Kala Yahudi Berdebat Soal Agama Nabi Ibrahim, Begini Bantahan Alquran 

Yahudi Israel telah berbuat biadab terhadap Palestina.

www.freepik.com
Kisah Nabi Ibrahim AS (ilustrasi).
Rep: Andrian Saputra Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, Orang Yahudi dan Nasrani saling berdebat tentang agama nabi Ibrahim alaihi salam. Orang Yahudi mengklaim bahwa agama nabi Ibrahim sama dengan mereka. Begitu juga orang Nasrani, mengklaim agama nabi Ibrahim sama dengan mereka. Alquran Al Karim membantah klaim mereka semuanya. Alquran menegaskan bahwa nabi Ibrahim adalah orang yang beriman kepada Allah ta'ala, nabi Ibrahim jauh dari kesyirikan dan dia adalah seorang Muslim. 

Baca Juga

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (٦٥) هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (٦٦) مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٦٧) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَٰذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا ۗ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (٦٨). 

Artinya: Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? (65). Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (66) Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (67). Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (68). (Alquran surat Ali Imran ayat 65-68). 

Ibnu Katsir dalam tafsir Qur'an Al Adzim menjelaskan bahwa dalam ayat-ayat tersebut Allah ta'ala mengingkari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang saling berbantah-bantahan mengenai nabi Ibrahim. Masing-masing mereka mengklaim bahwa nabi Ibrahim adalah dari golongan mereka. 

Ayat ini turun berkenaan dengan perdebatan antara orang Nasrani Najran dan pendeta Yahudi tentang nabi Ibrahim di hadapan Rasulullah SAW.

حدثني محمد بن أبي محمد مولى زيد بن ثابت ، حدثني سعيد بن جبير أو عكرمة ، عن ابن عباس قال : اجتمعت نصارى نجران وأحبار يهود عند رسول الله ﷺ ، فتنازعوا عنده ، فقالت الأحبار : ما كان إبراهيم إلا يهوديا . وقالت النصارى ما كان إبراهيم إلا نصرانيا . فأنزل الله تعالى: (يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ) 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Artinya: Muhammad bin Abi Muhammad tuannya Zaid bin Tsabit meriwayatkan kepadaku, Said bin Jubair atau Ikrimah meriwayatkan padaku, dari Ibnu Abbas ia berkata : berkumpul  orang-orang Nasrani Najran dan para pendeta Yahudi bersama Rasulullah SAW. Maka mereka saling berselisih di hadapan Rasulullah. Pendeta Yahudi berkata : Ibrahim itu tidak lain adalah seorang Yahudi. Dan orang-orang Nasrani berkata : Ibrahim itu tidak lain adalah seorang Nasrani. Maka Allah ta'ala menurunkan ayat: “ya akhlak kitab lima tuhajjuna fiy Ibrohim wa ma unzilatit taurotu wal injilu Illa mimbadih, adalah ta’qilun. (Lihat tafsir Qur'an Al Adzim karya Ibnu Katsir, cetakan Dar Thayyibah linnasyri wa Tauzi, Saudi, jilid 2 halaman 57).  

Dengan logika sederhana, klaim Yahudi dan Nasrani itu sama-sama terbantahkan. Sebagaimana diterangkan dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa bagaimana mungkin nabi Ibrahim itu beragama Yahudi, sedangkan zaman hidup nabi Ibrahim itu jauh sebelum Allah ta'ala menurunkan Taurat kepada nabi Musa. Dan bagaimana mungkin nabi Ibrahim itu beragama Nasrani, sedangkan Injil itu juga turun setelah zamannya nabi Ibrahim. Sesungguhnya orang Yahudi dan Nasrani yang berbantah-bantahan tentang nabi Ibrahim itu tidak didasari dengan pengetahuan.  

Dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa dalam ayat 65 surat Ali Imran Allah mencela perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang selalu berselisih dalam hal kemurnian agama mereka masing-masing, karena mereka menganggap bahwa agama merekalah yang paling benar. 

