90 Persen Kebakaran di Jakarta Disebabkan Korsleting

Kabell tua menanggung beban penggunaan listrik intensitas tinggi.

Republika/Prayogi.
Petugas pemadam kebakaran bersama warga melakukan pemadaman sisa api lokasi kebakaran di kawasan Petojo Selatan, Gambir, Jakarta, Kamis (24/8/2023). Kebakaran yang melahap rumah padat penduduk itu terjadi pada Rabu (23/8/2023) malam yang diduga berasal dari ledakan kompor gas. Adapun, jumlah warga terdampak mencapai 574 orang yang terdiri dari dari 196 KK dan 152 rumah warga hangus terbakar akibat peristiwa tersebut.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan 90 persen kebakaran yang terjadi di wilayah Ibu Kota disebabkan arus pendek listrik (korsleting).

"Yang pasti 90 persen karena korsleting (hubungan arus pendek) listrik," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji dalam giat pemantauan instalasi listrik di Kelurahan Cengkareng Timur, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (21/9/2023).

Isnawa menyebutkan, dari Januari hingga September 2023 telah terjadi sekitar 1.000 kebakaran di wilayah DKI Jakarta. Tetapi, ia hanya menerima sekitar 400 laporan kebakaran.

"Dari Januari sampai dengan September (2023) saja, kalau data pemadam kebakaran itu di angka hampir seribu (kebakaran). Kalau di data BPBD 400," ujar Isnawa.

Perbedaan data tersebut, kata Isnawa, karena ia tidak mendata kebakaran kecil yang juga diakibatkan oleh korsleting. Selain itu, ia juga fokus mendata kebakaran yang mengakibatkan korban pengungsi yang membutuhkan bantuan lanjutan.

"Kalau perbedaan data, mungkin kalau ada korsleting sedikit (kebakaran kecil) di damkar sudah masuk angka satu. Kalau di kami kalau belum kejadian mungkin belum kita data, termasuk juga kalau BPBD kan berdasarkan ada data pengungsian, korban pengungsi," kata Isnawa.

Ia sedang memantau dan memeriksa instalasi listrik di 10 kelurahan dengan intensitas kebakaran paling tinggi di DKI Jakarta selama tahun 2020-2023. Salah satunya di Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat (Jakbar).

Baca Juga

Isnawa menjelaskan ilustrasi kebakaran akibat instalasi listrik, khususnya kabel yang sudah tua. "Bangunan atau rumah di Jakarta itu banyak yang dibangun tahun 70-80, menggunakan mungkin kabel-kabel listrik di tahun itu, yang mungkin bebannya juga tidak sebesar penggunaan listrik sekarang," kata Isnawa.

Pada tahun tersebut, kata Isnawa, kemungkinan rumah hanya berisi TV, setrika, dan lampu sederhana. Sekarang kalau dilihat di kontrakan ini semuanya ada.

"Semua ada. Laptop, handphonenya tiga, kipas angin, kulkas, TV, pengering rambut, dan lain-lain," katanya.

Kalau semua itu digunakan bersamaan, tentu akan terjadi penggunaan intensitas listrik yang melebihi ketentuan. Ditambah lagi, pada saat meninjau lokasi kebakaran, ia menemukan kabel-kabel kecil.

"Serabut-serabut gitu yang mungkin juga sudah tua. Saya yakin itu kalau korsleting pasti akan menyebabkan kebakaran," kata Isnawa.

Selain itu, kata dia, pembakaran rokok, sampah, lupa mematikan kompor atau penggunaan tabung gas yang salah. "Itu tentunya harus diberi perhatian kita," katanya.

Hari ini, ia mengerahkan 120 personel gabungan yang dibagi ke dalam empat tim untuk memantau instalasi listrik di Cengkareng Timur. Adapun sanksi ataupun tindak lanjut jika ditemukan instalasi yang tidak sesuai, kata Isnawa, akan diserahkan ke Perusahaan Listrik Negara (PLN).


Untuk sembilan kelurahan lainnya, Isnawa belum bisa merinci satu per satu. Kelurahan lainnya nanti didata lagi.

"Kita juga ada, misalnya, Pulo Gebang di Jakarta Timur, kemudian kita mungkin menyasar daerah-daerah yang lain yang sudah kita data, nanti saya sampaikan datanya," kata Isnawa.

Ia menargetkan pada akhir Oktober mendatang, pemantauan instalasi listrik di sembilan kelurahan lainnya akan selesai. Ia meminta pihak kelurahan, kecamatan hingga pemerintah kota agar membentuk satuan tugas khusus untuk meminimalkan potensi kebakaran.

"Tetapi setelah kita melakukan ini, tentunya saya harapkan nanti teman-teman para wali kota, camat, lurah bisa berinisiasi mengadakan program mandiri untuk memantau kelurahan masing-masing agar kita bisa menekan kebakaran di Jakarta," kata Isnawa.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, Doddy B. Pangaribuan
​​​​​​telah berpesan kepada masyarakat agar memperhatikan keamanan instalasi dan peralatan listrik di rumah untuk mengoptimalkan manfaat listrik, sekaligus mencegah insiden kebakaran.

"Listrik ini banyak manfaatnya, jadi mari digunakan dengan sebaik-baiknya agar kita aman dan nyaman," kata Doddy dalam keterangan tertulis dikutip pada Selasa (19/9/2023).

Doddy menjelaskan batas kewenangan PLN untuk penyediaan listrik sampai perawatan, yaitu mulai dari pembangkit hingga perangkat kWh meter. Sedangkan dari alat kWh meter ke dalam rumah merupakan wewenang masyarakat atau pengguna sehingga diperlukan ketelitian untuk merawatnya.

Untuk mencegah kebakaran, Doddy mengingatkan masyarakat agar tidak menumpuk banyak steker pada satu stop kontak karena bisa menimbulkan panas sebagai pemicu kebakaran. "Cabut peralatan listrik yang sudah tidak terpakai," kata dia.

 
Berita Terpopuler