Gaza Jadi Kuburan Anak-Anak, UNICEF: Korban Anak Meningkat

Ribuan anak-anak terbunuh hanya dalam waktu dua minggu.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Seorang anak ditemukan dari puing-puing bangunan tempat tinggal yang rata akibat serangan udara Israel, di kamp pengungsi Khan Younis di Jalur Gaza selatan.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- UNICEF telah menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya jumlah kematian anak-anak di Jalur Gaza sejak 7 Oktober. Jumlah korban anak-anak yang terbunuh oleh serangan Israel terus meningkat.

"Gaza telah menjadi kuburan anak-anak," kata juru bicara UNICEF James Elder dikutip dari Anadolu Agency.

Menurut Elder, kekhawatiran UNICEF yang paling besar mengenai laporan jumlah anak-anak yang terbunuh adalah peningkatan jumlah korban jiwa. Laporan awal menunjukan puluhan, kemudian meningkat menjadi ratusan, dan kini ribuan anak-anak terbunuh hanya dalam waktu dua minggu.

Elder menyesalkan bahwa jumlah korban di kalangan anak di bawah umur telah melebihi 3.450 jiwa. “Yang mengejutkan, jumlah ini meningkat secara signifikan setiap hari,” kata Elder memperingatkan.

"Ini adalah neraka bagi semua orang,” ujarnya.

Elder mengulangi seruan UNICEF untuk segera melakukan gencatan senjata dan memberikan akses kemanusiaan terhadap pasokan untuk wilayah kantong tersebut. Dia mengatakan, bahwa anak-anak di Gaza sekarat bukan hanya karena serangan udara tetapi juga karena kurangnya perawatan medis yang diperlukan.

“Tapi ancaman terhadap anak-anak lebih dari sekadar bom,” kat Elder.

Elder menggarisbawahi bahwa air dan trauma merupakan beberapa ancaman lain yang dihadapi di daerah kantong Palestina yang terkepung. Dia memperingatkan bahwa lebih dari sejuta anak-anak Gaza menghadapi krisis air kritis karena produksi air harian Gaza berada pada lima persen dari kapasitas produksinya.

“Kematian anak karena dehidrasi, khususnya kematian bayi karena dehidrasi, merupakan ancaman yang semakin besar,” kata Elder.

Mengenai trauma, juru bicara UNICEF ini menyoroti kondisi anak-anak ketika pertempuran akhirnya berhenti. Mereka harus menghadapi kerugian dan komunitasnya yang akan terus ditanggung oleh generasi mendatang.

Baca Juga

Anak-anak selamanya akan berubah karena kekerasan..

Elder menekankan,sebelum konflik saat ini dimulai, lebih dari 800 ribu anak di Gaza atau tiga perempat dari seluruh populasi anak-anak diidentifikasi membutuhkan kesehatan mental dan dukungan psikologis. Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell menegaskan kembali akibat sebenarnya dari eskalasi terbaru ini akan diukur pada kehidupan anak-anak. Anak-anak akan selamanya berubah karena kekerasan yang terjadi.

“Angka yang seharusnya sangat mengguncang kita semua,” ujar Russell merujuk pada jumlah kematian anak-anak atas serangan Israel.

Israel telah membombardir Gaza siang dan malam, menyebabkan seluruh bangunan runtuh dan menewaskan ribuan orang. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 8.000 orang yang sebagian besar adalah anak-anak terbunuh.

"2,3 juta warga Palestina di Gaza menghadapi kematian setiap hari dan setiap malam. Selamatkan mereka. Ada 2.000 orang yang tertimbun reruntuhan. Izinkan kami menemukan mereka, menyelamatkan mereka yang masih bisa diselamatkan, dan menguburkan mereka yang tewas dengan cara yang bermartabat,” ujar Menteri dan Pemantau Tetap Negara Palestina untuk PBB Riyad Mansour dikutip dari Al Arabiyah.

Mansour menyatakan, lebih dari 1,4 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka ketika Israel menggempur wilayah yang penuh sesak dan miskin itu. “Angka-angka mengejutkan ini terus meningkat setiap menitnya karena tindakan yang tertunda untuk menghentikan serangan gencar terhadap rakyat kami,” katanya.

Utusan tersebut menyerukan diakhirinya kekerasan yang sedang berlangsung. Dia meminta agar warga Palestina diperlakukan sebagai manusia dengan rasa hormat yang pantas diterima oleh semua orang.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun berulang kali menyerukan gencatan senjata untuk mengakhiri mimpi buruk pertumpahan darah. Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata dalam perang Gaza. Dia menilai tindakan itu sama saja dengan menyerah kepada penguasa wilayah tersebut, yaitu Hamas.

 
Berita Terpopuler