Gangguan Tiroid Lebih Sering Dialami Perempuan, Rupanya Ini Penyebabnya

Tidak semua benjolan di leher pasti ganas.

www.freepik.com.
Kulit leher (ilustrasi). Waspada jika benjolan pada leher akibat tiroid terjadi pada usia-usia ekstrem, misalnya di atas 50 tahun atau di bawah 20 tahun.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah tiroid seperti benjolan pada leher lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Salah satu penyebabnya ternyata karena dipengaruhi oleh hormon estrogen.

Pakar bedah onkologi dr I Gusti N Gunawan W, Sp. B-Onk menuturkan benjolan pada di leher akibat masalah pada kelenjar tiroid biasanya berada di tengah. Benjolan itu akan bergerak ke atas saat pasien menelan dan belum tentu mengarah pada keganasan atau kanker.

Namun, menurut Gunawan, waspada jika benjolan pada leher akibat tiroid terjadi pada usia-usia ekstrem, misalnya di atas 50 tahun atau di bawah 20 tahun. Ini bisa menjadi faktor risiko keganasan.

"Atau kalau terjadi pada laki-laki. Jadi memang lebih banyak terjadi pada wanita. Tapi, kalau sampai terjadi pada laki-laki akan meningkatkan risiko itu cenderung ke arah keganasan walau tetap harus dibuktikan," kata dia dalam sebuah acara kesehatan daring, Kamis (15/11/2023).

Berbicara lebih lanjut mengenai kecurigaan pada keganasan atau kanker tiroid, Gunawan menyebutkan, sejumlah faktor risiko lain seperti riwayat keluarga, riwayat penyinaran jangka panjang di leher terutama bila benjolannya tumbuh cepat disertai suara serak, sesak, dan sulit menelan. Demikian juga jika ada sumbatan jalan napas atau sudah pernah diobati dengan obat-obatan, tapi tetap membesar.

Gunawan menjelaskan, dokter nantinya akan melakukan pemeriksaan pada benjolan di leher pasien, seperti pemeriksaan fisik salah satunya untuk mengetahui keras atau tidaknya benjolan tersebut.

"Kalau nodulnya (benjolan) teraba keras, ada kelenjar getah bening yang menyertai, kemudian kalau nodulnya berbenjol-benjol, letaknya di tengah itu meningkatkan risiko keganasan," kata alumnus Universitas Indonesia itu.

Baca Juga

Selain pemeriksaan fisik, dokter bisa meminta pasien menjalani pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar hormon tiroid dan lainnya. Pemeriksaan penunjang seperti USG tiroid juga dibutuhkan.

USG tiroid dilakukan mengingat keterbatasan pemeriksaan fisik yang tidak bisa mengetahui ada atau tidaknya benjolan di sisi belakang leher sekaligus untuk memberikan arah diagnostik apakah benjolan yang ada jinak atau ganas. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan termasuk CT-scan, MRI pada kasus-kasus dengan kecurigaan nodul sudah keluar dari bungkus kelenjar tiroidnya, misalnya sudah mengenai trakea atau saraf.

"(Bisa juga) rontgen toraks untuk mencari kemungkinan penyebaran ke paru, endoskopi pita suara untuk melihat gerakan pita suara biasanya untuk data sebelum dan sesudah operasi," kata Gunawan.

 
Berita Terpopuler