Cegah Sebelum Terlambat, HPV Dapat Sebabkan Kanker Serviks dan Kanker Anus

Infeksi HPV juga dapat mengakibatkan kutil kelamin.

KICKS/Golin
Artis Yuki Kato mendapatkan vaksin HPV sebagai upaya perlindungan dari kanker serviks.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infeksi human papillomavirus (HPV) tak hanya bisa menyebabkan kanker serviks, tetapi juga kanker anus. Itu dapat terjadi karena adanya kemiripan sel.

"Karena sel-sel yang ada di serviks itu mirip dengan sel yang ada di anus sehingga daerah itu menjadi lebih sensitif untuk terkena virus," kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan Keven Tali dalam diskusi kesehatan bertema "Perluas Cakupan, Perkuat Kesadaran: Bersama Capai Generasi Bebas Kanker Serviks" di Jakarta, Selasa (14/11/2023).

Keven menuturkan HPV ditularkan melalui kontak seksual. Orang berisiko terkena virus ini apabila berhubungan intim dengan berganti-ganti pasangan, berhubungan intim terlalu dini, dan melahirkan anak lebih dari lima orang.

Lebih lanjut, Keven menjelaskan, selain menyebabkan kanker serviks dan kanker anus, infeksi HPV juga dapat mengakibatkan kutil kelamin. Menurut Keven, meskipun sudah diobati, namun virus penyebab kutil kelamin masih dapat berdiam di dalam tubuh, sehingga saat imunitas tubuh menurun atau tubuh terkena paparan kembali, kutil kelamin bisa muncul lagi.

"Jadi, jangan pernah anggap sepele karena saat muncul kutilnya, itu bisa menularkan pada orang lain. Untuk yang laki-laki, selain kutil kelamin, dia bisa kena kanker penis," tutur Keven yang tergabung di Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

Baca Juga

Untuk mencegah infeksi HPV, lanjut Keven, vaksin HPV sangat direkomendasikan. Vaksin ini sudah dapat diberikan pada anak-anak perempuan mulai usia sembilan tahun, sebelum aktif secara seksual, sebanyak dua dosis.

"Vaksin itu bisa melindungi dari penyakit-penyakit yang ter-cover oleh si vaksin. Vaksin paling awal bisa usia sembilan tahun sampai 14 tahun, itu dua dosis," ujar Keven.

Vaksinasi HPV untuk anak SD. - (Republika)


Selain itu, bagi yang sudah aktif melakukan hubungan intim, disarankan menerapkan perilaku seksual yang aman, termasuk mengenakan kondom, menjalani sirkumsisi (sunat) untuk mengurangi risiko infeksi, dan menjalani skrining HPV setiap lima hingga 10 tahun sejak usia 30 tahun.

Khusus bagi perempuan yang sudah aktif secara seksual, Keven juga menyarankan untuk melakukan deteksi dini, yakni dengan pap smear atau tes IVA di fasilitas kesehatan. Ia berharap semua lebih sadar dan mau memeriksakan diri untuk mengetahui apakah sudah ada virusnya atau belum.

"Vaksin HPV dan deteksi dini serta manajemen terapi sangat efektif untuk mencegah terjadinya infeksi HPV," kata dia.

 
Berita Terpopuler