Serangan Masjid Pakistan Bagaikan Kiamat Bagi Keluarga Korban

Sedikitnya 51 orang meninggal, termasuk seorang petugas dan 139 lainnya terluka.

EPA-EFE/BASIT GILANI
Rescue workers search for victims amid debris at the scene of a suicide bomb blast at a Mosque during Friday prayers in Khyber Pakhtunkhwa
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Kehidupan keluarga Ayaz Ahmed seketika berantakan. Dia kehilangan paman, sepupu, dan keponakannya dalam seketika.

Baca Juga

“Ini seperti hari kiamat bagi seluruh keluarga,” kata Ahmed setelah kembali dari pemakaman keluarganya di distrik Mastung di provinsi Balochistan Pakistan pada Sabtu (30/9/2023) kepada Anadolu Agency.

Wilayah itu telah diguncang oleh pemboman terhadap masjid pada Jumat (29/9/2023) sore. Ledakan ini menyebabkan lebih dari 50 orang meninggal seketika.

Beberapa anggota keluarga Ahmed sedang menghadiri perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ketika ledakan besar mengguncang masjid tersebut. Bahkan, rumahnya pun bisa merasakan ledakan itu.

Ahmed menceritakan ulang saat dia bergegas ke lokasi di dekat masjid dan melihat kilatan cahaya di sekelilingnya. Beberapa orang terdiam, tampaknya tidak bernyawa dan sebagian besar berteriak minta tolong akibat terluka.

Beberapa orang terlihat membantu para korban untuk bisa bergegas ke rumah sakit. Sedangkan Ahmed berusaha mencari orang-orang yang dicintainya.

Setelah gagal menemukan mereka, Ahmed pergi ke rumah sakit dan kembali ketika melihat mereka di antara korban luka yang dibawa ke rumah sakit kantor pusat distrik. “Saya kehilangan akal sehat ketika melihat mayat sepupu saya tergeletak di sana, bersama kedua putranya dan keponakan saya yang lain,” ujarnya.

“Saya tidak akan pernah melupakan kejadian menyakitkan itu karena banyak orang kehilangan orang yang dicintai seperti kami,” kata Ahmed sambil mempertanyakan berapa lama mereka akan berkorban untuk sesuatu yang tidak jelas.

Memang tidak ada jawaban atas pertanyaan tersebut. Negara Asia Selatan ini telah menghadapi gelombang serangan teroris sejak bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dalam perang melawan terorisme setelah penggulingan rezim Taliban Afghanistan pertama di Afghanistan pada 2001.

Lebih dari 80 ribu warga sipil tak berdosa, serta pasukan keamanan dan personel polisi, telah terbunuh dalam aksi terorisme. Mayoritas korban berasal dari provinsi barat laut Khyber Pakhtunkhwa dan Balochistan.

Menurut polisi, sedikitnya 51 orang....

 

Menurut polisi, sedikitnya 51 orang meninggal, termasuk seorang petugas polisi setempat, dan hampir 139 lainnya terluka dalam ledakan terbaru tersebut. “Beberapa dari mereka yang terluka parah kehilangan napas dalam semalam,” kata seorang pejabat senior polisi distrik tidak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Menurut sumber tersebut, Wakil Inspektur Polisi Nawaz Gashkori jelas menjadi sasaran serangan itu. Namun dia tidak menjelaskan alasan pernyataan tersebut.

Menurut laporan media lokal, Departemen Penanggulangan Terorisme telah mengajukan kasus pembunuhan dan terorisme terhadap penyerang tidak dikenal. Sebelumnya, Menteri Penerangan provinsi Balochistan Jan Achakzai mengatakan, insiden tersebut kemungkinan besar merupakan serangan bunuh diri.

Pemerintah Balochistan telah mengumumkan tiga hari berkabung di seluruh provinsi sebagai bentuk solidaritas terhadap keluarga para korban. Hari pun pun menjadi Jumat yang suram ketika para teroris juga menyerang distrik Hangu di provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

Satu serangan di wilayah itu berhasil digagalkan oleh polisi dan satu serangan lainnya menewaskan lima orang dan melukai beberapa orang yang sedang melaksanakan salat Jumat. “Terjadi dua ledakan... polisi memukul pelaku bom bunuh diri yang pertama di luar gerbang masjid, sedangkan yang kedua berhasil masuk dan meledakkan dirinya,” kata Wakil Komisaris Fazal Akbar kepada media setelah kejadian tersebut.

Sekitar 60 hingga 70 orang berkumpul untuk sholat Jumat. Akbar menyatakan, akibat penembakan pada insiden pertama, sebagian besar orang telah meninggalkan tempat tersebut dan lolos tanpa cedera.

Dalam beberapa tahun terakhir, baik Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), konglomerat dari beberapa kelompok militan, dan cabang kelompok teror ISIS Khorasan mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan. Pakistan mengalami peningkatan serangan militan sejak Taliban Afghanistan kembali berkuasa di Kabul pada Agustus 2021.

Islamabad menuduh Kabul gagal mengambil tindakan terhadap TTP. Pakistan menyatakan, TPP diduga menggunakan wilayah Afghanistan untuk melakukan serangan di wilayahnya. Namun Afghanistan membantah tuduhan tersebut.

Laporan media mengatakan....

 

Laporan media mengatakan, pemerintahan Taliban Afghanistan melancarkan tindakan keras terhadap militan TTP di provinsi timur Kunar dan Nuristan, dan menangkap sekitar 200 teroris. Perkembangan tersebut juga dikonfirmasi oleh Menteri Luar Negeri sementara Pakistan Jalil Abbas Jilani pada Kamis (28/9/2023).

Pakistan telah kehilangan 26 tentara dalam satu bulan. Sementara tentara telah membunuh 40 militan dalam periode yang sama, termasuk empat orang di provinsi Khyber Pakhtunkhwa pada Jumat. Sementara 56 warga sipil, termasuk seorang petugas polisi, meninggal dalam dua serangan teroris pada Jumat.

Pada 6 September, lebih dari selusin militan dan empat tentara Pakistan meninggal dalam bentrokan di distrik Chitral di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, yang berbatasan dengan Afghanistan. Pada hari yang sama, pasukan Taliban Pakistan dan Afghanistan juga bentrok di perbatasan.

 

Peristiwa itu menyebabkan penutupan Torkham, perbatasan utama dengan negara tetangga Afghanistan yang menghubungkan provinsi Khyber Pakhtunkhwa ke provinsi Nangarhar di timur Afghanistan. Penutupan ini pun terjadi selama 10 hari.

 
Berita Terpopuler