Ahli kitab, orang-orang Yahudi dan Nasrani dikecam, mengapa mereka saling berselisih dan berbantah-bantah dalam persoalan agama nenek moyang mereka Nabi Ibrahim. Orang Yahudi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Yahudi dan orang-orang Nasrani mengatakan bahwa nabi Ibrahim memeluk agama Nasrani. Mereka berpendapat demikian karena Nabi Ibrahim itu dianggap sebagai lambang ketinggian martabat bagi masing-masing golongan. 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Di dalam kitab mereka terdapat pujian terhadap Ibrahim alaihissalam baik dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjuan baru, sebagaimana juga orang Quraisy memuliakan namanya, mereka pun mengakui bahwa agama merekalah yang sesuai dengan agama Ibrahim. 

Menurut pernyataan Alquran, pengakuan mereka itu sedikit pun tidak beralasan, karena ajaran Ibrahim sedikit pun tidak membekas dalam upacara-upacara keagamaan mereka. Yang benar ialah Nabi Ibrahim itu memeluk agama yang sesuai dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. 

Ketentuan serupa ini telah diisyaratkan oleh firman Allah, bahwa Taurat dan Injil itu diturunkan oleh Allah sesudah datangnya Ibrahim.  

Logikanya karena kedua Kitab itu diturunkan sesudah Ibrahim, semestinya tidak akan terjadi perselisihan pendapat dan bantah membantah seperti itu. Perselisihan yang hebat itu menunjukkan ketidakbenaran alasan yang dikemukakan mereka, karena tidak mungkin yang datang terlebih dahulu itu mengikuti yang datang sesudahnya. 

Itulah sebabnya maka Allah menegur mereka, “Apakah mereka itu tidak berpikir.” Hal ini menunjukkan bahwa andaikata mereka itu mau berpikir tentu tidak akan terjadi perbantahan seperti itu. Dalam hal ini terdapat isyarat yang kuat, yang menunjukkan kelemahan pikiran dan hujjah (argumentasi) mereka. 

Lalu Alquran menjelaskan tentang apa agama nabi Ibrahim itu. Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa  nabi Ibrahim orang yang bertauhid ,seorang yang lurus dan berserah diri (Hanifa musliman). 

ثم قال تعالى: (مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا) اى : متحنفا عن الشرك قصدا إلى الإيمان (وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ) . وهذه الآية كالتي تقدمت في سورة البقرة : ( وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ تَهْتَدُوا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ، البقرة : ١٣٥) . 

Artinya: Kemudian Allah taala berfirman (Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri kepada Allah). yakni berpaling dari kemusyikan menuju kepada iman. (dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik). Dan ayat ini semakna dengan ayat yang telah lalu dalam surat Al Baqarah: Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik. Al Baqarah:135. (Lihat tafsir Qur'an Al Adzim, Jilid 2, halaman 58). 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Sementara itu dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan pada ayat 67 surat Ali Imran Allah memberikan ketegasan kepada orang yang berdebat siapa Nabi Ibrahim yang sebenarnya (an-Nisa ayat 125). Ayat ini merupakan jawaban bagi perdebatan orang Yahudi dan Nasrani mengenai agama Nabi Ibrahim.  

Mereka masing-masing berpendapat bahwa Ibrahim menganut agama yang dipeluk mereka. Pendapat mereka itu sebenarnya adalah dusta karena tidak didasarkan pada bukti-bukti yang nyata. Yang benar ialah keterangan yang didasarkan wahyu yang diyakini kaum Muslimin, karena umat Islam memeluk agama seperti agama yang dipeluk oleh Nabi Ibrahim dan agama Islam mempunyai prinsip-prinsip yang dibawa oleh Nabi Ibrahim.  

Maka jelaslah bahwa Nabi Ibrahim itu tidak memeluk agama Nasrani dan tidak pula pemeluk agama Yahudi akan tetapi Nabi Ibrahim itu seorang yang taat kepada Allah, tetap berpegang kepada petunjuk Allah serta tunduk dan taat kepada segala yang diperintahkan-Nya. 

