5 Sisi Positif yang Bisa Diteladani dari Sosok Ulama Tabiin Hasan Al-Basri

Hasan al-Basri dikenal sebagai sosok yang alim dan zuhud

Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi Hasan al-Basri. Hasan al-Basri dikenal sebagai sosok yang alim dan zuhud
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Contoh luar biasa tentang bagaimana seseorang yang berlatar belakang rendah seperti budak diangkat dengan derajat tinggi di antara orang-orang beriman yang lebih terkemuka secara sosial.

Baca Juga

Begitulah indahnya Islam yang tidak memandang garis keturunan atau warna kulitmu, tapi ilmu dan ketakwaanmu.  

Hasan al-Basri dilahirkan pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab, ketika Islam mencapai puncaknya di bumi. Mari kita lihat sekilas kepribadian tabiin terkemuka ini, seorang perawi hadis Nabi SAW yang produktif, Hasan al-Basri. 

Dilansir di About Islam, ada hikmah mengenai kepribadian yang dapat dilihat dari sosok Hasan al-Basri, di antaranya: 

Pertama, penampilan 

Memiliki paras yang tampan , ia menyempurnakannya dengan selalu menjaga cara berpakaian yang rapi dan pantas. Meskipun kita tahu pepatah: “Jangan menilai buku dari sampulnya”, kita cenderung melakukan hal itu. Nabi Muhammad SAW bersabda:

  إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ  “Allah itu Indah, Dia menyukai keindahan.” (Muslim)

Kedua, santai dan toleran terhadap sudut pandang orang lain.

Saat kita berada pada tahap awal mencari ilmu, di situlah kita cenderung keras kepala dan fanatik. Setiap kali kita menemukan seseorang mempunyai pandangan yang berbeda dengan syekh atau guru kita, kita cenderung mengejek pandangan itu, jika bukan dengan kata-kata kita, maka dengan hati kita.  

Namun, mereka yang tingkat ilmunya lebih tinggi, sikapnya berbeda sama sekali. Pengetahuan itu ibarat buah dari sebuah pohon, semakin banyak buah pada satu dahan, maka semakin rendah pula buahnya. 

Baca juga: Mengapa Allah SWT Mengutuk Kaum Yahudi Menjadi Kera? Ini Tafsir Surat Al-Baqarah 65

 

Itulah sebabnya kita tidak pernah menemukan Imam Syafii mengolok-olok kedudukan Imam Abu Hanifah, meskipun kita mendapati orang-orang yang mengikuti Mazhab Syafii mengejek orang-orang yang mengikuti Mazhab Hanafi, dan sebaliknya.

Demikian pula al-Hasan al-Basri akan mempertimbangkan pendapat orang lain, meskipun dia berbeda pendapat. Ini adalah salah satu keutamaan keilmuan terpenting yang perlu kita terapkan. 

Ketiga, kebijaksanaan

Banyak sekali kutipan bijak riwayat al-Hasan al-Basri yang merupakan mutiara hikmah yang dianugerahkan Allah SWT. Padahal, ilmu itu sendiri tidak lengkap, bahkan terkadang berbahaya, tanpa diiringi hikmah. 

Itu sebabnya kita...

 

Itu sebabnya kita menemukan orang-orang berpengetahuan tinggi menciptakan bom yang dapat menghancurkan seluruh negara. Berikut beberapa contoh kutipan dari al-Hasan al-Basri.

– Carilah manisnya [iman] dalam tiga hal, dalam doa, dalam zikir, dan dalam membaca Alquran

- Jika Anda menemukannya [maka jadilah], jika tidak, ketahuilah bahwa pintunya tertutup. Memiliki harapan di hari esok menyebabkan kelalaian. Apa yang sudah kamu persiapkan untuk menghadapi kematian? Wahai anak Adam! Anda hanyalah kumpulan hari-hari, setiap kali suatu hari berlalu, sebagian dari diri Anda berakhir dengan itu. Bagaimana kondisi seseorang yang semakin hari semakin dekat dengan akhirat?

Keempat, adil dalam hukum 

Dia dikenal adil dalam menyampaikan keputusan hukum. Allah SWT berfirman dalam surah an-Nisa ayat 135: 

۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ ۚ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى بِههِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى اَنْ تَعْدِلُوْاا ۚ وَاِنْ تَلْوٗٓا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا  

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan dan saksi karena Allah, walaupun kesaksian itu memberatkan dirimu sendiri, ibu bapakmu, atau kerabatmu. Jika dia (yang diberatkan dalam kesaksian) kaya atau miskin, Allah lebih layak tahu (kemaslahatan) keduanya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang (dari kebenaran). Jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau berpaling (enggan menjadi saksi), sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.  

Kelima, zuhud 

Menggabungkan ciri-ciri zuhud dengan berpakaian bagus dan berpenampilan menarik tampaknya merupakan sebuah paradoks. Namun, itu memang sunah Nabi SAW. 

Ia menjaga penampilannya, menyisir rambutnya, mengoleskan parfum, dan sering menggunakan siwak. Pada saat yang sama, dia tidak pernah boros dalam membelanjakan uangnya. 

Faktanya, berhari-hari berlalu tanpa makanan dimasak di rumahnya. Rumahnya sendiri dibangun dari atap daun lontar.

Sunnahnya dilanjutkan oleh ulama seperti al-Hasan al-Basri yang memahami hakikat zuhud yang hakiki adalah tidak memakai pakaian yang kasar dan berpenampilan acak-acakan. Sikap zuhud yang hakiki adalah memegang dunia di tangan dan akhirat di hati.

Infografis Lima Amalan yang Membuat Manusia Didoakan Malaikat - (Republika.co.id)

 

 
Berita Terpopuler