernyataan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Bali Arya Wedakarna mengenai hijab sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial. Dalam cuplikan video yang beredar, Arya sempat menggunakan istilah "penutup nggak jelas" untuk menyebut hijab. Berkaitan dengan hal ini, komunitas hijaber turut angkat bicara.

Baca Juga

"Bismillah, menurut pandangan saya, kata-kata tersebut sebenarnya tidak pantas diutarakan oleh seorang pejabat sekelas bapak tersebut," ungkap Ketua Umum Hijabers Community, Putri Dwiandari, kepada Republika.co.id.

Putri mengungkapkan video tersebut memang tidak menyebut agama tertentu. Akan tetapi, masyarakat bisa menyadari dan memahami konteks yang dibicarakan.

"Dan apa yang disebut itu mengacu kepada hijab. Kata-kata tersebut menurut saya sangat menyinggung Muslimah berhijab," ujar Putri.

Putri menekankan hijab bukanlah penutup yang tidak jelas. Hijab juga bukan bagian dari kebudayaan ras atau negara tertentu. Putri menerangkan bahwa hijab merupakan identitas seorang Muslimah dan Allah telah memerintahkan setiap Muslimah untuk memakainya, terlepas dari apa pun ras dan negara mereka.

"Ini adalah bentuk ketaatan kami sebagai Muslim dan kami bangga memakai hijab," jelas Putri.

Dalam cuplikan video yang beredar, Arya juga sempat meminta agar posisi front liner tidak diisi oleh perempuan yang menggunakan "penutup nggak jelas". Terkait pernyataan ini, Putri turut menyoroti adanya beberapa instansi yang masih melarang karyawan menampakkan simbol agama ketika bekerja, seperti memakai hijab.

"Padahal, Indonesia adalah negara dengan mayoritas Muslim dan berhijab pun termasuk hak asasi manusia dalam berpakaian," ujar Putri.

Putri mengingatkan Indonesia merupakan negara yang menjunjung nilai keagamaan, sesuai dengan sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Menggunakan hijab, lanjut Putri, merupakan salah satu cara bagi seorang Muslim untuk menjalankan ajaran agamanya.

Putri juga turut mengomentari klarifikasi yang telah diberikan oleh Arya. Putri mengingatkan bahwa jejak digital akan selalu ada.

Oleh karena itu, sudah seharusnya orang-orang lebih berhati-hati dalam berucap dan bertindak. Selain itu, Putri juga menekankan pentingnya menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan beragama, yakni dengan membiarkan umat agama lain melakukan apa yang menjadi perintah agamanya (berhijab).

"Semoga masyarakat juga semakin teredukasi akan pentingnya toleransi beragama (yang benar) ini. Dan sebagai reminder (pengingat) kita semua, baginda Nabi Rasulullah SAW bersabda 'berkatalah baik, atau diam'," kata Putri.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Presiden Komunitas Jurnalis Berhijab periode 2022-2025, Okky Irmanita. Okky turut menyayangkan pernyataan Arya terkait hijab dalam video viral yang beredar.

"Kita tahu, hijab merupakan ajaran agama Islam, yang kebetulan pemeluknya adalah mayoritas penduduk Indonesia," tutur Okky kepada Republika.co.id.

Bagi Muslimah, Okky mengatakan hijab bukanlah sekedar penutup kepala. Akan tetapi, hijab merupakan "perisai" yang melindungi perempuan.

Okky menyatakan, hijab juga bukanlah penghalang bagi seorang Muslimah untuk eksis bekerja di berbagai industri dan profesi. Hal ini tak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga di berbagai belahan dunia. Dengan perkembangan tren fesyen modest, para Muslimah juga bisa tetap terlihat modis dengan hijab mereka.

"Saya pribadi mengajak kita semua untuk kembali mengingat semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Mumpung masih semangat tahun baru. Mari kita rangkul dan ingatkan Bapak Senator untuk saling menghargai," tutur Okky.

 
Berita Terpopuler