Turki Bekukan Kerja Sama Energi dengan Israel

Pembahasan proyek energi dengan Israel akan sangat tidak menghormati Palestina

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki Alparslan Bayraktar mengatakan, negaranya tidak akan membahas proyek kerja sama apa pun di bidang energi dengan Israel.
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki, Alparslan Bayraktar, mengatakan negaranya tidak akan membahas proyek kerja sama apa pun di bidang energi dengan Israel. Dia menyebut, pembahasan semacam itu akan memperlihatkan ketidaksimpatian kepada rakyat Palestina yang tengah menghadapi kebrutalan Israel.

“Dalam suasana seperti ini, dalam lingkungan yang penuh kebrutalan dan drama kemanusiaan, tindakan seperti itu (membahas proyek energi dengan Israel) akan sangat tidak menghormati kemanusiaan, kemanusiaan kita, saudara-saudara kita di sana (di Palestina) untuk membicarakan proyek apa pun,” kata Bayraktar, dikutip laman Middle East Monitor, Rabu (8/11/2023).

Yang mendesak untuk dibahas saat ini, lanjut dia, adalah bagaimana membantu masyarakat Palestina di Jalur Gaza. “Satu-satunya hal yang akan kita bicarakan saat ini adalah bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan listrik, air, dan makanan di Gaza. Ini bisa saja terjadi. Ini akan menjadi satu-satunya proyek,” ucapnya.

Bayraktar mengungkapkan, negaranya sangat berkeinginan membantu menghadirkan kembali suplai listrik di Gaza. Dia menyebut, Turki sudah mengirimkan generator yang saat ini masih tertahan di gerbang penyeberangan Rafah di Mesir untuk masuk ke Gaza.

“Kami sedang mempertimbangkan bagaimana kami dapat berkontribusi di sana melalui pembangkit listrik terapung dan pembangkit listrik bergerak, yang kami sebut kapal listrik,” kata Bayraktar.

Sebelum Bayraktar menyampaikan negaranya membekukan pembahasan kerja sama apa pun di bidang energi dengan Israel, Turki sudah menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Hal itu diumumkan Ankara pada 4 November 2023 lalu. Penarikan duta besar dari Tel Aviv dilakukan Turki sebagai bentuk protes atas kebrutalan agresi Israel ke Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023.

Baca Juga

Pasang surut hubungan Turki - Israel ...

 

Turki dan Israel sebenarnya baru saja memulihkan hubungan diplomatik pada Agustus 2022 lalu. Pemulihan hubungan itu berlangsung ketika posisi perdana menteri Israel masih dijabat Yair Lapid.

Sebelum memutuskan memulihkan relasi diplomatik dengan Israel, pada awal Maret 2022, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sudah menyampaikan, dia ingin menghidupkan kembali dialog politik dengan Israel. Hal itu diumumkan saat Presiden Israel Isaac Herzog melakukan kunjungan bersejarah ke Turki pada 9 Maret 2022.

"Tujuan bersama kami dengan Israel adalah untuk menghidupkan kembali dialog politik antara negara kami berdasarkan kepentingan bersama, menghormati kepekaan timbal balik," kata Erdogan dalam konferensi pers bersama Herzog, dikutip Anadolu Agency.

Erdogan mengungkapkan kunjungan Herzog ke Turki menjadi titik balik baru dalam hubungan bilateral Ankara dan Tel Aviv. Menurut dia, penguatan relasi dengan Israel penting bagi stabilitas serta perdamaian regional. Oleh sebab itu, Erdogan menekankan pada Herzog pentingnya mereduksi ketegangan di kawasan, termasuk menjaga visi solusi dua negara terkait konflik dengan Palestina.

Hubungan Turki dan Israel membeku setelah peristiwa penyerangan kapal Mavi Marmara pada Mei 2010. Mavi Marmara adalah satu dari enam kapal yang bertolak dari Turki untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Sebanyak 10 warga sipil Turki tewas dalam aksi penyerangan Israel ke kapal tersebut. 

 

 
Berita Terpopuler