Jurus Digital Pertamina Genjot Produksi Minyak dari Lapangan Tertua di Indonesia

Seluruh teknologi digital yang dimiliki saat ini dikendalikan dan dipantau di DICE.

Republika/ Dedy Darmawan
Fasilitas Ruang Digital & Innovation Center (DICE) PT Pertamina Hulu Rokan sebagai pusat kontrol seluruh operasional di Wilayah Kerja Rokan, Riau.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Transformasi digital nyatanya turut diadopsi oleh industri hulu migas yang kental dengan pekerjaan lapangan. Inovasi digital dari mulai virtual reality (VR) hingga artificial intelligence (AI) tak dilewatkan PT Pertamina (Persero) untuk mengoptimalisasikan produksi minyak bumi demi ketahanan energi nasional.

Dari lapangan migas terluas dan tertua di Indonesia, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai operator Blok Rokan turut melakukan penetrasi teknologi digital dalam memantau performa ribuan sumur minyak aktif serta ratusan sumur yang tengah dalam pengeboran.

Vice Presiden IT PHR, Triatmojo Rosewanto, menjelaskan, sama halnya dengan sektor industri lainnya, dunia hulu migas mau tak mau harus menggunakan teknologi digital untuk bisa mendapatkan minyak secara optimal.

Apalagi, Blok Rokan merupakan ladang minyak tertua yang akan menginjak usia 100 tahun pada 2024 mendatang dan berpotensi mengalami penurunan produksi. Di sisi lain, Blok Rokan menjadi wilayah kerja terbesar seluas 6.200 kilometer persegi dengan lebih dari 11 ribu sumur aktif yang tersebar di lebih dari 80 lapangan aktif.

“Sebanyak 25 persen produksi minyak nasional datang dari Blok Rokan. Jadi kita harus menjaga ketahanan energi, tidak boleh ‘batuk-batuk’ produksi harus jalan terus,” kata Triatmojo saat ditemui di Pekanbaru, Riau, beberapa waktu lalu.

Triatmojo mengatakan, industri hulu migas punya risiko tinggi. Melalui digitalisasi pengelolaan sumur, PHR mampu mencegah dan meminimalisasi berbagai risiko yang bisa ditimbulkan demi menjaga keselamatan para pekerja.

Manager Information Management and Data analytics, Ananta Bodhitama, menuturkan, melalui teknologi VR, pekerjaan berisiko tinggi di lapangan minyak dan gas dapat dilaksanakan lebih aman, cepat dipahami, dan lebih efisien.

Selanjutnya, keberadaan pekerja dilapangan dipantau ketat melalui CCTV dengan teknologi AI yang akan mengawasi kondisi pekerja di lapangan. Sistem akan membuat laporkan langsung bila ditemukan pekerja yang belum mengenakan perlengkapan keamanan secara tepat.

“Ketika ada anomali segala macam, sistem akan membunyikan alarm. Jadi ini untuk menjaga safety, safety, dan safety. Bagaimana teknologi bisa mendukung zero incident,” ujarnya.

Dua teknologi itu, jelas Ananta, telah mendukung pencapaian 25,1 juta jam kerja selamat di Blok Rokan per 20 September 2023. Di satu sisi, turut memberikan efisiensi biaya pelatihan dan upskilling hingga 50 persen.

Fasilitas Ruang Digital & Innovation Center (DICE) PT Pertamina Hulu Rokan sebagai pusat kontrol seluruh operasional di Wilayah Kerja Rokan, Riau. - (Republika/ Dedy Darmawan)



Setelah faktor keselamatan kerja dapat dipastikan aman dan efisien, barulah produksi minyak dapat digenjot PHR. Terlebih keberadaan Blok Rokan punya peran vital dalam  pencapaian target pemerintah mengejar produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2030.

Ananta menjelaskan, lewat teknolgi AI, PHR dapat mencegah potensi penurunan produksi minyak dari sumur. Sebaliknya, mengoptimalisasi produksi baik dari sumur aktif maupun sumur-sumur yang mulai mengalami penurunan produksi.

“Bagaimana caranya? Kita punya sistem yang mencatat secara realtime data-data di lapangan. Nah, data itu digunakan untuk monitor kinerja pompa,” ujarnya.

