Laporan HRW: Saudi Sebabkan Ratusan Migran Ethiopia Tewas di Perbatasan

Saudi menyatakan laporan HRW tak berdasar dan mengutip sumber tak memadai.

Stephen Morrisn/EPA
Migran Ethiopia bermimpi mencapai Saudi dan menghasilkan cukup uang untuk keluar dari kemiskinan. Ilustrasi.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, HARAR – Human Rights Watch (HRW) mengungkapkan, penjaga perbatasan Arab Saudi menewaskan ratusan migran Ethiopia, termasuk anak-anak dan perempuan. Migran ini berusaha memasuki wilayah Saudi di sepanjang pegunungan yang berbatasan dengan Yaman. 

Baca Juga

Seorang pejabat Saudi yang menjawab pertanyaan media pemerintah melalui surat elektronik membantah laporan HRW. Ia menyatakan laporan HRW tak berdasar dan mengutip sumber-sumber yang tidak memadai. 

Hal yang sama juga disampaikan pejabat Saudi merespons tuduhan sejumlah pejabat PBB pada 2022 yang menyatakan penjaga perbatasan Saudi secara sistematis membunuh para migran tersebut. Pemerintah Ethiopia dan kelompok Houthi di Yaman belum merespons hal ini. 

Pada Oktober 2022, pelapor khusus PBB yang menangani kasus ekstrayudisial menyatakan dalam sebuah surat ke Saudi bahwa PBB menerima laporan pembunuhan sistematis 430 migran di perbatasan dalam 16 insiden antara 1 Januari hingga 30 April 2022. 

Surat yang dikeluarkan perwakilan Saudi di PBB pada Maret 2023 menyatakan menolak tuduhan tersebut. Isi surat menegaskan, aturan keamanan perbatasan Saudi menekankan penanganan manusiawi. Tak akan menoleransi penyiksaan dan kesalahanan penanganan.  

Dalam laporan setebal 73 halaman, Senin (21/8/2023), HRW menjelaskan, penjaga perbatasan Saudi menggunakan senjata untuk membunuh migran dan menembaknya dalam jarak dekat. 

Menurut HRW, laporan ini merangkum keterangan 38 warga Ethiopia yang berusaha menyeberang perbatasan Yaman-Saudi antara Maret 2022 dan Juni 2023. Termasuk keterangan dari empat saudara atau rekan mereka. 

Penulis laporan HRW, Nadia Hardman menyatakan, laporan disusun berdasarkan penuturan saksi dan 350 video serta foto migran yang tewas dan terluka. Selain itu, memanfaatkan citra satelit yang menunjukkan pos penjaga perbatasan. 

Meski demikian, HRW mengakui para peneliti mereka tak bisa mengakses perbatasan Yaman-Saudi, lokasi dicurigainya terjadi pembunuhan ratusan migran Ethiopia. 

‘’Orang-orang menyatakan, mereka menyaksikan ladang pembunuhan, mayat-mayat tergeletak di area pegunungan,’’ ujar Hardman. Ia menambahkan, sejak 2022 terjadi eskalasi baik dalam jumlah maupun cara terjadinya pembunuhan. 

 

Serangan terhadap migran yang menggunakan rute pegunungan untuk menyeberang ke Saudi dengan berjalan kaki, dilakukan secara luas dan sistematis. ‘’Pembunuhan terhadap mereka berlanjut,’’ demikian laporan HRW. 

Mustafa Sofian Mohammed (22) kepada Reuters menceritakan, ia bersama kelompok 45 orang warga Ethiopia mendekati akhir perjalanan tiga hari berjalan kaki ke perbatasan pada 10 Juli 2022 ketika senjata mesin menyalak dan granat dilemparkan dari wilayah Saudi.

Ini menyebabkan luka parah pada kakinya. Di atas engkel. ‘’Saya menatap ke sekeliling untuk meyakinkan ini benar-benar terjadi. Saya kemudian sadar tak lagi memiliki kaki lagi, saya berdoa,’’ kata Mustafa tanpa menjelaskan tepatnya di lokasi mana insiden itu terjadi. 

Ia mengikatkan syal ke bagian kaki yang terluka dan diselamatkan kelompok migran lain yang berusaha menyeberangi perbatasan. Reuters berbicara dengan Mustafa di Harar, kota di bagian timur Ethiopia. 

Menurut Mustafa ia dirawat di RS Al Thawra, Sanaa, Yaman, setelah itu diterbangkan ke Addis Ababa. Biaya perawatan ditanggung International Organization for Migration (IOM). Dokumen perawatan Mustafa di RS Hallelujah, Addis Ababa menyatakan Mustafa dirawat di sana karena infeksi luka amputasi.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyatakan, Pemerintah AS prihatin dengan isi laporan mengenai dugaan Saudi melakukan pembunuhan terhadap ratusan migran Ethiopia. Ia mendesak Saudi melakukan investigasi yang transparan. 

Merujuk studi PBB, terdapat 750 ribi warga Ethiopia di Saudi. Banyak yang memutuskan pergi ke Saudi karena alasan beratnya kehidupan ekonomi di Ethiopia. Di Provinsi Tigray, misalnya, masih terus berlansung konflik yang membuat warga terancam nyawanya. 

Koridor migran Ethiopia biasanya menggunakan rute wilayah Tanduk Afrika menyeberang ke Teluk Aden melalui Yaman dan masuk ke Saudi. 

 
Berita Terpopuler