Daftar Tokoh NU yang Jadi Pahlawan Nasional (1)

Sejumlah pahlawan nasional berasal dari NU.

tangkapan layar wikipedia
Daftar Tokoh NU yang Jadi Pahlawan Nasional. Foto: (ilustrasi) logo nahdlatul ulama
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Para ulama dari Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) tidak hanya berjuang untuk mensyiarkan Islam, tapi juga banyak berkontribusi dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda dan sekutunya. Karena itu, banyak ulama NU yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. 

Baca Juga

Salah satu tokoh NU yang diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia adalah Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari. Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini lah yang mendirikan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya, serta melahirkan banyak pejuang dari kaum santri.

Menjelang Hari Pahlawan Nasional yang akan diperingati pada 10 November 2023 mendatang, sudah sepatutnya masyarakat Indonesia mengenang jasa-jasa para pahlawan, termasuk dari NU.  

Berikut deretan pahlawan nasional dari NU berdasarkan tahun kelahirannya:  

1. KH Hasyim Asy'ari 

Mbah Hasyim, panggilan akrabnya, merupakan pendiri NU dan dikenal sebagai pemimpin spiritual pergerakan Islam di Indonesia. Pada masa penjajahan, pesantren yang didirikannya mejadi pusat perjuanga para ulama dan santri, khususnya pada tahun 1940-an.

KH Hayim Asy'ri lahir 10 April 1875 atau bertepatan dengan 24 Dzulqaidah 1287H dan wafat pada 25 Juli 1947. Mbah Hasyim dimakamkan di komplek Pesantren Tebuireng dan sampai saat ini masih banyak diziarahi oleh warga Nahdliyin. 

Pemerintah Indonesia dianugerahi gelar pahlawan karena pada masa penjajahan Belanda, Mbah Hasyim ikut mendukung upaya kemerdekaan dengan menggerakkan rakyat melalui fatwa Resolusi Jihad melawan penjajah Belanda pada 22 Oktober 1945. 

Pada 17 November 1964, Mbah Hasyim pun ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Ia dinilai berperan besar dalam pendidikan melalui NU dan melawan penjajah.

2. KH Abdul Wahab Hasbullah

Mbah Wahab Hasbullah termasuk salah satu muassis NU yang telah banyak berjuang untuk bangsa ini. Sebelum membidani lahirnya NU bersama KH Hasyim Asy’ari pada 1926, Mbah Wahab telah merintis organisasi Nahdlatul Wathan (NW) pada 1916.

KH Abdul Wahab Hasbullah lahir di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur pada 31 Maret 1888. Mbah Wahab wafat pada 29 Desember 1971 dan dimakamkan di komplek Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.

Jasa besar MbahWahab yang tak bisa diabaikankan adalah perannya dalam peristiwa 10 November 1945. Momen bersejarah yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan ini tidak lepas dari fatwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan Kiai Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Kiai Wahab lah yang saat itu mengawal implementasi fatwa tersebut di lapangan.

Meskipun jasanya amat besar, Mbah Wahab baru ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 7 November 2014 lalu. SK penetapan diberikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka dan diterima perwakilan keluarga.

3. KH Syam'un

Kiai Syam’un juga termasuk ulama NU dan tokoh militer Banten yang banyak berjasa untuk bangsa ini. Sejarah mencatat, Kiai Syam'un mampu bertransformasi dari seorang kiai menjadi salah satu tokoh yang paling penting dalam sejarah kemerdekaan.

Brigjen KH Syam'un lahir di Cilegon, Serang, Banten pada 5 April 1894. Di dalam darahnya mengalir tokoh pejuang kemerdekaan. Ia adalah cucu dari KH Wasid, tokoh legendaris Cilegon yang memimpin pemberontakan Geger Cilegon pada 1888.

Karir Kiai Syam’un bidang militer terbilang gemilang hingga diangkat menjadi Bupati Serang periode 1945-1949. Pada 1948, meletus lah Agresi Militer Belanda II dan mengharuskan Kiai Syam’un bergerilya menenteng senjata untuk melawan para penjajah.

Kiai Syam’un wafat pada 2 Maret 1949 di Gunung Cacaban Anyer, Banten. Atas jasa-jasanya, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Kiai Syam’un sebagai Pahlawan  Nasional pada 8 November 2018 lalu.

4. KH As’ad Syamsul Arifin

Kiai As’ad adalah ulama karismatik NU  yang hidup di tiga zaman, mulai zaman pra kemerdekaan, saat kemerdekaan, hingga pasca kemerdekaan. Semasa hidupnya, Kiai As’ad telah berjuang untuk agama dan bangsanya.

Kiai As’ad bersama ayahnya KH Syamsul Arifin mendirikan pesantren besar di Jawa Timur, yaitu Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur. Kiai As’ad juga dikenal sebagai perantara berdirinya NU, yang mengantarkan sebuah tongkat dan tasbih dari gurunya Syaikhona Kholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asy’ari.

Selain itu, Kiai As’ad juga terlibat secara langsung dalam peperangan fisik untuk mengusir para penjajah dari tanah air. Ia memimpin pasukan, keluar masuk hutan, serta membangun kekuatan melawan para penjajah.

Kiai As’ad lahir pada 1897 di Desa Syiib Ali, sekitar Masjidil Haram, Makkah al-Mukarramah. Ia wafat 4 Agustus 1990 di Situbondo pada usia 93 tahun. Makamnya yang berada di sebelah barat Masjid Jami’ Ibrahimy Pesantren Sukorejo tidak pernah sepi.  

Karena jasa-jasanya, Kiai As’ad pun diberikan gelar pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 9 November 2016 lalu.

5. KH Zainal Mustafa

KH Zainal Mustafa adalah seorang ulama NU dan pejuang kemerdekaan asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia lahir di kampung Bageur, Desa Cimerah, Singaparna, Tasikmalaya pada 1899 dan gugur ketika melakukan pemberontakan pada masa pendudukan Jepang.

Dalam setiap dakwahnya, Kiai Zainal selalu menekankan pentingnya berjuang melawan penjajah Jepang yang ternyata lebih kejam dari Belanda. Dia pun mendengungkan perang jihad kepada para santrinya. Sebelum terjun ke medan peran, ia tak lupa membekali santrinya dengan beladiri pencak silat.

 

Kiai Zainal dieksekusi pada 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Belanda Ancol, Jakarta. Atas jasanya, Kiai Zainul ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 6 November 1972.

 
Berita Terpopuler