Melalui data yang diperoleh, diketahui tingkat kinerja pompa sumur minyak aktif. Selanjutnya dibuat AI Model untuk menghasilkan angka dari pengetesan sumur secara virtual dengan keakuratan di atas 90 persen.

“Angka itu yang digunakan oleh engineer apakah ini perlu dilakukan perbaikan atau tidak. Itu kan butuh biaya, waktu, segala macam. Dengan adanya AI, para engineer bisa lebih cepat tahu,” jelas Ananta menambahkan. 

Selain itu, ia mengunkapkan hal membanggakan lainnya karena sistem digital yang digunakan PHR merupakan buatan anak-anak Indonesia dari perguruan tinggi di Riau.

Pasa kesempatan sama, Deputi Project Management Office Wilayah Kerja Rokan, Totot Eko Harianto, menjelaskan, pertama kali saat alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PHR pada Agustus 2021 lalu, tingkat produksi minyak bumi dari Rokan berada pada posisi 159 ribu barel per hari.

Melalui transformasi digital, PHR optimistis dapat mencapai peningkatan produksi minyak tahun 2023.

“Tahun ini Insyaallah (produksi) 164 ribu barel per hari. Kita menargetkan itu,” katanya.

Sebagai catatan, rata-rata produksi minyak nasional saat ini berkisar 600 ribu barel per hari sementara tingkat kebutuhan nasional telah mencapai rata-rata 1,5 juta barel per hari. Upaya penggenjotan minyak bumi amat dibutuhkan demi mengurangi ketergantungan impor dan menghemat devisa negara.

War Room....

War Room

Seluruh teknologi digitali yang dimiliki saat ini dikendalikan dan dipantau melalui ruang Digital and Innovation Centre (DICE) Pertamina Hulu Rokan.

Totot mengatakan, DICE telah menjadi ‘War Room’ bagi PHR untuk berkonsentrasi mengawasi seluruh aktivitas pengeboran di Blok Rokan. Sedikitnya ada 28 Rig milik PHR yang digunakan untuk mengebor sumur-sumur baru serta 53 Rig lainnya untuk pekerjaan ulang sumur yang sudah ada.

Seluruh Rig tersebut, kata Totot, dipantau dari ruang DICE untuk mengetahui progres kinerja pengeboran. Tahun ini, PHR menargetkan pengeboran 500 sumur lebih dan harus dicapai untuk mengejar target produksi tahun ini.

Deputi Project Management Office PT Pertamina Hulu Rokan, Totot Eko Harianto, saat menunjukkan pemantauan secara digital seluruh operasional di Wilayah Kerja (WK) Rokan, Provinsi Riau, Rabu (25/10/2023). - (Republika/ Dedy Darmawan)



“Mungkin Wilayah Kerja Rokan ini yang bekerja dengan 500 lebih sumur baru di Indonesia, maka perencanaan harus jalan. Kita rekam semua Rig bekerja seperti apa, kalau ada masalah, harus diselesaikan, semua kita tracking,” ujarnya.

Setelah pengeboran, DICE juga memantau progres produksi minyak dari sumur, pengaliran ke sejumlah Central Gathering Station (CGS) atau penampungan minyak, hingga ke kapal untuk dikirim ke Kilang Dumai.

Sementara itu, Rudi Gusrian Chandra, Team Manager CGS-10 di Lapangan Duri, Blok Rokan, menyampaikan, setiap harinya CGS-10 menerima 230 ribu barel fluida per hari dari sekitar 1.500 sumur.

Fluida tersebut kemudian diproses lanjutan untuk memperoleh minyak murni yang saat ini mencapai rata-rata 21,2 ribu barel per hari. Sementara, kandungan air yang terkandung diinjeksikan kembali ke sumur setelah melalui proses khusus. Injeksi dilakukan untuk menjaga kualitas sumur dan minyak yang akan dihasilkan.

“Dari sisi kami, tetap bekerja memelihara produksi karena Plant Operation Duri ini dibangun 1949, sehingga harus dijaga supaya tetap beroperasi. Kita mendukung produksi satu juta barel,” ujar Rudi.

 
Berita Terpopuler