Terungkap Fakta Baru Terkait Ayah dalam Kasus Bunuh Diri Sekeluarga di Malang

Peristiwa dugaan bunuh diri terjadi di sebuah rumah kontrakan di Malang.

Republika/Wilda fizriyani 
Kondisi rumah kontrakan dari keluarga yang bunuh diri di Dusun Boro Bugis RT 03 RW 10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Rabu (13/12/2023).
Rep: Wilda Fizriyani Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ayah keluarga yang melakukan bunuh diri di Kabupaten Malang, WE (44 tahun) tercatat telah diangkat menjadi guru dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) di Kota Malang. Bahkan, pria yang berkerja sebagai guru SD di Kota Malang ini menjabat sebagai Ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Sukun, Kota Malang.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Suwarjana, mengatakan, WE sebenarnya termasuk sosok yang baik. Berdasarkan cerita dari rekan-rekan pengajar, WE merupakan orang yang rajin melakukan ibadah puasa Senin dan Kamis.

Baca Juga

"Tidak pernah putus. Shalat sunnah seperti Shalat Dhuha, itu juga jalan terus," tegasnya di Kota Malang, Rabu (13/12/2023).

WE juga bukan orang yang tertutup bagi teman-teman pengajar. Secara keseluruhan, dia termasuk orang yang cerdas, rendah hati, aktif dan rajin beribadah. Korban juga tidak pernah menimbulkan masalah bagi teman-temannya maupun tetangganya.

Berdasarkan cerita teman pengajar, WE terakhir kali terlihat di sekolah pada Senin (11/12/2023). Dia izin keluar sekitar pukul 09.00 WIB karena hendak menjemput salah satu anaknya. "Hanya itu saja. Terus Selasa (12 Desember 2023) pagi itu ditemukan meninggal," tegasnya.

Kondisi ekonomi dan utang...

Adapun perihal kondisi ekonomi atau utang, Suwarjana belum mengetahui pasti. "Tapi katakanlah kalau misal ada tunggakan di sekolah si anak, kan anaknya dua-duanya (almarhumah ARE dan AKE) sekolah di SMP negeri, jadi kan gratis. Utang di teman-temannya juga gak ada," ujarnya.

Sebelumnya, peristiwa dugaan bunuh diri terjadi di sebuah rumah kontrakan di Dusun Boro Bugis RT 03 RW 10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Ketiga orang ditemukan meninggal merupakan pasangan suami istri WE (44 tahun) dan S (40), serta seorang anak perempuan ARE (12).

Adapun kronologi kejadian bermula saat AKE (12), saudara kembar dari korban meninggal ARE, berteriak meminta tolong kepada tetangga korban. Hal itu karena keluarganya menghilang, sementara salah satu kamar di rumahnya tidak bisa dibuka.

Mendapati hal tersebut, Galih (38 tahun), salah satu tetangga berinisiatif memeriksa kamar belakang dan berupaya mendobrak pintu dari luar. Usai terbuka, didapati bahwa S dan ARE sudah dalam keadaan terbujur kaku terbaring di tempat tidur. Sementara itu, WE diketahui telentang di lantai merintih kesakitan dengan luka pendarahan di pergelangan tangan kiri.

Mengetahui hal tersebut, warga yang berdatangan kemudian membawa WE menuju ke Rumah Sakit Angkatan Udara Dr M Munir Lanud Abd Saleh untuk mendapatkan pertolongan. Namun sesampainya di rumah sakit, korban WE dinyatakan telah meninggal dunia.

Kronologi penemuan satu keluarga meninggal...

Kasatreskrim Polres Malang, AKP Gandha Syah Hidayat, mengatakan, dari keempat anggota, tiga di antaranya meninggal dunia diduga akibat bunuh diri. Mereka terdiri atas ayah bernama Wahaf Efendi (43 tahun), ibu bernama Sulikhah (40), dan satu anak perempuan berinisial ARE, (12).

Gandha menjelaskan, kronologi peristiwa ini bermula saat anak Wahaf, yaitu AKE (12 tahun) keluar dari rumahnya dan berteriak minta tolong sekitar pukul 08.00 WIB. Warga sekitar yang mendengar teriakan tersebut langsung mendatangi rumah Wahaf. "Lalu membuka salah satu kamar," ujar Gandha.

Setelah membuka salah satu kamar, warga menemukan tiga orang yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kembar dari AKE, yakni ARE. Wahaf Efendi selaku ayah AKE ditemukan tengah sekarat akibat sayatan di pergelangan tangan kirinya. Wahaf ditemukan tergeletak di lantai kamar dengan bersimbah darah

Selain itu, warga juga menemukan istri Wahaf yaitu Sulikhah, dan satu orang putrinya, ARE dalam kondisi meninggal dunia. Kedua jenazah ditemukan dalam kondisi tidur telentang di kasur. Mereka ditemukan dalam keadaan mulut mengeluarkan busa dan bau menyengat.

Mengetahui Wahaf masih hidup, warga pun langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Namun guru SD tersebut tidak berhasil diselamatkan sehingga dinyatakan meninggal dunia pada pukul 08.50 WIB. Wahaf diketahui memiliki satu luka sayatan besar di tangan kiri dan sayatan kecil di tangan kanan.

Untuk saat ini, kepolisian belum dapat mengungkapkan motif bunuh diri tersebut. Pihaknya masih tengah berusaha untuk mendalami kejadian ini. "Mohon doanya. Ini menjadi masih kita dalami terkait motif," kata dia menambahkan.

Cara Masyarakat Mencegah Aksi Bunuh Diri - (Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler