Iran Bebaskan Lima Warga AS dari Penjara Evin

Dewan Keamanan Nasional AS mengontirmasi lima warganya keluar dari penjara.

EPA-EFE/ABEDIN TAherkenareh
Seorang pria berfoto di depan bendera besar Iran alun-alun Azadi, Teheran, Iran, 11 Februari 2022.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Iran dan AS melakukan kesepakatan pertukaran pelepasan tahanan dan pencairan dana yang dibekukan. Lima warga AS yang ditahan di Teheran bakal dibebaskan sedangkan Iran mendapatkan 6 miliar dolar AS dana miliknya. 

Baca Juga

Selama ini, dana tersebut dibekukan pihak perbankan Korea Selatan atas kehendak AS. Sejumlah sumber mengungkapkan hal itu, Kamis (10/8/2023). Menlu AS Antony Blinken menguraikan, proses ini diharapkan bisa membuat lima warga AS kembali ke kampung halaman.

‘’Keyakinan saya, ini awal dari berakhirnya mimpi buruk,’’ kata Blinken dalam konferensi pers di Washington. Ia juga mengingatkan ini baru langkah awal dari sebuah proses. Lebih banyak kerja harus dilakukan, yakni membawa mereka pulang. 

Blinken menyatakan, pihaknya pada Kamis berbicara dengan kelima warga AS itu. ‘’Jelas, mereka bahagia keluar dari penjara,’’ kata Blinken.

Salah satu pengacara lima tahanan itu, Jared Genser mengatakan, langkah awal, Iran mengizinkan empat tahanan warga AS dipindahkan dari Penjara Evin, Teheran menjadi tahanan rumah. Sedangkan tahanan kelima sudah dalam status tahanan rumah.

Menurut Genser yang merupakan pengacara Siamak Namazi, warga Amerika keturunan Iran yang diizinkan meninggalkan penjara tersebut termasuk pengusaha Siamak Namazi (51) dan Emad Shargi (58), aktivis pecinta lingkungan Morad Tahbaz (67) yang juga warga Inggris.

Ia menambahkan, pemindahan sandera warga AS dari Penjara Evin oleh Iran merupakan perkembangan yang penting. Ia berharap ini menjadi langkah awal atas pembebasan mereka. Awal yang baru dari sebuah akhir perjalanan. 

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adrienne Watson mengonfirmasi lima warga AS keluar dari penjara dan menjadi tahanan rumah. Mereka, jelas dia, mestinya tidak ditahan dan bakal ada pembicaraan tambahan untuk pembebasan penuh. 

AS juga akan melepas sejumlah warga Iran dari penjara mereka sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran itu. Perwakilan Iran di PBB menyatakan, sebagai bagian dari kerja sama kemanusiaan yang mediasi pihak ketiga AS-Iran sepakat saling membebaskan tahanan. 

‘’Pemindahan para tahanan dari penjara menandai permulaan langkah signifikan dalam menjalankan kesepakatan itu,’’ demikian pernyataan perwakilan Iran di PBB. Sumber yang mengetahui hal ini menyatakan, butuh beberapa pekan bagi warga AS itu meninggalkan Iran. 

Ia memperkirakan September mungkin mereka bisa terbang ke AS. Ia juga mengonfirmasi pencairan dana milik Iran yang dibekukan kemungkinan menjadi bagian dari kesepakatan. 

Jika dana itu ditransfer dari bank di Korsel ke lembaga keuangan lain, jelas dia, tentu akan berlaku pembatasan lain yang diterapkan dan hanya digunakan untuk tujuan kemanusiaan seperti membeli bahan pangan atau obat-obatan. 

Kantor berita semi resmi Iran, Tasnim melaporkan, pertama dana tersebut dikonversikan dari mata uang Korsel ke euro. Kemudian dikirim ke sebuah rekening di Qatar yang dapat diakses oleh Pemerintah Iran. 

Adanya kemungkinan transfer dana ini menuai kritik dari Partai Republik AS. Mereka menyatakan, Presiden Biden yang berasal dari Partai Demokrat menggunakan dana itu sebagai uang tebusan pembebasan warga AS. 

Mereka meyakini dana yang dicairkan itu akan digunakan Iran bukan untuk pengan atau obat-obatan melainkan untuk membiayai program nuklirnya dan mendukung milisi di sejumlah negara seperti di Irak, Lebanon, dan Yaman. 

Menlu Blinken meyakinkan, kesepakatan itu bukan berarti Iran akan terbebas dari sanksi AS. ‘’Kami terus menegakkan semua sanksi dan menentang aktivitas mereka yang menganggu stabilitas kawasan,’’ katanya. 

Henry Rome, pakar dari Washington Institute for Near East Policy, menyatakan, kesepakatan Teheran-Washington itu membantu meredekan ketegangan yang bermula sejak Presiden Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015. 

 
Berita Terpopuler