Deklarasi Anies-Muhaimin Jadi Game Changer Kalkulasi Penentuan Cawapres Ganjar dan Prabowo

Berdasarkan analisis survei LSI, Ganjar dan Prabowo berhitung ulang soal cawapres.

Republika/Thoudy Badai
Bakal calon presiden Anies Baswedan (kiri) dan bakal calon wakil presiden Muhaimin Iskandar.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid

Baca Juga

Kurang dari sebulan pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden, baik koalisi bacapres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo hingga saat ini belum menentukan bacawapresnya. Dekan Fakultas Ilmu Sosial UIII sekaligus Ketua Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepsi) Philips J. Vermonte menyebut, perpindahan Muhaimin Iskandar ke Koalisi Perubahan untuk mendampingi Anies Baswedan menjadi penyebab kedua koalisi ini menghitung ulang pilihan cawapres untuk bertarung di Pilpres 2024.

"Pindahnya Muhaimin itu dalam konteks ini cukup menjadi game changer membuat yang lain jadi berhitung, Prabowo dan Ganjar berhitung siapa cawapresnya, karena ini yang paling penting," ujar Philips saat menanggapi Rilis Hasil Survei Nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI), Rabu (4/10/2023).

Menurut dia, baik koalisi Prabowo maupun PDIP menghitung kembali cawapres yang tepat untuk bersaing di Pilpres 2024 setelah Anies menggandeng Muhaimin sebagai cawapres. Hal ini mengingat Muhaimin memiliki basis massa yang dikaitkan dengan suara Jawa Timur dan Nahdlatul Ulama (NU), yang juga adalah basis suara signifikan dalam pilpres.

"Representasi yang lebih mendasar bahwa pemilih kita ada di Jawa, latar belakang NU. Terutama Jateng dan Jatim. Pindahnya Cak Imin ke Anies mengubah kalkulasi dari dua kandidat capres lain dalam memilih cawapres," ujarnya.

Philips pun menyebut cawapres yang dinilai tepat untuk kedua bacapres yang belum menentukan kandidat pasangannya adalah yang dapat memenuhi kebutuhan elektoral baik demografis, geografis maupun kebutuhan logistik. "Pak Erick Thihir ada disebut-sebut, dan kan fungsi cawapres antara lain mungkin dia bisa memenuhi kebutuhan elektoral demografis dan gerografis atau kebutuhan lain logistik," ujarnya.

Sebelumnya, LSI merilis hasil survei yang mendapati bakal calon presiden Prabowo Subianto menyalip Ganjar Pranowo per September 2023. Pada simulasi tiga nama Prabowo unggul tipis sebesar 34 persen dibandingkan Ganjar 30,4 persen atau selisih 3,6 persen. Sedangkan Anies Baswedan memperoleh 22 persen.

Hasil ini berbalik dibandingkan per survei Agustus 2023 lalu dimana Ganjar unggul di 37 persen dan Prabowo di angka 35,3 persen. Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan mengatakan, survei ini menunjukan Ganjar dan Prabowo sama-sama kuatnya sehingga tidak ada perubahan signifikan dari tiga nama jika bertarung pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.

"Mungkin kita bisa melihat Ganjar dan Prabowo sama kuat, maka kalau misalnya survei seblumnya Ganjar unggul tipis dan sekarang Prabowo unggul tipis, penjelasannya belum ada perubahan yang berarti terhadap dukungan nama ini," ujar Djayadi. 

Namun kata Djayadi, jika dilihat dari tren pilihan presiden simulasi tiga nama, terdapat sedikit penurunan untuk Ganjar maupun Prabowo dari Juli ke September 2023. Akan tetapi, dibandingkan April 2023 Ganjar dan Prabowo posisinya justru alami kenaikan.

"Dan turun mereka dalam 2 bulan terakhir tidak siginifikan, turunnya di kisaran 1-2 persen. Sementara Anies Baswedan itu kalau dibandingkan Juli stabil, tetapi kalau dibandingkan dengan April, Anies cederung turun dalam simulasi tiga nama," ujar Djayadi.

Survei LSI bertajuk Isu-isu Sepak Bola dan Pilihan Politik dilakukan periode 18-20 September 2023. Survei dilakukan melalui metode random digit dialing (RDDO) ke 1.206 responden secara acak dengan margin of error survei diperkirakan ±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Dari kalangan bakal cawapres, survei LSI menyebut kinerja Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI diapresiasi mayoritas responden yang mengaku sebagai penggemar sepak bola di Indonesia. Sebanyak 68,9 persen responden juga setuju dengan langkah Ketua Umum PSSI untuk melakukan audit keuangan PSSI untuk membuktikan kepengurusan yang bersih, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan menyatakan, dari survei LSI yang dilakukan periode 18-20 September 2023 mendapati 80,6 persen dari keseluruhan responden mengaku puas dengan kinerja Erick memimpin PSSI dengan perincian 28,2 persen sangat puas dan 52,4 persen cukup puas. Kemudian 91,4 persen yang merupakan penggemar klub sepak bola seperti Persija, Persebaya, Arema, Persib, PSM, dan lain-lain, menyampaikan kepuasannya terhadap kinerja Erick, dengan 34,9 persen merasa sangat puas dan 56,5 persen cukup puas.