Nabi Ibrahim tidak menganut kepercayaan musyrikin, yaitu kafir Quraisy dan suku Arab lainnya, yang menganggap diri mereka mengikuti agama Nabi Ibrahim. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Nabi Ibrahim adalah orang yang dimuliakan oleh segala pihak, baik orang-orang Yahudi, Nasrani ataupun musyrikin. Tetapi sayang pendapat mereka itu tidak benar, karena Nabi Ibrahim itu tidak beragama seperti agama mereka. Beliau adalah orang Muslim yang ikhlas kepada Allah, sedikit pun tidak pernah mempersekutukan-Nya. 

Lalu dalam ayat selanjutnya yaitu ayat 68 surat Ali Imran Allah menegaskan tentang siapa yang berhak mengklaim sebagai pengikut nabi Ibrahim.  

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan yang berhak mengklaim menjadi pengikut nabi Ibrahim mereka adalah orang-orang yang bertauhid kepada Allah sebagaimana tauhidnya nabi Ibrahim, mengikuti ajaran nabi Ibrahim yang juga merupakan ajaran nabi Muhammad,  juga diikuti oleh orang-orang beriman yaitu para sahabat nabi serta orang-orang setelahnya yakni para tabiin, tabiut tabiin, dan para ulama.  

ثم قال تعالى: (إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَٰذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا ۗ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ ) يقول تعالى: أحق الناس بمتابعة إبراهيم الخليل الذين اتبعوه على دينه ، وهذا النبى - يعني محمدا ﷺ والذين آمنوا من أصحابه المهاجرين والأنصار ومن بعدهم. 

Artinya : Selanjutnya Allah ta'ala berfirman: Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. Artinya Allah ta'ala menyampaikan bahwa manusia yang paling berhak sebagai pengikut nabi Ibrahim khalilullah adalah orang-orang yang mengikuti nabi Ibrahim dalam agamanya (yaitu agama tauhid), dan nabi ini, yakni nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang beriman, dan para sahabat nabi yaitu dari golongan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang setelah mereka yang mengikuti para sahabat. ((Lihat tafsir Qur'an Al Adzim, Jilid 2, halaman 58).

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa pada ayat 68 surat Ali Imran dijelaskan bahwa orang yang paling berhak menjadi pendukung nabi Ibrahim dan yang paling setia agamanya, bukanlah orang yang hanya mengaku bahwa Nabi Ibrahim memeluk agamanya, tetapi orang yang mengikuti jejak Nabi Ibrahim dan meneruskan dakwahnya.  

Tentu saja orang itu adalah orang yang beragama tauhid dan dengan ikhlas melaksanakan agamanya. Mereka haruslah orang orang yang berserah diri kepada Allah semata, jauh dari sifat-sifat syirik. Sifat-sifat serupa ini terdapat pada Nabi Muhammad saw, dan pengikut-pengikutnya. Mereka memeluk agama tauhid, sedikit pun tidak terdapat dalam agamanya ajaran-ajaran pemujaan terhadap pemimpin dan tidak membenarkan adanya perantara dalam hubungan rnanusia dengan Tuhan.  

Mereka itu ikhlas dan beramal semata-mata karena Allah tidak karena syirik dan ria.Kesemuanya itu adalah inti ajaran Islam. Oleh sebab itu apabila ada agama yang tidak memiliki prinsip-prinsip tersebut maka agama itu jauh menyeleweng dan hanya tinggal bekas-bekasnya saja. 

 

Kemudian Allah menjanjikan bahwa Dia akan memberikan bantuan, kekuatan dan taufik kepada orang-orang mukmin karena Allah yang menguasai dan mengendalikan urusan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka serta memberikan pahala sesuai dengan banyak sedikitnya mereka mengamalkan ajaran Islam.

 
Berita Terpopuler