Jokowi Pertanyakan Komitmen Dunia Hadapi Perubahan Iklim

Transisi energi merupakan isu yang sangat mendesak yang harus jadi perhatian dunia.

www.freepik.com
Transisi energi (ilustrasi). Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan komitmen dan tanggungjawab berbagai negara di dunia lainnya dalam upaya transisi energi .
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan komitmen dan tanggung jawab berbagai negara di dunia lainnya dalam upaya transisi energi dan menghadapi dampak perubahan iklim. Ia mengatakan, dunia saat ini sedang sakit dan terjadi perubahan iklim. Karena itu, upaya transisi energi pun merupakan isu yang sangat mendesak yang harus menjadi perhatian bersama oleh seluruh negara.

Baca Juga

"Kita tahu dunia ini tengah sakit, perubahan iklim, transisi energi adalah isu yang sangat-sangat mendesak. Namun, yang jadi pertanyaan apakah negara-negara di dunia memiliki komitmen untuk bertanggung jawab dan mengambil peran?" ujar Jokowi saat menyampaikan kuliah umum di Stanford University, San Fransisco, Amerika Serikat, dikutip dari Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (16/11/2023).

Jokowi pun menegaskan agar tak perlu meragukan komitmen Indonesia dalam upaya transisi energi. Karena Indonesia tidak hanya sekadar membahasnya, tetapi juga menjalankan komitmen tersebut.

“Untuk Indonesia, tidak perlu ragu dan tidak perlu dipertanyakan komitmen kami. Indonesia walks the talk, not talk the talk,” kata Jokowi.

Jokowi mengungkapkan, hingga saat ini Indonesia telah berhasil menurunkan emisi sebesar 91,5 juta ton. Hal tersebut diikuti oleh laju deforestasi Indonesia hingga 2022 yang telah ditekan hingga 104 ribu hektare.

“Kemudian kawasan hutan juga direhabilitasi seluas 77 ribu hektare, hutan bakau direstorasi seluas 34 ribu hektare hanya dalam waktu satu tahun,” ujar dia.

Selain itu, Indonesia juga telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung yang baru saja diresmikan di Waduk Cirata, Jawa Barat. Upaya-upaya untuk melakukan transisi energi pun juga akan dilakukan di berbagai daerah lainnya di Indonesia.

“Ini terbesar di Asia Tenggara, pembangkit listrik tenaga surya yang kita miliki baru saja kita buka dengan kapasitas 192 megawatt,” katanya.

Jokowi menyoroti negara-negara miskin menghadapi....

 

Namun, Jokowi menyoroti bahwa negara-negara miskin dan berkembang masih menghadapi tantangan besar dalam mengupayakan transisi energi, terutama masalah transfer teknologi dan pendanaan. Menurut dia, dibutuhkan investasi yang sangat besar serta kolaborasi untuk mewujudkan transisi energi.

"Namun, ini saya sampaikan di mana-mana setiap ketemu yang namanya investor, baik Indonesia maupun negara berkembang lainnya, mengenai pendanaan dan transfer teknologi. Ini menjadi selalu menjadi tantangan besar karena memang kita butuh investasi yang sangat besar serta transfer teknologi dan kolaborasi. Inilah yang menjadi tantangan dan sering menyulitkan negara-negara berkembang," ujar Jokowi.

Selain itu, Jokowi juga menekankan bahwa pendanaan iklim yang diberikan kepada negara-negara berkembang untuk melakukan upaya transisi energi seharusnya lebih bersifat membangun. Pendanaan iklim tersebut, kata dia, seharusnya bukan dalam bentuk utang yang hanya akan menjadi beban bagi negara-negara miskin dan berkembang.

“Sampai saat ini yang namanya pendanaan iklim masih business as usual, masih seperti commercial banks. Padahal seharusnya lebih konstruktif, bukan dalam bentuk utang yang hanya akan menambah beban negara-negara miskin maupun negara-negara berkembang,” katanya.

 
Berita Terpopuler