"Awareness dan kepuasan terhadap kinerja Erick Thohir sebagai Ketum PSSI lebih tinggi di kelompok yang mengaku sebagai penggemar sepak bola di Indonesia," kata Djayadi.

Djayadi menyebut, kepuasan ini karena PSSI dinilai cukup gencar dalam merespons keresahan publik terhadap dunia sepak bola, sekaligus juga berupaya melibatkan publik, antara lain dengan melakukan langkah penyelesaian mafia bola. Langkah tersebut juga terlihat dikomunikasikan secara luas ke masyarakat.

Dari hasil survei tersebut, Djayadi menyampaikan 47,4 persen responden menilai kompetisi sepak bola saat ini semakin baik dibanding beberapa tahun terakhir, sementara di kelompok yang mengaku penggemar klub sepak bola di Indonesia menilai jauh lebih positif terkait kompetisi sepak bola di Indonesia saat ini, yakni 68,2 persen.

"Mayoritas, 55,1 persen menilai prestasi Indonesia dalam sepakbola saat ini semakin baik dibanding beberapa tahun terakhir, sementara di kelompok yang mengaku penggemar klub sepak bola di Indonesia menilai jauh lebih positif terkait prestasi Indonesia dalam sepak bola saat ini, yakni 77,8 persen," ujarnya.

 

Karikatur Opini Republika : Musim Tanam Janji - (Republika/Daan Yahya)

Dalam kesempatan yang sama, peneliti utama dari Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menyebut basis massa Partai Demokrat lebih cepat beralih atau move on dari semula mendukung Anies Baswedan ke Prabowo Subianto. Opininya itu merujuk pada hasil survei terbaru LSI.

Sebanyak 70,2 persen basis massa Partai Demokrat mendukung Prabowo Subianto setelah elitenya memutuskan pindah dukungan dari koalisi perubahan mendukung Anies Baswedan dan yang mendukung Anies tersisa 16,8 persen.

"Di antara basis Demokrat yang masih solid dukung keputusan elit, yang dukung Prabowo cepat sekali move on-nya, ada 70 persen data LSI basis Demokrat dari 4,2 persen yang pilih Prabowo, jadi kesimpulannya basis Partai Demokrat yang loyal dan tegak lurus yang dukung Prabowo itu cepat move on-nya," ujar Burhanuddin dalam keterangannya, Kamis (5/10/2023).

Sementara itu, hal itu tidak terjadi pada basis massa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memutuskan pindah dukungan dari Prabowo ke Anies Baswedan. Hasil survei menunjukkan, basis massa PKB masih lebih banyak mendukung Prabowo Subianto sebesar 47,4 persen, dan Anies Baswedan hanya 28,2 persen.

"Sementara basis PKB itu kok kok PKB masih banyak yang pilih Prabowo, basis PKB 47 persen masih pilih Pak Prabowo, yang pilih Anies masih sedikit," ujarnya.

Untuk itu, Buhranudin menilai terjadi pola berbeda antara dua partai yang melakukan perpindahan dukungan antara PKB yang awalnya mendukung Prabowo lalu ke luar ke Koalisi Perubahan dan Demokrat yang mendukung Anies lalu beralih ke Prabowo.

"Jadi saya sebut pola yang berbeda karena basis Demokrat lebih cepat move on-nya, sementara basis PKB itu tidak serta merta milih Anies Muhaimin meskipun ketua umumnya sudah memindahkan jangkar koalisi ke sebelah, ibaratnya sudah setahun lebih pacaran dengan koalisi pak Prabowo, ketika putu itu sakit hatinya masih lama, itu yang membuat  basis PKB masih cenderung pilih Pak Prabowo, sehingga punya efek terhadap peningkatan suara Pak Prabowo," katanya.

Sementara itu, survei LSI juga memotret peningkatan suara PAN di angka 4 persen dari yang semula hanya di kisaran 1 atau 2 koma. Hal ini dinilai karena sosialisasi gencar yang dilakukan partai yang dipimpin Zulkifli Hasan tersebut. Burhanudin menilai, sosialisasi diantaranya dengan viralnya jingle PAN di kalangan publik

"Apakah kaitan jingle PAN? Saya tidak tahu tapi di data saya faktor peningkatan sosialisasi PAN, ada pertanyaan partai mana yang ibu bapak sering lihat, nah PAN itu naik signifikan hanya kalah dibandingkan PDIP dan Gerindra, ini berbeda dengan beberapa bulan sebelumnya, PAN biasanya sosialisasinya rendah baru muncul ketika DCT mulai ditetapkan jadi ada faktor sosialisaisi," ujarnya.

 
Berita Terpopuler